A young boy with curly hair focused on writing in a notebook at home.

Apakah Anak Dengan Disgrafia Sering Merasa Sakit Atau Lelah Saat Menulis?

Anak-anak dengan disgrafia sering mengalami tantangan yang signifikan saat menulis, yang dapat menyebabkan perasaan lelah dan tidak nyaman. Sementara fokus utama disgrafia adalah pada kesulitan mekanis dan kognitif yang terkait dengan menulis, beban emosional dan fisik yang ditimbulkannya pada anak-anak dapat bermanifestasi sebagai perasaan sakit atau kelelahan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh konsentrasi intens dan upaya yang diperlukan untuk melakukan tugas menulis yang biasanya otomatis untuk anak-anak lain. Bagian berikut mengeksplorasi berbagai aspek disgrafia yang berkontribusi pada perasaan ini.

Ketegangan Emosional dan Fisik

  • Anak-anak dengan disgrafia sering menggambarkan menulis sebagai tugas yang membuat frustrasi dan melelahkan. Upaya yang diperlukan untuk menerjemahkan pikiran ke dalam bentuk tertulis bisa sangat melelahkan, menyebabkan tekanan emosional dan kelelahan fisik (Kalenjuk et al., 2023).
  • Gangguan ini ditandai dengan gangguan tulisan tangan, yang dapat mengganggu kecepatan dan kelancaran menulis, yang selanjutnya berkontribusi pada ketegangan fisik yang dialami oleh anak-anak (Gary et al., 2023)].
  • Kebutuhan akan latihan terus menerus dan koreksi kesalahan penulisan dapat melelahkan mental, yang mengarah pada rasa lelah dan putus asa (Wahyuni et al., 2024).

Tantangan Neurologis dan Motorik

  • Disgrafia sering dikaitkan dengan disfungsi neurologis, seperti yang terlihat pada anak-anak dengan gangguan koordinasi perkembangan (DCD). Disfungsi ini dapat mempengaruhi kontrol motorik dan berkontribusi pada upaya fisik yang diperlukan untuk menulis, berpotensi menyebabkan kelelahan(Lopez et al., 2018).
  • Gangguan ini melibatkan kesulitan dengan keterampilan motorik halus, yang dapat membuat tindakan menulis menuntut secara fisik. Hal ini dapat mengakibatkan kelelahan karena anak-anak berjuang untuk mempertahankan koordinasi motorik yang diperlukan dalam waktu yang lama (Suhartono, 2016).

Beban Kognitif dan Stres

  • Beban kognitif yang terlibat dalam menulis untuk anak-anak dengan disgrafia sangat signifikan. Mereka harus fokus secara intens pada pembentukan huruf dan kata-kata, yang dapat menyebabkan kelelahan mental dan perasaan kewalahan (Shevchenko et al., 2024).
  • Stres mencoba memenuhi harapan akademis terlepas dari tantangan ini dapat memperburuk perasaan kelelahan dan sakit, karena anak-anak mungkin merasa cemas tentang kinerja mereka dan potensi penilaian negatif dari teman sebaya dan guru (Jolly et al., 2024).

Intervensi dan Dukungan

  • Intervensi yang disesuaikan, seperti penggunaan aplikasi khusus seperti Write-Rite, dapat membantu meringankan beberapa beban fisik dan emosional dengan memberikan dukungan terstruktur dan peluang praktik (Rahim & Jamaludin, 2019)].
  • Diagnosis dan intervensi dini sangat penting dalam mengelola disgrafia secara efektif, karena mereka dapat membantu mengurangi stres dan kelelahan yang terkait dengan gangguan dengan memberikan strategi dan akomodasi koping yang tepat (Gemelli et al., 2023).

Sementara gejala utama disgrafia terkait dengan kesulitan menulis, ketegangan emosional dan fisik yang terkait dapat menyebabkan perasaan sakit dan kelelahan. Perasaan ini tidak melekat pada disgrafia itu sendiri tetapi merupakan hasil dari upaya intens dan stres yang terlibat dalam mengelola gangguan tersebut. Memahami dan mengatasi aspek-aspek ini melalui intervensi suportif dapat membantu mengurangi efek ini dan meningkatkan kesejahteraan keseluruhan anak-anak dengan disgrafia.

Kalenjuk, E., Wilson, S., Subban, P., & Laletas, S. (2023). Art‐based research to explore children’s lived experiences of dysgraphia. Children & Society. https://doi.org/10.1111/chso.12709
Gary, A., Moore, A., Hilliard, W., Day, M., Boswell, B., & Barnhill, M. (2023). Understanding Dysgraphia. Nursing Made Incredibly Easy. https://doi.org/10.1097/01.nme.0000920520.26260.94
Wahyuni, S. S., Siregar, I., Rachmawati, K., & Hamzah, N. H. (2024). Written Language Errors Of Dysgraphic Children Aged 9-12 Years In Inclusive Classrooms. Jurnal Onoma : Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra. https://doi.org/10.30605/onoma.v10i3.4126
Lopez, C., Hemimou, C., Golse, B., & Vaivre-Douret, L. (2018). Developmental dysgraphia is often associated with minor neurological dysfunction in children with developmental coordination disorder (DCD). Neurophysiologie Clinique-Clinical Neurophysiology. https://doi.org/10.1016/J.NEUCLI.2018.01.002
Suhartono, S. (2016). Pembelajaran Menulis Untuk Anak Disgrafia di Sekolah Dasar. https://doi.org/10.31002/TRANSFORMATIKA.V12I1.204
Shevchenko, Y., Dubiaha, S., SAIENKO, Y., Huz, V., & Svyrydenko, H. (2024). Exploring dysgraphia in elementary school students: assessment and tailored intervention strategies from a psycholinguistic perspective. Multidisciplinary Science Journal. https://doi.org/10.31893/multiscience.2024ss0714
Jolly, C., Jover, M., & Danna, J. (2024). Dysgraphia Differs Between Children With Developmental Coordination Disorder and/or Reading Disorder. Journal of Learning Disabilities. https://doi.org/10.1177/00222194231223528
Rahim, N., & Jamaludin, Z. (2019). Write-rite: enhancing handwriting proficiency of children with dysgraphia. https://doi.org/10.32890/JICT2019.18.3.8290
Gemelli, A., Marinai, S., Vivoli, E., & Zappaterra, T. (2023). Deep-learning for dysgraphia detection in children handwritings. https://doi.org/10.1145/3573128.3609351
Scroll to Top