Anak-anak autis sering mengalami gangguan sensorik, tetapi ini tidak universal di semua individu dengan autisme. Kelainan sensorik adalah ciri umum gangguan spektrum autisme (ASD), bermanifestasi dalam berbagai bentuk seperti hiper-responsivitas, hipo-responsivitas, dan perilaku pencarian sensorik. Namun, keberadaan dan tingkat keparahan masalah sensorik ini dapat bervariasi secara signifikan di antara individu dengan ASD. Variabilitas ini menunjukkan bahwa sementara gangguan sensorik lazim, mereka bukan karakteristik wajib autisme.
Prevalensi dan Jenis Gangguan Sensorik
- Sebuah studi berbasis populasi besar menemukan bahwa 74% anak-anak autis telah mendokumentasikan fitur sensorik, menunjukkan prevalensi kelainan sensorik yang tinggi pada populasi ini (Kirby et al., 2022).
- Gejala sensorik pada autisme dapat mencakup hipo-responsivitas, hiper-responsif, dan perilaku mencari sensorik, dengan beberapa individu juga mengalami peningkatan persepsi (Posar & Visconti, 2017).
- DSM-5 mencakup perilaku sensorik atipikal sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk ASD, menyoroti signifikansi gejala ini pada gangguan tersebut (Chang et al., 2014).
Gangguan Sensorik dan Korelasi Klinis
- Kesulitan sensorik pada autisme sering dikaitkan dengan berkurangnya habituasi sensorik, yang berkorelasi dengan berbagai gejala klinis dan tindakan perilaku (Jamal et al., 2021).
- Kelainan sensorik dapat secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu dengan autisme dan keluarga mereka, mempengaruhi bidang-bidang seperti perilaku adaptif, keadaan emosional, dan perkembangan motorik (Kirby et al., 2022).
- Gangguan taktil, terutama di daerah oral-wajah, sering terjadi dan dapat mengganggu pemrosesan dan orientasi sensorik, berpotensi memprediksi tingkat keparahan ASD (Silva et al., 2015).
Gangguan Sensorik Dibandingkan dengan Gangguan Lain
- Disfungsi sensorik tidak unik untuk autisme dan juga dapat ditemukan pada gangguan perkembangan lainnya, seperti cacat intelektual dan gangguan pemrosesan sensorik (SPD) (Canfield, 2008) (Rogers & Ozonoff, 2005).
- Anak-anak dengan autisme mungkin menunjukkan gangguan sensorik yang lebih jelas dibandingkan dengan mereka yang memiliki keterlambatan perkembangan lainnya, terutama dalam sensitivitas sentuhan dan rasa/bau (Wiggins et al., 2009).
Implikasi untuk Diagnosis dan Manajemen
- Gangguan sensorik semakin diakui sebagai aspek kritis autisme, mempengaruhi diagnosis dan strategi manajemen (Caminha & Lampreia, 2012).
- Mengevaluasi dan mengatasi masalah sensorik sangat penting dalam manajemen autisme yang komprehensif, karena gangguan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan dan perilaku (Silva et al., 2015).
Sementara gangguan sensorik adalah ciri umum pada autisme, mereka tidak ada pada setiap individu dengan gangguan tersebut. Variabilitas dalam pengalaman sensorik di antara individu autis menunjukkan bahwa gangguan ini, meskipun signifikan, bukanlah karakteristik yang menentukan autisme. Selain itu, disfungsi sensorik tidak eksklusif untuk autisme dan dapat diamati pada gangguan perkembangan lainnya, mempersulit spesifisitas gejala ini untuk diagnosis autisme. Ini menyoroti perlunya penilaian individual dan strategi intervensi untuk mengatasi beragam kebutuhan sensorik individu autis.