Anak-anak dengan diskalkulia sering mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, sebagaimana dibuktikan oleh tingginya tingkat komorbiditas antara diskalkulia dan disleksia. Tumpang tindih ini menunjukkan defisit kognitif mendasar bersama yang memengaruhi keterampilan pemrosesan matematika dan bahasa. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% anak-anak dengan diskalkulia juga memiliki gangguan membaca, menyoroti persimpangan yang signifikan antara ketidakmampuan belajar ini (Starling‐Alves et al., 2025) (Luoni et al., 2022). Bagian berikut mengeksplorasi profil neuropsikologis, defisit kognitif, dan implikasi pendidikan dari komorbiditas ini.
Profil Neuropsikologis
- Anak-anak dengan diskalkulia sering menunjukkan berbagai defisit kognitif yang melampaui pemrosesan numerik, termasuk tantangan dalam membaca dan menulis.
- Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak ini sering memiliki skor yang lebih rendah dalam memori jangka pendek dan keterampilan visuospasial, yang sangat penting untuk tugas matematika dan bahasa (Luoni et al., 2022).
- Kehadiran kesulitan perhatian juga umum terjadi, semakin mempersulit proses pembelajaran untuk anak-anak dengan diskalkulia dan disleksia (Luoni et al., 2022).
Defisit Kognitif dan Model Komorbiditas
- Komorbiditas antara diskalkulia dan disleksia dapat dijelaskan oleh beberapa model. Model defisit domain-umum menunjukkan bahwa defisit fungsi eksekutif, seperti memori kerja dan perhatian, berkontribusi pada kedua kondisi(Starling‐Alves et al., 2025).
- Model risiko yang meningkat menyatakan bahwa defisit fonologis, biasanya terkait dengan disleksia, juga dapat memengaruhi kemampuan matematika, yang mengarah ke diskalkulia komorbida (Starling‐Alves et al., 2025).
- Penelitian mendukung gagasan bahwa sementara beberapa proses kognitif berbeda untuk setiap gangguan, ada defisit yang tumpang tindih yang berkontribusi pada kejadian bersama mereka (Tressoldi et al., 2007).
Implikasi Pendidikan
- Tingkat komorbiditas yang tinggi menimbulkan tantangan yang signifikan dalam pengaturan pendidikan, karena anak-anak dengan diskalkulia dan disleksia memerlukan intervensi khusus yang mengatasi berbagai bidang kesulitan (Han, 2025).
- Intervensi yang efektif sering melibatkan kombinasi program pelatihan kognitif dan matematika, yang telah terbukti meningkatkan keterampilan matematika dan bahasa ketika disampaikan melalui platform berbasis teknologi yang menarik (Giordano et al., 2023).
- Pengenalan dini dan diagnosis banding sangat penting untuk memberikan dukungan yang tepat dan mengurangi dampak negatif jangka panjang pada perkembangan akademik dan pribadi (Kaufmann & Aster, 2012).
Sementara komorbiditas antara diskalkulia dan disleksia didokumentasikan dengan baik, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak dengan diskalkulia akan mengalami kesulitan membaca dan menulis. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa diskalkulia dapat terjadi secara independen dari disleksia, dengan profil kognitif berbeda yang tidak selalu melibatkan defisit bahasa (Tressoldi et al., 2007). Ini menyoroti perlunya penilaian dan intervensi individual yang mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan unik setiap anak.