Anak-anak dengan cerebral palsy (CP) memang dapat menghadiri kegiatan ekstrakurikuler, termasuk kegiatan olahraga dan rekreasi, yang secara signifikan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial mereka. Partisipasi dalam kegiatan tersebut dikaitkan dengan peningkatan fungsi motorik, kualitas hidup, dan hasil kesehatan mental. Namun, anak-anak dengan CP menghadapi tantangan dan hambatan unik yang perlu diatasi untuk memfasilitasi partisipasi mereka. Bagian berikut mengeksplorasi manfaat, hambatan, dan strategi untuk memungkinkan partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk anak-anak dengan CP.
Manfaat Partisipasi
- Kesehatan Fisik: Terlibat dalam aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular, daya tahan otot, fleksibilitas, koordinasi, dan kepadatan tulang pada anak-anak dengan CP. Partisipasi teratur dalam olahraga dan aktivitas fisik juga dapat membantu mengurangi perilaku menetap, yang terkait dengan berbagai masalah kesehatan (Zebracki, 2023) (Verschuren & Bolster, 2023).
- Kesehatan Mental: Partisipasi dalam olahraga dan aktivitas fisik dikaitkan dengan penurunan kemungkinan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, gangguan perilaku, dan ADHD pada anak-anak dengan CP. Hal ini disebabkan sosialisasi dan manfaat fisik yang diberikan oleh kegiatan ini (Keko et al., 2023).
- Kesejahteraan sosial dan emosional: Keterlibatan dalam olahraga dapat meningkatkan kepercayaan diri, pertumbuhan pribadi, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Ini juga mempromosikan pengembangan persahabatan baru, kerja tim, keterampilan kepemimpinan, dan rasa memiliki (Zebracki, 2023) (Romeo et al., 2024).
Hambatan untuk Partisipasi
- Hambatan Fisik dan Lingkungan: Anak-anak dengan CP sering menghadapi keterbatasan fisik dan hambatan lingkungan seperti fasilitas yang tidak dapat diakses dan kurangnya peralatan adaptif. Hambatan ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler (Fragala-Pinkham & O’neil, 2020).
- Hambatan Masyarakat dan Sikap: Ada bias sosial dan ekspektasi kinerja rendah yang dapat mencegah partisipasi. Selain itu, anak-anak dengan CP mungkin mengalami intimidasi atau kurangnya dukungan dari teman sebaya dan pelatih (Zebracki, 2023) (Fragala-Pinkham & O’neil, 2020).
- Keterbatasan Sumber Daya: Ketersediaan program olahraga adaptif dan biaya modifikasi atau peralatan yang diperlukan dapat menjadi hambatan yang signifikan. Transportasi dan kedekatan dengan program yang sesuai juga berperan dalam membatasi partisipasi (Zebracki, 2023).
Strategi untuk Memfasilitasi Partisipasi
- Program Olahraga Adaptif: Menerapkan program olahraga adaptif yang memenuhi kebutuhan spesifik anak-anak dengan CP dapat meningkatkan partisipasi. Program-program ini harus mencakup penyaringan pra-latihan, penggunaan peralatan yang disesuaikan, dan pengawasan untuk memastikan keamanan (Morgan et al., 2024) (Law & Pennington, 2021).
- Dukungan Komunitas dan Keluarga: Mendorong keterlibatan keluarga dan menciptakan lingkungan komunitas yang mendukung dapat meningkatkan partisipasi. Orang tua dan pengasuh harus dididik tentang manfaat aktivitas fisik dan didorong untuk mendukung keterlibatan anak-anak mereka (Zebracki, 2023) (Pashmdarfard et al., 2021).
- Pembangunan Kebijakan dan Infrastruktur: Mengembangkan kebijakan dan infrastruktur yang mempromosikan inklusi dan aksesibilitas dapat membantu mengatasi hambatan masyarakat. Ini termasuk menciptakan fasilitas yang dapat diakses dan memberikan pelatihan bagi pelatih dan staf untuk bekerja dengan anak-anak penyandang disabilitas (Zebracki, 2023) (Pashmdarfard et al., 2021).
Sementara manfaat kegiatan ekstrakurikuler untuk anak-anak dengan CP didokumentasikan dengan baik, penting untuk menyadari bahwa partisipasi mungkin tidak layak untuk semua anak karena berbagai tingkat kecacatan dan keadaan pribadi. Beberapa anak mungkin memerlukan intervensi yang lebih individual atau mungkin mendapat manfaat dari bentuk keterlibatan alternatif yang tidak melibatkan aktivitas fisik. Selain itu, efektivitas intervensi dapat bervariasi, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi praktik terbaik untuk memasukkan individu non-rawat jalan dalam intervensi yang berfokus pada olahraga (Junior et al., 2022) (Lai et al., 2021).