Anak-anak dengan cerebral palsy (CP) umumnya memiliki harapan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan populasi umum, terutama karena tingkat keparahan gangguan mereka dan komplikasi kesehatan terkait. Harapan hidup bervariasi secara signifikan berdasarkan tingkat keparahan gangguan motorik dan intelektual, serta faktor-faktor lain seperti status gizi dan adanya komorbiditas. Studi dari berbagai daerah menyoroti perbedaan ini, dengan anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah sering menghadapi tingkat kematian yang lebih tinggi karena sumber daya perawatan kesehatan yang terbatas. Di bawah ini, aspek-aspek kunci harapan hidup pada anak-anak dengan CP dibahas.
Tingkat Keparahan Gangguan
- Sistem Klasifikasi Fungsi Motorik Kotor (GMFCS) merupakan penentu penting harapan hidup pada anak-anak dengan CP. Anak-anak dengan gangguan motorik berat, diklasifikasikan sebagai GMFCS level V, memiliki tingkat kelangsungan hidup yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka dengan gangguan yang lebih ringan (Brooks et al., 2021) (Prastiya et al., 2018).
- Gangguan intelektual dan kebutuhan akan pemberian makan melalui tabung juga dikaitkan dengan berkurangnya harapan hidup. Misalnya, anak-anak yang tidak dapat mengangkat kepala mereka dalam posisi tengkurap dan membutuhkan pemberian makan tabung memiliki usia kematian rata-rata yang jauh lebih rendah daripada mereka dengan gangguan yang kurang parah (Brooks et al., 2014).
Disparitas Regional
- Di Afrika Selatan, anak-anak dengan CP memiliki harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka di negara-negara berpenghasilan tinggi, dengan tingkat kelangsungan hidup hingga usia 15 tahun jauh lebih rendah (Brooks et al., 2021).
- Di pedesaan Uganda, angka kematian anak-anak dengan CP terlalu tinggi, dengan rasio angka kematian standar 25,3 dibandingkan dengan populasi umum. Malnutrisi berat dan gangguan motorik merupakan faktor risiko yang signifikan untuk kematian dini (Namaganda et al., 2020).
Penyebab Umum Kematian
- Komplikasi pernapasan, terutama pneumonia, adalah penyebab utama kematian di antara anak-anak dengan CP. Ini konsisten di berbagai penelitian, dengan kegagalan pernapasan menyumbang proporsi kematian yang signifikan (Prastiya et al., 2018) (Himmelmann et al., 2015) (Pilla et al., 2018).
- Penyebab umum lainnya termasuk penyakit kardiovaskular, epilepsi, dan komplikasi gastrointestinal (Pilla et al., 2018).
Dampak Intervensi Medis
- Kemajuan medis telah menyebabkan beberapa peningkatan dalam tingkat kelangsungan hidup, terutama untuk anak-anak cacat berat yang diberi makan melalui tabung. Namun, peningkatan ini tidak seragam di semua wilayah atau tingkat keparahan (Ray et al., 2013) (Brooks et al., 2014).
- Intervensi bedah, seperti fusi tulang belakang, telah dikaitkan dengan penurunan kelangsungan hidup jangka panjang, meskipun banyak anak bertahan hidup 20 hingga 30 tahun pasca operasi (Hariharan et al., 2023)].
Sementara tren umum menunjukkan penurunan harapan hidup untuk anak-anak dengan CP, ada perbedaan antara literatur dan data komunitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model harapan hidup mungkin meremehkan kelangsungan hidup, karena anak-anak dengan CP hidup lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Perbedaan ini menyoroti perlunya prediksi kelangsungan hidup yang diperbarui dan akurat untuk memastikan perawatan dan perencanaan yang tepat untuk individu dengan CPÂ (Lichtblau, 2021).