Anak-anak dengan disleksia sering menghadapi kesulitan membaca terus-menerus yang dapat meluas hingga dewasa. Disleksia ditandai dengan tantangan dalam decoding, pemrosesan fonologis, dan kelancaran membaca, yang berakar pada defisit neurobiologis dan kognitif. Kesulitan-kesulitan ini tidak hanya hadir selama masa kanak-kanak tetapi juga dapat bertahan sepanjang hidup, mempengaruhi perkembangan akademik dan sosial. Namun, dengan intervensi dini dan dukungan yang tepat, individu dengan disleksia dapat meningkatkan keterampilan membaca mereka dan mengelola kesulitan mereka dengan lebih efektif. Bagian berikut mengeksplorasi persistensi kesulitan membaca pada disleksia dan potensi perbaikan melalui intervensi.
Persistensi Kesulitan Membaca
- Disleksia adalah kondisi seumur hidup, dengan gejala yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa. Individu dengan disleksia terus mengalami tantangan dalam akurasi dan kecepatan membaca, serta dalam keterampilan kognitif terkait seperti kesadaran fonologis dan pengetahuan ortografi (Farah et al., 2021) (Reis et al., 2020).
- Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa dengan disleksia menunjukkan kinerja yang buruk dalam tugas membaca dan menulis, dengan defisit lebih menonjol dalam ukuran kecepatan daripada dalam ukuran akurasi (Reis et al., 2020).
- Individu disleksia sering membuat kesalahan menebak, mengganti kata-kata dengan tetangga ortografi, yang menunjukkan ketergantungan pada informasi yang tidak lengkap karena masalah penghambatan khusus untuk tugas membaca (Rom & Reybroeck, 2024) (Reybroeck & Rom, 2020).
Faktor yang Berkontribusi pada Disleksia
- Disleksia dipengaruhi oleh faktor genetik, saraf, dan lingkungan. Investigasi neurobiologis telah mengungkapkan kelainan pada daerah otak dan konektivitas, yang berkontribusi pada kesulitan membaca yang dialami oleh individu dengan disleksia (Yi-xin, 2024).
- Gangguan fungsi eksekutif (EF), yang mendahului ketidakmampuan membaca, juga dikaitkan dengan disleksia. Gangguan ini bertahan dari masa kanak-kanak hingga dewasa, mempengaruhi kesejahteraan kognitif dan emosional (Farah et al., 2021) (Nachshon et al., 2019).
- Kesulitan bahasa, termasuk keterlambatan bahasa dini, sering terjadi pada anak-anak dengan disleksia dan dapat memprediksi tantangan membaca di masa depan (Price et al., 2021).
Intervensi dan Dukungan
- Intervensi awal yang berfokus pada kesadaran fonem, ritme, dan keterampilan visual telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan kemampuan membaca pada anak-anak dengan disleksia (Yi-xin, 2024).
- Teknologi bantu, seperti aplikasi text-to-speech dan pengenalan ucapan otomatis, memberikan intervensi dan dukungan membaca segera, membantu individu disleksia meningkatkan keterampilan membaca mereka (Singh et al., 2021).
- Pendekatan berbasis musik, permainan pendidikan, dan aplikasi seluler telah menunjukkan dampak transformatif pada kemahiran membaca, menyoroti pentingnya praktik inovatif dan inklusif (Yi-xin, 2024).
Sementara disleksia adalah kondisi seumur hidup, tingkat keparahan kesulitan membaca dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti transparansi ortografi. Dalam bahasa dengan ortografi transparan, gejala disleksia kurang jelas, menunjukkan bahwa sifat bahasa dapat mempengaruhi manifestasi disleksia (Reis et al., 2020). Selain itu, sementara kesadaran fonologis tetap menjadi tantangan, itu menjadi masalah kecil di masa dewasa, terutama dalam ortografi transparan. Ini menunjukkan bahwa dengan intervensi dan dukungan yang tepat, individu dengan disleksia dapat mencapai tingkat kemahiran membaca yang memungkinkan mereka berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.