Anak-anak autis sering menghadapi tantangan dalam memahami dan menafsirkan emosi orang lain, yang secara signifikan dapat mempengaruhi interaksi sosial dan keterampilan komunikasi mereka. Kesulitan ini terutama disebabkan oleh cara-cara unik di mana anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) memproses isyarat emosional, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Namun, penelitian menunjukkan bahwa dengan intervensi dan teknologi yang tepat, anak-anak autis dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengenali dan memahami emosi. Bagian berikut mengeksplorasi berbagai aspek topik ini, termasuk intervensi teknologi, tantangan dalam pengenalan emosi, dan potensi pengembangan empati pada anak-anak autis.
Intervensi Teknologi
- Sistem Pengenalan Emosi Wajah: Teknologi seperti aplikasi Convey memanfaatkan sistem Pengenalan Emosi Wajah (FER) untuk membantu anak-anak autis mengidentifikasi emosi pada orang lain. Sistem ini menggunakan model pembelajaran mendalam, seperti Convolutional Neural Networks (CNN), untuk mencapai akurasi tinggi dalam deteksi emosi, sehingga membantu anak-anak dalam memahami isyarat sosial dengan lebih efektif (R., 2024) (Huma et al., 2023)].
- Model Hibrida dan Pembelajaran Mesin: Model lanjutan yang menggabungkan arsitektur seperti DenseNet121 dan MobileNetv2 telah dikembangkan untuk meningkatkan pengenalan emosi dari gambar wajah. Model-model ini mengungguli metode tradisional, memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang emosi pada anak-anak autis (Afrin et al., 2024).
- Sinyal EEG dan Robot Pendamping: Integrasi sinyal EEG dan bot pendamping dengan algoritma pembelajaran mesin telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan akurasi deteksi emosi. Pendekatan multimodal ini menawarkan data mendalam untuk pendidik dan pengasuh, memfasilitasi interaksi yang lebih baik dengan anak-anak autis (Ahmed et al., 2025).
Tantangan dalam Pengenalan Emosi
- Kesulitan dalam Mengenali Emosi: Anak-anak autis sering berjuang untuk mengenali dan mengekspresikan emosi, yang dapat menghambat interaksi sosial mereka. Kesulitan ini dikaitkan dengan cara-cara atipikal di mana mereka memahami dan memproses informasi emosional (Iwaszkiewicz, 2024) (Banos et al., 2024).
- Variabilitas dalam Ekspresi Emosional: Ekspresi emosional anak-anak autis bisa unik dan mungkin tidak sesuai dengan pola khas, membuatnya menantang bagi anak-anak dan orang-orang di sekitar mereka untuk menafsirkan emosi ini dengan akurat (Tuna, 2023).
Potensi untuk Pengembangan Empati
- Kemampuan Empati: Terlepas dari stereotip umum, anak-anak autis tidak acuh tak acuh terhadap emosi orang lain. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka dapat mengalami penularan emosi dan memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan empati dari waktu ke waktu. Perkembangan ini dapat difasilitasi melalui intervensi dan pelatihan yang ditarget (Li et al., 2022).
- Pelatihan dan Perbaikan: Pelatihan keadaan emosional, baik tradisional maupun berbasis komputer, telah terbukti meningkatkan pengenalan keadaan emosional pada anak-anak autis. Pelatihan semacam itu juga meningkatkan hubungan ibuek-anak dan kompetensi orang tua, menunjukkan manfaat sosial yang lebih luas (Mohammadi et al., 2023).
Sementara anak-anak autis menghadapi tantangan yang melekat dalam memahami emosi, penelitian menunjukkan bahwa mereka mampu belajar dan meningkatkan keterampilan ini dengan dukungan yang tepat. Kemajuan teknologi dan intervensi yang ditargetkan memainkan peran penting dalam proses ini, menawarkan jalan yang menjanjikan untuk meningkatkan pengenalan emosional dan empati pada anak-anak autis. Namun, penting untuk mengenali keragaman dalam spektrum autisme dan menyesuaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan individu secara efektif.