Anak-anak dengan disleksia sering mengalami kesulitan dalam pembelajaran kata dan memori, yang dapat menyebabkan tantangan dalam mempertahankan kata-kata yang baru dipelajari. Hal ini terutama disebabkan oleh defisit dalam pemrosesan fonologis dan memori, yang sangat penting untuk membaca dan penguasaan bahasa. Tantangan-tantangan ini dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dalam mengingat kata-kata segera setelah mempelajarinya, berkontribusi pada persepsi bahwa anak-anak dengan disleksia sering melupakan kata-kata baru. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek spesifik dari kesulitan-kesulitan ini.
Defisit Memori pada Disleksia
- Memori Jangka Pendek dan Jangka Panjang: Anak-anak dengan disleksia menunjukkan defisit dalam memori jangka pendek dan jangka panjang, terutama dalam tugas verbal. Mereka berkinerja lebih buruk daripada rekan-rekan kronologis mereka yang sesuai usia dalam tugas-tugas memori jangka pendek, yang sangat penting untuk mempertahankan kata-kata baru segera setelah mempelajarinya. Namun, ketika dicocokkan dengan tingkat membaca, perbedaan ini kurang jelas, menunjukkan bahwa pengalaman membaca berperan dalam kinerja memori (Lazzaro et al., 2021).
- Memori Prospektif dan Retrospektif: Anak-anak disleksia juga menunjukkan gangguan dalam memori prospektif dan retrospektif, yang penting untuk mengingat informasi dari waktu ke waktu. Defisit ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat kata-kata yang dipelajari di masa lalu, berkontribusi pada persepsi sering lupa (Khan, 2014).
Tantangan Pembelajaran Kata
- Pemrosesan Fonologis: Disleksia dikaitkan dengan pemrosesan fonologis yang tidak efisien, yang menghambat pembentukan representasi kata yang stabil. Ketidakstabilan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat kata-kata segera setelah dipelajari, karena pengkodean fonologis tidak kuat (Nora et al., 2021).
- Ketidakstabilan Representasi Kata: Anak-anak disleksia berjuang untuk membangun dan mempertahankan representasi kata yang stabil, yang menyebabkan inkonsistensi dalam mengingat kata. Ketidakstabilan ini terbukti bahkan dengan paparan berulang terhadap kata-kata yang sama, menunjukkan tantangan mendasar dalam pengkodean dan penyimpanan informasi kata (Bar-Kochva et al., 2016).
Faktor Kognitif dan Perilaku
- Kesalahan Menebak: Anak-anak dengan disleksia sering membuat kesalahan menebak, mengganti kata-kata dengan tetangga ortografi. Perilaku ini menunjukkan ketergantungan pada informasi yang tidak lengkap dan perlakuan global terhadap kata-kata, yang dapat menyebabkan kesalahan dalam mengingat kata dan berkontribusi pada persepsi melupakan (Rom & Reybroeck, 2024).
- Kecemasan dan Harga Diri Sendiri: Faktor psiko-afektif seperti kecemasan dan harga diri yang rendah dapat memperburuk memori dan kesulitan belajar pada anak-anak disleksia, berpotensi mempengaruhi kemampuan mereka untuk mempertahankan kata-kata baru (Zuppardo et al., 2021).
Sementara anak-anak disleksia menghadapi tantangan signifikan dalam pembelajaran kata dan memori, penting untuk dicatat bahwa kesulitan ini tidak semata-mata karena defisit memori. Faktor-faktor seperti pengalaman membaca, pemrosesan fonologis, dan strategi kognitif juga memainkan peran penting. Selain itu, intervensi yang berfokus pada peningkatan kesadaran fonologis dan strategi memori dapat membantu mengurangi tantangan ini, meningkatkan retensi kata dan keterampilan membaca secara keseluruhan. Memahami sifat multifaset disleksia sangat penting untuk mengembangkan pendekatan pendidikan dan terapeutik yang efektif.