Anak-anak autis memang bisa kuliah, dan ada tren yang berkembang dari individu autis yang mendaftar di lembaga pendidikan tinggi. Namun, transisi ke perguruan tinggi menghadirkan tantangan unik yang membutuhkan sistem dukungan yang disesuaikan untuk memastikan keberhasilan mereka. Tantangan-tantangan ini termasuk mengelola interaksi sosial, defisit komunikasi, dan kebutuhan akan dukungan akademis khusus. Perguruan tinggi dan universitas semakin menyadari perlunya menyediakan program dukungan komprehensif untuk mengatasi tantangan ini dan memfasilitasi keberhasilan integrasi siswa autis ke dalam lingkungan akademik.
Tantangan Transisi dan Kebutuhan Dukungan
- Tantangan Sosial dan Komunikasi: Siswa autis sering menghadapi kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi, yang dapat memengaruhi pengalaman kuliah mereka. Program yang berfokus pada perencanaan sosial, bimbingan teman sebaya, dan pelatihan keterampilan komunikasi sangat penting untuk membantu siswa ini menavigasi aspek sosial kehidupan kuliah (Syriopoulou‐Delli et al., 2024) (Wischnewsky, 2023).
- Keterlibatan Orangtua: Transisi ke perguruan tinggi juga melibatkan pergeseran peran orang tua. Sementara dukungan orang tua tetap penting, ada kebutuhan untuk keseimbangan untuk memungkinkan siswa autis mendapatkan kemandirian. Program yang memfasilitasi transisi ini dengan melibatkan orang tua dengan cara yang mendukung namun tidak mengganggu dapat menguntungkan (Nachman, 2024).
- Dukungan Fungsi Akademik dan Eksekutif: Siswa autis mungkin memerlukan dukungan tambahan di bidang-bidang seperti fungsi eksekutif, pengaturan diri, dan keterampilan akademik. Perguruan tinggi didorong untuk menawarkan layanan dukungan khusus, termasuk pelatihan pembinaan dan keterampilan perilaku, untuk membantu siswa mengelola tanggung jawab akademik mereka (Barge et al., 2025) (Wischnewsky, 2023).
Dukungan Kelembagaan dan Pengembangan Program
- Program Dukungan Khusus: Ada seruan untuk pengembangan program dukungan khusus autisme di lembaga pendidikan tinggi. Program-program ini dapat menyediakan sumber daya dan intervensi yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan unik siswa autis, seperti kerangka kerja visual dan umpan balik video untuk pembelajaran (Barge et al., 2025) (Cui et al., 2024).
- Peran Klinik Universitas: Klinik keperawatan universitas dapat memainkan peran penting dalam mendukung siswa autis dengan mengelola kebutuhan perawatan kesehatan dan mengadvokasi siswa dalam tim multidisiplin. Dukungan ini sangat penting bagi siswa yang mungkin memiliki kondisi kesehatan komorbid yang memerlukan manajemen berkelanjutan (McIntosh & Wendel, 2024).
- Pendampingan dan Inklusi Peer: Program pendampingan sebaya dapat meningkatkan pengalaman kuliah bagi siswa autis dengan memberikan dukungan sosial dan mendorong inklusivitas. Mendorong partisipasi dalam program semacam itu melalui insentif dapat meningkatkan efektivitas dan jangkauannya (Halverson & Lowmaster, 2024).
Peluang dan Pengalaman Positif
Terlepas dari tantangan, perguruan tinggi dapat menjadi lingkungan yang positif bagi siswa autis, menawarkan peluang untuk pertumbuhan pribadi dan keterlibatan sosial. Banyak siswa menemukan perguruan tinggi sebagai tempat yang kondusif untuk mengeksplorasi minat khusus dan membentuk hubungan yang berarti dengan teman sebaya yang memiliki minat yang sama (Wolpe, 2024). Namun, penting untuk mengakui bahwa sementara beberapa siswa berkembang, yang lain mungkin masih menghadapi hambatan sistemik yang perlu diatasi melalui penelitian yang sedang berlangsung dan pengembangan program (Wischnewsky, 2023).
Kesimpulannya, sementara anak-anak autis dapat dan memang menghadiri kuliah, keberhasilan mereka bergantung pada ketersediaan sistem pendukung dan intervensi yang tepat. Perguruan tinggi harus terus mengembangkan dan menerapkan program khusus untuk mengatasi beragam kebutuhan siswa autis, memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk berhasil secara akademis dan sosial di lingkungan pendidikan tinggi.