A girl sits in a field of dandelions, blowing on them during a sunny day.

Apakah Anak Autis Bisa Diajarkan Empati?

Anak-anak autis memang dapat diajarkan empati, meskipun prosesnya mungkin memerlukan intervensi dan pendekatan yang disesuaikan. Empati pada anak autis sering disalahpahami karena tantangan unik mereka dalam komunikasi sosial dan timbal balik emosional. Namun, penelitian menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, anak-anak autis dapat mengembangkan keterampilan empati, yang sangat penting untuk interaksi sosial dan komunikasi. Berbagai penelitian telah mengeksplorasi metode yang berbeda untuk meningkatkan empati pada anak-anak autis, mulai dari intervensi digital hingga program interaktif.

Intervensi Digital dan Teknologi

  • Game VR asimetris telah digunakan untuk meningkatkan empati pada anak-anak autis dengan mempromosikan pengambilan perspektif dan kolaborasi teman sebaya. Permainan ini mendorong anak-anak untuk memahami niat perilaku orang lain melalui permainan kooperatif dan kompetitif, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kemampuan empati (Lee & Yang, 2024).
  • Intervensi digital, seperti desain antarmuka seluler berdasarkan pendekatan yang berpusat pada manusia, telah dikembangkan untuk mendukung pengembangan empati pada anak-anak autis. Intervensi ini dirancang untuk bertahap dan bertahap, memungkinkan anak-anak untuk mempelajari keterampilan empati dengan cara yang terstruktur (Chung & Ghinea, 2020).
  • Robotika juga telah dieksplorasi sebagai alat untuk pengembangan empati, menawarkan intervensi yang dipersonalisasi dan pengalaman menarik yang dapat membantu anak-anak autis meningkatkan keterampilan sosial-emosional mereka (“ECHO: Empowering Children’s Healthcare with Humanoid Empathy”, 2024).

Program Perilaku dan Sosial

  • Program pelatihan yang berfokus pada reaksi vokal dan motorik terhadap rangsangan afektif telah menunjukkan bahwa anak-anak autis dapat belajar menunjukkan respons empatik yang signifikan secara sosial. Program-program ini membantu anak-anak menghubungkan konteks dengan reaksi yang tepat, memperluas keterampilan ini ke pengaturan alam (Pervushina & Gileva, 2023).
  • Program musik dan gerakan telah ditemukan untuk meningkatkan perkembangan empati dengan membantu anak-anak mengenali dan memahami emosi, mengkomunikasikan perasaan mereka, dan membangun hubungan yang lebih kuat (Bella & Sipsa, 2021).

Pengembangan dan Tantangan Empati

  • Studi longitudinal telah menunjukkan bahwa anak-anak autis dapat meningkatkan kemampuan terkait empati seperti penularan emosi, perhatian pada orang lain, dan tindakan prososial dari waktu ke waktu. Terlepas dari kesulitan awal, anak-anak autis telah menunjukkan potensi untuk pengembangan empati yang mirip dengan rekan non-autis mereka (Li et al., 2022).
  • Empati pada anak autis sering ditandai dengan manifestasi yang tidak konsisten, yang dapat menyebabkan tantangan dalam interaksi sosial. Namun, dengan intervensi yang ditargetkan, anak-anak ini dapat belajar mengintegrasikan respons empatik secara lebih konsisten (Pervushina & Gileva, 2023).

Perspektif Orang Tua dan Sosial

  • Persepsi orang tua tentang tingkat empati anak-anak mereka sering selaras, dengan ibu dan ayah mengenali tingkat empati yang rendah pada anak-anak autis. Namun, melibatkan kedua pengasuh dalam penilaian dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang empati dan perilaku anak (Mensi et al., 2023).
  • Empati berhubungan langsung dengan perilaku prososial, dan intervensi yang berfokus pada peningkatan empati dapat menyebabkan peningkatan interaksi sosial dan pengurangan gejala psikopatologis pada anak-anak autis (Lasota, 2024).

Sementara anak-anak autis menghadapi tantangan unik dalam mengembangkan empati, penelitian menunjukkan bahwa mereka tidak acuh tak acuh terhadap perasaan orang lain. Sebaliknya, mereka mungkin berjuang dengan memahami dan mengekspresikan empati karena kesulitan komunikasi sosial. Dengan intervensi yang tepat, seperti alat digital, program perilaku, dan keterlibatan orang tua, anak-anak autis dapat belajar dan meningkatkan keterampilan empati mereka, yang mengarah pada interaksi sosial dan kesadaran emosional yang lebih baik. Ini menyoroti pentingnya bergerak melampaui stereotip dan mengenali potensi pengembangan empati pada anak-anak autis.

Lee, I., & Yang, W.-C. (2024). Enhancing perspective-taking and empathy in children with autism spectrum disorder through asymmetric VR games and peer collaboration. Interactive Learning Environments. https://doi.org/10.1080/10494820.2024.2351174
Chung, S. J., & Ghinea, G. (2020). Towards developing digital interventions supporting empathic ability for children with autism spectrum disorder. Universal Access in The Information Society. https://doi.org/10.1007/S10209-020-00761-4
ECHO: Empowering Children’s Healthcare with Humanoid Empathy. (2024). Asian Journal of Convergence in Technology. https://doi.org/10.33130/ajct.2024v10i01.008
Pervushina, O. N., & Gileva, D. I. (2023). Possibilities of Forming Empathic Reactions in Children with ASD. Reflexio. https://doi.org/10.25205/2658-4506-2022-15-1-3-26
Bella, M., & Sipsa, Z. (2021). Strengthening empathy in children with autism: A single-case study of a music and movement programme. https://doi.org/10.1386/IJMEC_00030_1
Li, B., Blijd-Hoogewys, E. M. A., Stockmann, L., Vergari, I., & Rieffe, C. (2022). Toward feeling, understanding, and caring: The development of empathy in young autistic children. Autism. https://doi.org/10.1177/13623613221117955
Mensi, M. M., GASPARINI, L., Chiappedi, M., Guerini, F. R., Marika, O., Rogantini, C., & Balottin, U. (2023). Empathy and behavior in children affected by autism spectrum disorders. Minerva Pediatrics. https://doi.org/10.23736/s2724-5276.18.05228-3
Lasota, A. (2024). The Mediating Role of Social Interactions and Early Psychopathological Symptoms in the Relationship Between Empathy and Prosociality in Young Children with ASD and Neurotypical Peers. Journal of Autism and Developmental Disorders. https://doi.org/10.1007/s10803-024-06553-6
Scroll to Top