Apakah Anak Dengan Autisme Lebih Rentan Mengalami Gangguan Mental Lainnya?

Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) memang lebih rentan terhadap gangguan mental lainnya dibandingkan dengan teman sebayanya yang neurotipikal. Peningkatan kerentanan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan psikososial. Prevalensi kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan pada individu autis sangat tinggi, dengan sebagian besar populasi ini mengalami gangguan kejiwaan tambahan. Bagian berikut akan menyelidiki kecenderungan genetik, pengaruh lingkungan, dan kondisi kesehatan mental spesifik yang lebih umum di antara anak-anak dengan autisme.

Predisposisi Genetik

• Penelitian menunjukkan bahwa varian genetik umum yang terkait dengan autisme juga berkorelasi dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti ADHD, depresi, dan kecemasan. Kondisi ini berbagi heritabilitas genetik moderat dengan autisme, menunjukkan arsitektur genetik yang berbeda yang membuat individu autis cenderung mengalami gangguan ini (Okewole et al., 2024).
• Skor poligenik untuk ADHD dan depresi telah secara signifikan dikaitkan dengan faktor kesehatan mental pada individu autis, lebih lanjut mendukung hubungan genetik antara autisme dan kondisi kejiwaan lainnya (Okewole et al., 2024).

Pengaruh Lingkungan dan Psikososial

• Anak-anak dengan autisme lebih cenderung mengalami pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan (ACE), yang dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Pengalaman-pengalaman ini dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kesehatan mental dan fungsi otak, menyoroti perlunya pendekatan klinis yang disesuaikan (Takeda et al., 2024).
• Paparan stres psikososial, seperti gangguan keluarga dan kesulitan sekolah, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala psikotik pada individu autis. Hal ini menunjukkan bahwa stres lingkungan dapat memicu tantangan kesehatan mental pada populasi ini (Bortoletto et al., 2023).

Kondisi Kesehatan Mental Khusus

• Kecemasan dan depresi sangat lazim di kalangan anak-anak autis. Penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan keparahan gejala autisme selama masa kanak-kanak pertengahan dikaitkan dengan munculnya kecemasan dan gejala ADHD (Waizbard-Bartov et al., 2023).
• Individu autis berisiko lebih tinggi mengembangkan gangguan stres akut dan PTSD, terutama setelah peristiwa traumatis. Kerentanan ini menggarisbawahi pentingnya mengenali dan mengatasi risiko ini dalam pengaturan klinis (Li et al., 2024).
• Kondisi yang terjadi bersamaan seperti disforia gender dapat semakin memperburuk masalah kesehatan mental, dengan remaja yang mengalami ASD dan disforia gender menunjukkan kemungkinan kecemasan dan depresi yang jauh lebih tinggi (Kahn et al., 2023).

Implikasi yang Lebih Luas

• Tingginya prevalensi gangguan kesehatan mental di antara individu autis sering menyebabkan peningkatan rawat inap, yang mahal dan bisa traumatis. Ini menyoroti perlunya peningkatan perawatan kesehatan mental berbasis komunitas yang disesuaikan dengan kebutuhan remaja autis (McMaughan et al., 2023).
• Kehadiran cacat intelektual atau perkembangan bersama autisme semakin meningkatkan risiko kesulitan kesehatan mental, yang mempengaruhi anak-anak dan keluarga mereka. Hal ini memerlukan sistem pendukung yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan kompleks individu-individu ini (Wolstencroft et al., 2023).

Sementara kerentanan anak-anak autis terhadap gangguan mental lainnya didokumentasikan dengan baik, sangat penting untuk mempertimbangkan variabilitas tingkat prevalensi karena faktor-faktor seperti kriteria diagnostik, alat penilaian, dan karakteristik individu seperti usia dan jenis kelamin. Selain itu, konsep bayangan diagnostik dokter dapat mempengaruhi pengakuan komorbiditas, menunjukkan bahwa beberapa masalah kesehatan mental mungkin kurang terdiagnosis pada populasi ini (“Autism and mental health”, 2022). Memahami nuansa ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif dan sistem pendukung untuk individu autis dan keluarga mereka.