Pertanyaan apakah orang sukses dapat memiliki diskalkulia sangat menarik, karena menantang persepsi konvensional tentang ketidakmampuan belajar sebagai hambatan pencapaian. Dyscalculia, ketidakmampuan belajar spesifik yang mempengaruhi keterampilan matematika, sering dikaitkan dengan kesulitan dalam pemrosesan aritmatika dan angka. Namun, kesuksesan dalam hidup dan karier memiliki banyak segi dan tidak hanya bergantung pada kemampuan matematika. Ada contoh di mana individu dengan diskalkulia telah mencapai kesuksesan, menunjukkan bahwa dengan strategi dan dukungan yang tepat, diskalkulia tidak menghalangi keberhasilan.
Memahami Dyscalculia
- Dyscalculia adalah gangguan belajar yang mempengaruhi perolehan keterampilan aritmatika, berdampak pada sekitar 3-7% populasi (Price & Ansari, 2013) (Kunwar, 2021) (Dhingra et al., 2021).
- Hal ini ditandai dengan kesulitan dalam perbandingan angka, pengambilan fakta aritmatika, dan penggunaan strategi perhitungan yang belum matang (Price & Ansari, 2013) (Bugden & Ansari, 2014).
- Kondisi ini terkait dengan struktur dan fungsi otak atipikal, terutama di daerah yang terkait dengan representasi besaran numerik (Price & Ansari, 2013) (Cangöz et al., 2013).
Studi Kasus Kesuksesan
- Contoh penting adalah Dylan, seorang ahli statistik dengan diskalkulia, yang berhasil menavigasi pendidikan tinggi dalam matematika dengan mengembangkan strategi dan sistem kompensasi untuk mengatasi masalah akses (Lewis & Lynn, 2018).
- Kasus Dylan menggambarkan bahwa perbedaan kognitif, bukan defisit, dapat dikelola dengan strategi yang disesuaikan, memungkinkan individu untuk berhasil di bidang yang secara tradisional dianggap menantang bagi mereka yang menderita diskalkulia (Lewis & Lynn, 2018).
Strategi Pendidikan dan Dukungan
- Strategi intervensi yang efektif berfokus pada peningkatan ‘rasa angka’ dan pemikiran strategis, yang sangat penting untuk mengatasi kesulitan matematis (Hannell, 2013).
- Guru memainkan peran penting dalam mengenali diskalkulia dan menerapkan metode pengajaran yang mendukung untuk membantu siswa mengelola tantangan belajar mereka(Williams, 2013).
- Alat teknologi, seperti tugas kognitif berbasis komputer, sedang dikembangkan untuk menyaring dan mendukung individu dengan diskalkulia, memberikan peluang belajar yang dipersonalisasi (Cangöz et al., 2013).
Implikasi yang Lebih Luas
- Dyscalculia dapat mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri, yang merupakan komponen penting dari kesuksesan. Mengatasi aspek-aspek psikologis ini sangat penting untuk menumbuhkan ketahanan dan kepercayaan diri pada individu dengan diskalkulia (Williams, 2013).
- Dampak kondisi dapat meluas hingga dewasa, mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan peluang profesional. Namun, peningkatan kesadaran dan intervensi yang ditargetkan dapat mengurangi efek ini (Mahmud et al., 2020).
Sementara diskalkulia menghadirkan tantangan yang signifikan, itu tidak secara inheren mencegah individu mencapai kesuksesan. Kuncinya terletak pada mengenali kondisi sejak dini, memberikan dukungan yang tepat, dan membina lingkungan yang menghargai kekuatan kognitif yang beragam. Perspektif ini sejalan dengan pemahaman yang lebih luas tentang ketidakmampuan belajar sebagai perbedaan daripada defisit, menekankan potensi kesuksesan melalui adaptasi dan ketahanan.