Anak-anak dengan disleksia sering mengalami kesulitan dalam mengenali sajak dan suara dalam kata-kata, yang merupakan komponen penting dari kesadaran fonologis. Tantangan ini merupakan aspek inti dari model defisit fonologis disleksia, yang menyatakan bahwa kesulitan dalam memproses struktur suara bahasa, termasuk sajak dan fonem, mendasari tantangan membaca dan mengeja yang dihadapi oleh individu dengan disleksia. Penelitian ini menyoroti berbagai dimensi kesulitan ini, menekankan kompleksitas pemrosesan fonologis pada anak-anak disleksia.
Kesadaran Fonologis dan Disleksia
- Teori fonologis disleksia menunjukkan bahwa defisit dalam kesadaran fonologis, termasuk kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi suara dalam kata-kata, merupakan pusat kesulitan yang dialami oleh individu dengan disleksia. Ini termasuk tantangan dengan sajak dan fonem, yang merupakan dasar untuk pengembangan membaca (Bhattacharya, 2022) (Bhattacharya, 2020).
- Studi menggunakan potensi terkait peristiwa (ERP) telah menunjukkan bahwa anak-anak yang berisiko mengalami disleksia menunjukkan respons saraf atipikal selama tugas penilaian sajak, menunjukkan kesulitan dalam memproses tumpang tindih fonologis dan membedakan antara kata-kata berima dan tidak berima (Noordenbos et al., 2013).
Produksi Bicara dan Persepsi Ritme
- Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia memiliki produksi bicara atipikal, terutama dalam memproduksi amplop amplitudo kata-kata multisuku kata, yang sangat penting untuk memahami pola stres dan ritme dalam bicara. Namun, kemampuan mereka untuk menghasilkan kontur nada tetap utuh, yang dapat menutupi kesulitan ini dalam komunikasi sehari-hari (Keshavarzi et al., 2023) (Keshavarzi, 2023).
- Individu disleksia juga menunjukkan gangguan persepsi ritme bicara, yang terkait dengan kesulitan dalam memanfaatkan pola modulasi amplitudo dalam bicara. Gangguan ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengenali pola ritme dalam ucapan, seperti yang ditemukan dalam sajak anak-anak, yang penting untuk perkembangan fonologis (Leong & Goswami, 2014).
Pengenalan Kata dan Konsistensi Sajak
- Anak-anak disleksia sering berjuang dengan pengenalan kata, terutama dengan kata-kata yang tidak konsisten dengan sajak, menunjukkan defisit representasi untuk kata-kata tersebut. Kesulitan ini diperparah oleh kecepatan pemrosesan yang lebih lambat, yang selanjutnya menghambat kemampuan mereka untuk mengenali dan memproses sajak secara akurat (Kunert & Scheepers, 2014).
- Model pengenalan kata rute ganda dan koneksionis menyoroti kompleksitas proses ini, menunjukkan bahwa defisit pemrosesan fonologis dan visual berkontribusi pada tantangan yang dihadapi oleh individu disleksia dalam mengenali kata dan sajak (Bhattacharya, 2022) (Bhattacharya, 2020)].
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara model defisit fonologis memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami disleksia, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi pada kesulitan yang dialami oleh individu disleksia. Misalnya, teori magnoseluler menunjukkan bahwa defisit pemrosesan visual dan pendengaran juga berperan dalam disleksia, berpotensi mempengaruhi kemampuan untuk memproses sajak dan suara. Selain itu, faktor lingkungan, seperti kualitas instruksi fonologis dan paparan bahasa, dapat mempengaruhi perkembangan kesadaran fonologis dan keterampilan membaca. Perspektif ini menggarisbawahi sifat multifaset disleksia dan perlunya pendekatan komprehensif untuk mendukung individu dengan ketidakmampuan belajar ini