A mother and daughter share a moment, watching a tablet together in a cozy bedroom setting.

Apakah Anak Dengan Autisme Lebih Suka Bermain Sendiri Daripada Bersama Teman?

Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering menunjukkan preferensi bermain yang unik, yang dapat mencakup kecenderungan untuk bermain sendiri daripada dengan teman sebaya. Preferensi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk motivasi sosial, hambatan lingkungan, dan perbedaan individu dalam gaya bermain. Sementara beberapa anak dengan autisme mungkin lebih suka bermain soliter, yang lain terlibat dalam permainan sosial dalam kondisi tertentu, menyoroti keragaman dalam spektrum autisme. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek ini secara rinci.

Preferensi Bermain Soliter

  • Anak-anak autis sering terlibat dalam permainan soliter, yang dapat berfungsi sebagai fungsi pemulihan, memungkinkan mereka untuk fokus secara intens dan menikmati kegiatan tanpa kompleksitas interaksi sosial (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023).
  • Pengamatan di taman bermain sekolah menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme sering berpartisipasi dalam kegiatan soliter atau perifer, sering menunjukkan perilaku stimulasi diri selama masa-masa ini (Gilmore et al., 2019).
  • Dalam lingkungan sekolah inklusif, anak-anak dengan autisme menghabiskan sebagian besar waktu istirahat terlibat dalam kegiatan soliter dibandingkan dengan rekan-rekan neurotipikal mereka (Locke et al., 2016).

Bermain Soal dan Interaksi

  • Terlepas dari preferensi untuk bermain soliter, banyak anak autis terlibat dalam permainan sosial, terutama ketika didukung oleh orang dewasa atau ketika bermain dengan teman sebaya autis lainnya (Kangas et al., 2012).
  • Anak-anak autis dapat menunjukkan inisiasi dan respons sosial yang tepat, meskipun interaksi ini mungkin lebih jarang atau intens daripada rekan-rekan neurotipikal mereka (Gilmore et al., 2019).
  • Kualitas dan tingkat persahabatan di antara anak-anak autis sangat bervariasi, dengan beberapa anak mengungkapkan kepuasan dengan persahabatan mereka meskipun menilai mereka lebih buruk kualitasnya dibandingkan dengan teman sebayanya (Calder et al., 2013) (Calder et al., 2013).

Hambatan Lingkungan dan Sosif

  • Hambatan fisik dan sosial di lingkungan bermain di luar ruangan dapat membatasi peluang bagi anak-anak autis untuk terlibat dalam permainan sosial, memerlukan lingkungan yang mendukung dan inklusif untuk memfasilitasi interaksi (Coughlan & Lynch, 2024).
  • Peran orang dewasa sangat penting dalam mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial, meskipun intervensi harus peka terhadap preferensi dan keinginan anak-anak itu sendiri (Calder et al., 2013) (Calder et al., 2013).

Perbedaan dan Preferensi Individu

  • Anak-anak autis menunjukkan preferensi bermain yang beragam, dengan beberapa menunjukkan keinginan yang kuat untuk interaksi sosial, sementara yang lain lebih suka bermain soliter. Keragaman ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan individual untuk memahami dan mendukung permainan pada anak-anak autis (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023) (Causton-Theoharis et al., 2009).
  • Preferensi untuk jenis permainan tertentu, seperti bermain paralel atau bermain dengan rekan-rekan autis serupa, menyoroti perlunya lingkungan yang mengakomodasi preferensi ini dan mempromosikan pengalaman bermain positif (“Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults”, 2023).

Sementara banyak anak dengan autisme mungkin lebih suka bermain soliter, penting untuk mengenali variabilitas dalam preferensi bermain dan potensi interaksi sosial dalam kondisi yang mendukung. Keinginan untuk koneksi sosial hadir pada banyak individu autis, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dapat membantu memfasilitasi interaksi yang bermakna. Memahami preferensi dan hambatan ini dapat menginformasikan intervensi dan mendukung strategi yang menghormati kebutuhan dan keinginan individu anak-anak autis.

Social play as a “double-edged sword”: Exploring the experience of autistic play from the perspective of autistic adults. (2023). https://doi.org/10.31234/osf.io/2gq3y
Gilmore, S., Frederick, L., Santillan, L., & Locke, J. (2019). The games they play: Observations of children with autism spectrum disorder on the school playground: Autism. https://doi.org/10.1177/1362361318811987
Locke, J., Shih, W., Kretzmann, M., & Kasari, C. (2016). Examining playground engagement between elementary school children with and without autism spectrum disorder. Autism. https://doi.org/10.1177/1362361315599468
Kangas, S., Määttä, K., & Uusiautti, S. (2012). Alone and in a group: ethnographic research on autistic children’s play. International Journal of Play. https://doi.org/10.1080/21594937.2012.656920
Calder, L., Hill, V., & Pellicano, E. (2013b). ‘Sometimes I want to play by myself’: Understanding what friendship means to children with autism in mainstream primary schools. Autism. https://doi.org/10.1177/1362361312467866
Calder, L., Hill, H., & Pellicano, L. (2013a). ?Sometimes I want to play by myself?: Understanding what friendship means to children with autism in mainstream primary schools.
Coughlan, M., & Lynch, H. (2024). “Can I Play Too?” A Qualitative Study of Outdoor Play and Participation Among Autistic Preschoolers. American Journal of Occupational Therapy. https://doi.org/10.5014/ajot.2024.050732
Causton-Theoharis, J., Ashby, C., & Cosier, M. (2009). Islands of Loneliness: Exploring Social Interaction Through the Autobiographies of Individuals With Autism. Intellectual and Developmental Disabilities. https://doi.org/10.1352/1934-9556-47.2.84
Scroll to Top