Anak-anak dengan disgrafia sering mengalami kesulitan dalam menulis, tetapi apakah mereka juga menghadapi tantangan dalam membaca, mirip dengan disleksia, adalah pertanyaan yang bernuansa. Disleksia dan disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang berbeda, masing-masing mempengaruhi aspek pemrosesan bahasa yang berbeda. Namun, ada bukti yang menunjukkan beberapa tumpang tindih dalam defisit kognitif yang terkait dengan kondisi ini, yang dapat menyebabkan kesulitan bersamaan dalam membaca dan menulis untuk beberapa anak. Tumpang tindih ini terutama disebabkan oleh tantangan pemrosesan neurobiologis dan kognitif bersama, meskipun manifestasi spesifik dari kesulitan ini dapat bervariasi antar individu.
Tumpang Tindih Neurobiologis dan Kognitif
- Baik disleksia dan disgrafia dikaitkan dengan keterbatasan pemrosesan belahan kiri, yang mempengaruhi kemampuan untuk menurunkan, mengkodekan, dan melatih pola visual seperti kata (Vlachos & Avramidis, 2020).
- Studi neuroimaging telah menunjukkan perbedaan di daerah otak seperti fusiform gyrus dan girus frontal inferior pada anak-anak dengan disleksia dan disgrafia, menunjukkan jalur saraf yang berbeda tetapi tumpang tindih yang terlibat dalam tugas membaca dan menulis (SaÄŸir & Icer, 2022) (“Investigation of Brain Activities During Reading of Children with Dyslexia and Dysgraphia by using Region of Interest Analysis”, 2022).
- Terlepas dari tumpang tindih ini, ada perbedaan neurobiologis yang signifikan, seperti variasi integritas materi putih dan konektivitas fungsional, yang menunjukkan bahwa meskipun terkait, disleksia dan disgrafia tidak boleh diperlakukan sebagai kondisi yang identik(Vlachos & Avramidis, 2020).
Kesulitan Membaca pada Anak dengan Disgrafia
- Disgrafia terutama mempengaruhi keterampilan menulis, tetapi anak-anak dengan kondisi ini juga mungkin mengalami kesulitan membaca karena defisit kognitif bersama, seperti masalah dengan integrasi visual-motorik dan kecepatan pemrosesan (Rashid et al., 2023).
- Kehadiran disgrafia dapat memperburuk tantangan membaca, karena kesulitan dalam menulis dapat memengaruhi kemampuan untuk memproses dan memahami teks tertulis, yang mengarah pada efek gabungan pada keterampilan melek huruf (Choirunnisa et al., 2024).
Disleksia dan Tantangan Membaca
- Disleksia ditandai dengan kesulitan terus-menerus dalam akuisisi membaca, sering bermanifestasi sebagai kesalahan dalam pengenalan kata dan kefasihan baca (Rom & Reybroeck, 2024) (Reybroeck & Rom, 2020).
- Anak-anak dengan disleksia sering membuat kesalahan menebak, mengganti kata-kata dengan tetangga ortografi, yang menyoroti ketergantungan mereka pada informasi yang tidak lengkap dan strategi pengolah kata global (Rom & Reybroeck, 2024).
- Anak-anak disleksia juga menunjukkan defisit spesifik dalam penghambatan membaca, yang selanjutnya mempersulit kemampuan mereka untuk memproses teks tertulis secara akurat (Reybroeck & Rom, 2020).
Intervensi dan Dukungan
- Model yang dibantu AI dan pendekatan neuropsikologis telah menunjukkan harapan dalam mendukung anak-anak dengan disleksia dan disgrafia dengan memberikan umpan balik yang dipersonalisasi dan intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis (Iyer et al., 2023) (Choirunnisa et al., 2024).
- Pengakuan dan diferensiasi dini ketidakmampuan belajar ini sangat penting untuk intervensi yang efektif, karena memungkinkan strategi pendidikan yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan unik setiap anak (Punišić et al., 2022).
Sementara anak-anak dengan disgrafia mungkin tidak secara inheren memiliki disleksia, tumpang tindih kognitif dan neurobiologis antara kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan membaca bersamaan dalam beberapa kasus. Sangat penting untuk mengenali sifat berbeda dari setiap gangguan sambil mengakui potensi tantangan bersama dalam keterampilan melek huruf. Pemahaman ini dapat memandu intervensi dan mendukung strategi yang lebih efektif untuk anak-anak yang menghadapi ketidakmampuan belajar ini.