Perbedaan antara cerebral palsy ringan dan berat (CP) sangat signifikan, karena mencakup perbedaan fungsi motorik, kemampuan kognitif, dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari. CP ringan sering melibatkan gangguan motorik yang kurang parah dan memungkinkan kemandirian yang lebih besar, sementara CP parah ditandai dengan disfungsi motorik yang lebih dalam dan seringkali membutuhkan dukungan yang luas. Perbedaan antara kedua kategori ini dapat dipahami melalui berbagai dimensi, termasuk fungsi motorik, aspek kognitif dan perilaku, dan faktor neurologis dan perinatal yang mendasarinya.
Fungsi Motor
- Sistem Klasifikasi Fungsi Motorik Gross (GMFCS) : Sistem ini banyak digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan disfungsi motorik pada anak-anak dengan CP. CP ringan biasanya sesuai dengan GMFCS level I dan II, di mana anak-anak dapat berjalan tanpa alat bantu, sedangkan CP berat sesuai dengan level IV dan V, di mana anak-anak tidak rawat jalan dan bergantung pada kursi roda (Ogoke & Iloeje, 2017) (Gorter, 2011).
- Kontrol Batang dan Postural: Anak-anak dengan CP ringan menunjukkan kontrol batang dan stabilitas postural yang lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan CP sedang hingga berat. Hal ini terbukti dalam kinerja mereka pada Skala Gangguan Batang dan Ukuran Fungsi Motorik Kotor, yang menunjukkan perbedaan skor yang signifikan antara kasus ringan dan parah (Pavão et al., 2019).
Aspek Kognitif dan Perilaku
- Defisit Intelektual dan Bicara: CP berat sering dikaitkan dengan defisit intelektual dan bicara yang signifikan, yang menyebabkan repertoar perilaku terbatas dan peningkatan ketergantungan. Sebaliknya, anak-anak dengan CP ringan mungkin menunjukkan ucapan yang lebih lancar dan tingkat intelektual yang lebih tinggi, kadang-kadang mengarah pada perilaku anti-sosial karena posisi marginal mereka dalam pengaturan sosial (“Degree of Handicap and Adjustment in Children With Cerebral Palsy.”, 2022).
- Keterampilan Persepsi Visual: Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan persepsi visual tidak berbeda secara signifikan di seluruh tingkat keparahan CP, menunjukkan bahwa gangguan kognitif pada CP mungkin tidak berkorelasi langsung dengan keparahan fungsi motorik (Dalvand, 2016).
Faktor Neurologis dan Perinatal
- Pola Neuroimaging: Tingkat keparahan CP dikaitkan dengan pola neuroimaging yang berbeda. CP ringan sering menunjukkan cedera materi putih, sedangkan CP parah dikaitkan dengan malperkembangan dan lesi kortikal/subkortikal (Ahlin et al., 2016).
- Karakteristik Perinatal: Faktor-faktor seperti berat lahir, skor Apgar, dan temuan MRI berbeda antara CP ringan dan berat. CP berat lebih sering dikaitkan dengan kejadian perinatal yang merugikan dan pola cedera spesifik pada MRI, seperti cedera materi abu-abu dalam (Pekeles et al., 2022) (Ahlin et al., 2016).
Deteksi dan Diagnosis
- Protokol Deteksi Dini: Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, protokol deteksi dini sangat penting untuk mengidentifikasi CP ringan, yang seringkali kurang terwakili karena diagnosis yang tertunda. Protokol ini melibatkan penilaian motorik dan neurologis komprehensif untuk mengidentifikasi risiko pengembangan CP ringan sebelum usia 12 bulan (Fat et al., 2023).
Sementara perbedaan antara CP ringan dan berat didokumentasikan dengan baik, penting untuk mempertimbangkan variabilitas dalam klasifikasi dan diagnosis di berbagai wilayah dan sistem perawatan kesehatan. Penggunaan alat standar seperti GMFCS membantu dalam menyediakan kerangka kerja yang konsisten untuk memahami keparahan CP, tetapi faktor budaya dan sistemik dapat mempengaruhi deteksi dan pengelolaan CP. Selain itu, fokus pada fungsi motorik mungkin mengabaikan aspek penting lainnya dari CP, seperti gangguan kognitif dan sensorik, yang juga dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup individu dengan CP.