Anak-anak dengan autisme memang dapat bermain dengan teman sebayanya, meskipun mereka sering menghadapi tantangan unik dalam interaksi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa sementara anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) pada awalnya mungkin menempati posisi yang lebih perifer di jejaring sosial dan lebih sedikit terlibat dalam hubungan timbal balik, intervensi dan kegiatan bermain terstruktur dapat secara signifikan meningkatkan integrasi sosial dan kemampuan interaksi mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan dukungan dan intervensi yang tepat, anak-anak dengan autisme dapat berhasil terlibat dalam bermain dengan teman sebaya mereka, mendorong perkembangan sosial dan inklusi.
Integrasi Sosial dan Tantangan
- Anak-anak dengan ASD sering memiliki sentralitas yang lebih rendah di jejaring sosial dan lebih sedikit terlibat dalam hubungan timbal balik dibandingkan dengan teman sebaya mereka tanpa ASD. Ini menunjukkan perlunya intervensi yang ditargetkan untuk mempromosikan inklusi sosial dan integrasi dalam lingkungan sekolah (Soto‐Icaza et al., 2025).
- Guru merasakan banyak hambatan untuk bermain teman sebaya, termasuk faktor tingkat anak seperti mudah tersinggung terhadap kebisingan dan faktor kelembagaan seperti ukuran kelompok besar. Tantangan-tantangan ini menyoroti perlunya strategi yang disesuaikan untuk mendukung interaksi teman sebaya dalam pengaturan pendidikan inklusif (Lindahl-Jacobsen & Farias, 2023).
Intervensi dan Strategi
- Intervensi yang dimediasi rekan, seperti kegiatan pendidikan jasmani terstruktur, telah terbukti secara signifikan meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada anak-anak dengan autisme. Intervensi ini meningkatkan kognisi sosial, komunikasi, dan motivasi, menunjukkan potensi pendekatan yang dimediasi rekan untuk menumbuhkan keterampilan sosial (Zhang, 2024).
- Bermain kolaboratif, di mana anak-anak bekerja menuju tujuan bersama, telah diidentifikasi sebagai intervensi yang menjanjikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi pada anak-anak autis. Keterlibatan rutin dalam kegiatan semacam itu, dengan dukungan mediator seperti orang tua atau guru, dapat memfasilitasi pengembangan sosial dan inklusi (Khatab et al., 2024).
- Model Kelompok Bermain Terpadu, yang memandu anak-anak autis dan neurotipikal dalam bersama-sama menciptakan budaya bermain inklusif, menggambarkan manfaat mengadopsi kerangka kerja keragaman saraf untuk mendukung ekspresi yang beragam dan variasi perkembangan dalam permainan (Wolfberg, 2023).
Peran Metode Berbasis Permainan
- Metode berbasis permainan menawarkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan kegiatan dengan minat dan preferensi sensorik anak-anak dengan autisme. Metode-metode ini tidak hanya mendukung pertumbuhan akademik tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial dan kesejahteraan secara keseluruhan (Macmbinji & Hussein, 2024).
- Memasukkan keterampilan motorik individu dan diadik ke dalam intervensi interaksi sosial dapat meningkatkan kompetensi interaksi teman sebaya. Fungsi motorik individu yang lebih baik dan kinerja tindakan bersama berkontribusi pada peningkatan kerja sama sosial dan kualitas diadik (Estrugo et al., 2023).
Pendidikan dan Kesadaran Peer
- Intervensi pendidikan sejawat, seperti program Kit for Kids, meningkatkan pengetahuan dan sikap teman sebaya terhadap siswa dengan autisme. Intervensi ini menumbuhkan lingkungan yang lebih inklusif dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman di antara rekan-rekan yang biasanya berkembang (Fleming et al., 2024).
- Memasukkan teman sebaya non-autis dalam permainan yang dirancang untuk sosialisasi autis dapat memenuhi kebutuhan sosial anak-anak autis, memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan percaya diri dan aman dengan rekan-rekan neurotipikal mereka (Xiao, 2024).
Sementara anak-anak dengan autisme menghadapi tantangan dalam permainan sosial, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya intervensi dan praktik inklusif yang mendukung perkembangan sosial mereka. Dengan mengatasi hambatan dan memanfaatkan permainan terstruktur dan strategi yang dimediasi teman sebaya, anak-anak dengan autisme dapat terlibat lebih efektif dengan teman sebaya mereka, mempromosikan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung. Namun, sangat penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi individu setiap anak, serta konteks sosiokultural yang lebih luas, untuk memastikan integrasi dan partisipasi yang sukses dalam kegiatan bermain teman sebaya.