A young child plays with a wooden toy on a small table indoors, showcasing minimalist design.

Apakah Anak Autis Selalu Suka Bermain Sendiri?

Anak-anak autis tidak selalu lebih suka bermain sendiri, meskipun mereka sering menunjukkan gaya bermain unik yang mungkin berbeda dari anak-anak neurotipikal. Sementara bermain soliter adalah hal biasa di antara anak-anak autis karena tantangan dalam interaksi sosial dan komunikasi, banyak anak autis juga mengungkapkan keinginan untuk koneksi sosial dan dapat terlibat dalam bermain dengan orang lain dalam kondisi yang mendukung. Preferensi untuk bermain soliter tidak mutlak dan dapat sangat bervariasi di antara individu dengan autisme, dipengaruhi oleh minat pribadi, faktor lingkungan, dan kehadiran orang dewasa atau teman sebaya yang mendukung. Berikut adalah beberapa wawasan utama dari penelitian ini:

Preferensi dan Tantangan Bermain Soal

  • Anak-anak autis sering menghadapi hambatan sosial dan fisik yang dapat membatasi partisipasi mereka dalam permainan kelompok. Hambatan ini dapat mencakup kepekaan sensorik, kesulitan komunikasi, dan kurangnya pemahaman dari teman sebaya dan orang dewasa (Coughlan & Lynch, 2024).
  • Terlepas dari tantangan ini, beberapa anak autis mengungkapkan keinginan untuk koneksi sosial dan dapat terlibat dalam permainan sederhana dengan anak-anak autis lainnya, menunjukkan bahwa mereka tidak selalu lebih suka bermain sendiri (Kangas et al., 2012)].
  • Pendekatan berbasis kekuatan untuk memahami permainan autis menyoroti bahwa banyak anak autis menghargai koneksi sosial dan dapat terlibat dalam permainan sosial ketika diberi dukungan dan peluang yang tepat (O’Keeffe & McNally, 2024).

Gaya Bermain Unik

  • Anak-anak autis sering menunjukkan gaya bermain yang berbeda, seperti perilaku berulang atau ritualistik, yang dapat disalahartikan sebagai preferensi untuk bermain soliter. Namun, perilaku ini juga bisa menjadi bentuk permainan yang memberikan kepuasan sensorik atau rasa kendali (Eisele & Howard, 2012).
  • Beberapa anak autis menikmati jenis permainan tertentu, seperti permainan kasar, yang dapat melibatkan interaksi sosial dengan orang tua atau pengasuh (Boucher, 1999)].
  • Permainan anak-anak autis sering melibatkan fokus pada pengalaman sensorik dan mungkin tidak selalu selaras dengan bentuk tradisional permainan sosial atau pura-pura (Schopler, 1995).

Lingkungan dan Intervensi yang Mendukung

  • Menciptakan lingkungan bermain yang mendukung dan inklusif dapat membantu anak-anak autis terlibat dalam permainan sosial. Ini termasuk memberikan kesempatan untuk kebebasan berekspresi dan mengakomodasi kebutuhan sensori (Coughlan & Lynch, 2024).
  • Intervensi seperti Pendekatan Bersama Playboxes telah terbukti meningkatkan kemampuan bermain pura-pura pada anak-anak autis, menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, anak-anak ini dapat mengembangkan keterampilan bermain yang lebih kompleks (Marwick et al., 2021).
  • Pengajaran langsung dan intervensi permainan terstruktur dapat membantu memutus siklus peluang bermain yang miskin dan mendukung pengembangan keterampilan bermain sosial pada anak-anak autis (Jordan, 2003).

Sementara anak-anak autis mungkin sering terlibat dalam permainan soliter, penting untuk menyadari bahwa ini tidak selalu karena preferensi untuk menyendiri. Banyak anak autis dapat dan memang menikmati permainan sosial ketika diberikan dukungan dan lingkungan yang tepat. Memahami dan menghormati gaya bermain yang unik dan preferensi anak-anak autis sangat penting dalam menumbuhkan peluang bermain inklusif. Perspektif ini menantang stereotip bahwa anak-anak autis secara inheren lebih menyukai kesendirian dan menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung pengalaman bermain yang beragam.

Coughlan, M., & Lynch, H. (2024). “Can I Play Too?” A Qualitative Study of Outdoor Play and Participation Among Autistic Preschoolers. American Journal of Occupational Therapy. https://doi.org/10.5014/ajot.2024.050732
Kangas, S., Määttä, K., & Uusiautti, S. (2012). Alone and in a group: ethnographic research on autistic children’s play. International Journal of Play. https://doi.org/10.1080/21594937.2012.656920
O’Keeffe, C., & McNally, S. (2024). A Strengths-Based Understanding of the Play of Autistic Children. https://doi.org/10.31234/osf.io/cfdwj
Eisele, G., & Howard, J. (2012). Exploring the presence of characteristics associated with play within the ritual repetitive behaviour of autistic children. International Journal of Play. https://doi.org/10.1080/21594937.2012.692202
Boucher, J. (1999). Editorial: interventions with children with autism – methods based on play: Child Language Teaching and Therapy. https://doi.org/10.1177/026565909901500101
Schopler, E. (1995). Play and Leisure. https://doi.org/10.1007/978-1-4899-1069-1_4
Marwick, H., Jarvie, K., Cowie, H., Johnston, L., Hammond-Evans, N., Cockayne, R., & Cockayne, R. (2021). Developing Pretend Play in Autistic Children Using the Playboxes Joint Play Approach as Part of Ongoing Practice. Journal of Autism and Developmental Disorders. https://doi.org/10.1007/S10803-021-05156-9
Jordan, R. (2003). Social Play and Autistic Spectrum Disorders: A Perspective on Theory, Implications and Educational Approaches. Autism. https://doi.org/10.1177/1362361303007004002
Scroll to Top