Anak-anak dengan disgrafia sering menunjukkan berbagai kesalahan penulisan, termasuk huruf atau kata yang hilang, yang dapat dikaitkan dengan gangguan tulisan tangan dan kemampuan ejaan mereka. Disgrafia adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi keterampilan menulis, dan bermanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti tulisan tangan yang tidak teratur, kecepatan menulis lambat, dan kesulitan dalam membentuk huruf dan kata-kata. Tantangan-tantangan ini dapat menyebabkan kelalaian secara tertulis, di mana huruf atau seluruh kata dapat ditinggalkan secara tidak sengaja. Bagian berikut mempelajari karakteristik spesifik disgrafia dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan penulisan ini.
Karakteristik Disgrafia
- Gangguan Tulisan Tangan dan Ejaan: Disgrafia ditandai dengan kesulitan dalam tulisan tangan dan ejaan, yang dapat menyebabkan hilangnya huruf atau kata dalam teks tertulis. Anak-anak dengan disgrafia mungkin hanya memiliki gangguan tulisan tangan, hanya gangguan ejaan, atau keduanya, yang dapat mengganggu kemampuan mereka untuk menulis kalimat yang lengkap dan akurat (Gary et al., 2023).
- Pola Kesalah: Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan disgrafia menunjukkan berbagai pola kesalahan, seperti penggantian huruf, menulis huruf terbalik, dan penambahan huruf yang tidak perlu. Pola-pola ini menunjukkan perjuangan dengan pembentukan huruf dan pengaturan spasial, yang dapat mengakibatkan kelalaian (Wahyuni et al., 2024)].
- Masalah Koordinasi Motorik: Disgrafia sering dikaitkan dengan keterampilan motorik dan koordinasi yang buruk, yang dapat menghambat proses penulisan. Hal ini dapat menyebabkan tulisan lambat atau sulit, sehingga sulit bagi anak-anak untuk mengikuti pikiran mereka dan mengakibatkan hilangnya kata atau huruf (Kunhoth et al., 2024).
Pendekatan dan Alat Diagnostik
- Pembelajaran Mesin dan AI: Kemajuan terbaru dalam pembelajaran mesin telah mengarah pada pengembangan alat diagnostik yang menganalisis sampel tulisan tangan untuk mengidentifikasi disgrafia. Alat ini dapat mendeteksi penyimpangan dalam tulisan tangan, seperti huruf atau kata yang hilang, dengan memeriksa data tulisan tangan online dan offline (Kunhoth et al., 2024) (Gupta et al., 2023).
- Model Pembelajaran Menep: Model pembelajaran mendalam, seperti Convolutional Neural Networks (CNN), telah digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan disgrafia berdasarkan gambar tulisan tangan. Model-model ini dapat mengidentifikasi pola kelalaian dan kesalahan lainnya, memberikan penilaian yang lebih objektif tentang kesulitan penulisan (Anand et al., 2023).
Intervensi Pendidikan dan Terapi
- Praktek dan Dukungan Berkelanjutan: Untuk mengatasi kesalahan penulisan yang terkait dengan disgrafia, latihan berkelanjutan dan metode pendidikan yang disesuaikan sangat penting. Guru dan orang tua memainkan peran penting dalam mendukung anak-anak dengan disgrafia dengan memberikan strategi dan intervensi pembelajaran yang tepat (Wahyuni et al., 2024)].
- Penggunaan Teknologi: Integrasi teknologi, seperti pena pintar dan tablet digital, dapat membantu dalam diagnosis dan dukungan anak-anak dengan disgrafia. Alat-alat ini dapat memberikan umpan balik real-time dan membantu anak-anak meningkatkan keterampilan menulis mereka dengan mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan (Gemelli et al., 2023).
Sementara disgrafia terutama mempengaruhi keterampilan menulis, penting untuk mempertimbangkan konteks ketidakmampuan belajar yang lebih luas. Disgrafia sering hidup berdampingan dengan gangguan lain, seperti gangguan koordinasi perkembangan dan gangguan membaca, yang dapat menambah tantangan yang dihadapi oleh anak-anak yang terkena. Memahami interaksi antara kondisi ini sangat penting untuk mengembangkan strategi diagnostik dan intervensi yang komprehensif (Jolly et al., 2024).