Disleksia, gangguan belajar yang umum, ditandai dengan kesulitan dalam membaca dan menulis meskipun kecerdasan memadai. Ini adalah gangguan multifaktorial yang dipengaruhi oleh faktor genetik, saraf, dan lingkungan, dan secara signifikan berdampak pada dimensi pendidikan, psikologis, dan sosial kehidupan. Identifikasi dan intervensi dini sangat penting untuk mengurangi efeknya. Sintesis ini mengeksplorasi patogenesis, faktor risiko, dan intervensi yang terkait dengan disleksia, mengambil dari berbagai sumber akademik untuk memberikan gambaran yang komprehensif.
Patogenesis dan Faktor Risiko
Faktor Genetik dan Neurobiologis: Disleksia sering dikaitkan dengan kecenderungan genetik dan kelainan neurobiologis. Studi menyoroti disfungsi di daerah otak seperti korteks frontal inferior, lobus midtemporal, dan daerah oksipitotemporal kiri, yang sangat penting untuk membaca dan pemrosesan fonologis (Yi-xin, 2024) (Kim, 2021)]. Pengaruh genetik dan disfungsi sistem otak merupakan pusat etiologi kelainan (Handler & Fierson, 2011).
Defisit Kognitif: Disleksia melibatkan gangguan dalam pemrosesan fonologis, perhatian, memori kerja, dan kecepatan pemrosesan informasi. Defisit ini menghambat otomatisasi keterampilan baru, mempersulit tugas membaca dan menulis (Surushkina et al., 2021).
Pengaruh Lingkungan: Status sosial ekonomi dan perilaku ibu adalah faktor lingkungan yang signifikan yang berkontribusi terhadap risiko pengembangan disleksia. Faktor-faktor ini memerlukan pendekatan integratif untuk memahami dan mengatasi gangguan tersebut (Yi-xin, 2024).
Identifikasi dan Intervensi Awal
Pentingnya Intervensi Dini: Intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil pada individu dengan disleksia. Ini melibatkan diagnosis tepat waktu dan penerapan strategi berbasis bukti untuk mendukung keterampilan membaca dan bahasa (Saleem & Ismail, 2025) (Snowling, 2013).
Alat Penyaringan dan Penilaian: Penilaian dan peringkat guru adalah alat yang efektif untuk identifikasi dini disleksia. Metode ini, dikombinasikan dengan teknik neuroimaging, dapat membantu mendeteksi prediktor awal disleksia, memungkinkan intervensi cepat (Snowling, 2013) (Kim, 2021).
Strategi Intervensi: Intervensi yang efektif termasuk pelatihan kesadaran fonem, latihan ritme, dan pengembangan keterampilan visual. Pendekatan berbasis musik, permainan edukasi, dan aplikasi seluler telah menunjukkan dampak transformatif pada kemampuan membaca (Yi-xin, 2024). Program perbaikan sering berfokus pada decoding, pelatihan kefasihan, kosakata, dan pemahaman, dengan instruksi individual yang intensif menjadi komponen kunci (Handler & Fierson, 2011)].
Perspektif dan Tantangan yang Lebih Luas
Sementara kemajuan signifikan telah dibuat dalam memahami dan mengatasi disleksia, tantangan tetap ada. Prevalensi disleksia yang tepat sulit ditentukan, dan ada kebutuhan untuk kolaborasi internasional yang lebih luas untuk meningkatkan metode identifikasi, penilaian, dan intervensi (“Study on Investigating the Prevalence, Identification, Assessment and Intervention of Dyslexia in Children: A Systematic Review of the Literature”, 2023). Selain itu, terlepas dari sifat disleksia multifaktorial, beberapa intervensi, seperti terapi penglihatan, kurang dukungan ilmiah dan tidak efektif dalam mengobati gangguan tersebut (Handler & Fierson, 2011). Penelitian berkelanjutan dan kolaborasi global sangat penting untuk memajukan pemahaman dan strategi intervensi kita untuk disleksia pada skala global (Yi-xin, 2024).