Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) sering menghadapi tantangan unik dalam belajar menulis dibandingkan dengan teman sebayanya yang neurotipikal. Tantangan ini terutama disebabkan oleh integrasi proses kognitif, sensorik, dan motorik yang diperlukan untuk tulisan tangan, yang bisa sangat sulit bagi anak-anak dengan ASD. Namun, ada juga contoh di mana individu autis menunjukkan keterampilan menulis yang unggul, terutama dalam konteks yang selaras dengan minat dan gaya kognitif mereka. Kompleksitas ini menunjukkan bahwa meskipun ada kesulitan umum, ada juga pengecualian dan kekuatan penting dalam menulis di antara individu autis.
Tantangan dalam Menulis untuk Anak dengan Autisme
- Integrasi Motorik dan Sensorial: Anak-anak dengan ASD sering berjuang dengan gangguan motorik, yang dapat mempengaruhi kemampuan tulisan tangan mereka. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam tugas tulisan tangan, mengakibatkan kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan anak-anak yang biasanya berkembang (Parvez et al., 2023) (Bos & Rosenblum, 2022).
- Fungsi Kognitif dan Linguistik: Integrasi fungsi kontrol linguistik, psikomotorik, dan motorik sangat penting untuk tulisan tangan. Fungsi-fungsi ini sering menantang bagi anak-anak dengan ASD, memengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan tulisan yang terbaca dan koheren (Bos & Rosenblum, 2022).
- Kesulitan Sosial dan Komunikasi: Masalah sosialisasi dapat memengaruhi keterampilan melek huruf dan menulis pada anak-anak dengan autisme. Menulis sering digunakan sebagai alat sosiokultural, dan kesulitan dalam komunikasi sosial dapat menghambat pengembangan keterampilan menulis (Maxwell et al., 2022).
Intervensi dan Perbaikan
- Intervensi yang Ditargetkan: Studi telah menunjukkan bahwa intervensi yang disesuaikan, seperti program Handwriting Without Tears®, dapat secara signifikan meningkatkan keterampilan tulisan tangan pada anak-anak dengan cacat perkembangan, termasuk autisme. Intervensi ini berfokus pada tantangan spesifik dan sering diterapkan dalam pengaturan pendidikan khusus (Goyen et al., 2024).
- Studi Kasus: Studi kasus individu, seperti yang melibatkan anak-anak dengan Sindrom Asperger, telah menunjukkan bahwa latihan tulisan tangan yang ditargetkan dan dukungan kolaboratif dapat mengarah pada peningkatan keterbacaan tulisan tangan dan kinerja akademis (Pani, 2024).
Kekuatan dalam Menulis Di Antara Individu Autis
- Gaya Penulisan Kompleks: Beberapa individu autis, terutama mereka yang terlibat dalam kegiatan menulis mandiri seperti blogging, menunjukkan gaya penulisan yang lebih kompleks daripada rekan-rekan neurotipikal mereka. Kompleksitas ini sering tercermin dalam penggunaan kalimat yang lebih panjang, kosakata langka, dan fokus pada topik abstrak(Caldwell-Harris & Posner, 2024)Â (“When Autistic Writing is Superior to Neurotypical Writing: the Case of Blogs”, 2023).
- Orientasi Intelektual: Keterampilan menulis unggul yang diamati pada beberapa individu autis mungkin terkait dengan minat intelektual dan gaya kognitif mereka, yang dapat mengarah pada penulisan yang lebih canggih ketika mereka menulis untuk tujuan mereka sendiri (Caldwell-Harris & Posner, 2024) (“When Autistic Writing is Superior to Neurotypical Writing: the Case of Blogs”, 2023).
Sementara anak-anak dengan autisme umumnya menghadapi lebih banyak tantangan dalam belajar menulis dibandingkan dengan rekan-rekan neurotipikal mereka, tantangan ini tidak seragam di semua individu dengan ASD. Beberapa individu autis menunjukkan kemampuan menulis yang luar biasa, terutama dalam konteks yang selaras dengan minat dan kekuatan kognitif mereka. Ini menyoroti pentingnya mengenali heterogenitas dalam spektrum autisme dan menyesuaikan pendekatan pendidikan untuk mendukung tantangan dan kekuatan individu autis secara tertulis.