Anak-anak dengan disleksia memang dapat memiliki gangguan belajar lain seperti diskalkulia dan ADHD. Komorbiditas gangguan ini didokumentasikan dengan baik, dengan tumpang tindih yang signifikan dalam kejadiannya karena faktor genetik dan neurokognitif bersama. Tumpang tindih ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia berisiko lebih tinggi mengalami gangguan belajar tambahan, yang dapat mempersulit diagnosis dan strategi intervensi. Bagian berikut akan mengeksplorasi prevalensi, mekanisme yang mendasari, dan implikasi dari komorbiditas ini.
Prevalensi Komorbiditas
- Disleksia dan diskalkulia keduanya merupakan gangguan belajar yang lazim, mempengaruhi 5-10% anak-anak usia sekolah. Namun, kejadian bersama mereka sangat tinggi, dengan sekitar 40% anak-anak dengan diskalkulia juga mengalami disleksia (Starling‐Alves et al., 2024).
- ADHD juga sering disertai dengan disleksia dan diskalkulia. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan ADHD lebih dari dua kali lebih mungkin untuk memiliki gangguan belajar, dan mereka dengan satu gangguan belajar 3-4 kali lebih mungkin memiliki yang lain (Bergen et al., 2023).
Mekanisme yang Mendasari
- Faktor Genetik dan Lingkungan: Komorbiditas di antara disleksia, diskalkulia, dan ADHD sebagian besar dikaitkan dengan risiko genetik yang tumpang tindih daripada hubungan sebab-akibat langsung. Faktor genetik dan lingkungan bersama berkontribusi pada manifestasi gangguan ini (Bergen et al., 2023).
- Defisit Neurokognitif: Diskalkulia dan disleksia dapat timbul dari defisit neurokognitif bersama, seperti gangguan fungsi eksekutif dan defisit pemrosesan fonologis. Defisit ini dapat mempengaruhi beberapa domain, yang menyebabkan terjadinya gangguan ini (Starling‐Alves et al., 2024) (Baulina & Kosonogov, 2024).
- Disfungsi Kognitif: Anak-anak dengan diskalkulia sering menunjukkan disfungsi kognitif, seperti memori kerja dan defisit perhatian, yang juga umum terjadi pada disleksia dan ADHD. Ini menunjukkan gangguan kognitif yang lebih luas yang mendasari gangguan belajar ini (Chutko et al., 2023).
Implikasi untuk Diagnosis dan Intervensi
- Diagnosis Holistik: Pendekatan komprehensif untuk diagnosis sangat penting, mengingat sifat multi-dimensi dari gangguan ini. Memahami defisit kognitif bersama dan berbeda dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas diagnostik(Starling‐Alves et al., 2024).
- Intervensi yang Disesuai: Intervensi harus disesuaikan untuk mengatasi kombinasi spesifik gangguan belajar yang ada pada anak. Ini mungkin melibatkan strategi integrasi untuk meningkatkan kemampuan membaca, keterampilan matematika, dan kontrol perhatian (M et al., 2022) (Mahmud et al., 2020).
Sementara komorbiditas disleksia dengan gangguan belajar lainnya seperti diskalkulia dan ADHD lazim, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak dengan disleksia akan memiliki gangguan belajar tambahan. Mayoritas anak-anak dengan ADHD, disleksia, dan/atau diskalkulia hanya memiliki satu gangguan, menunjukkan bahwa sementara komorbiditas umum terjadi, itu tidak universal (Bergen et al., 2023). Ini menyoroti pentingnya penilaian individual dan strategi intervensi untuk mengatasi kebutuhan unik setiap anak.