Pertanyaan apakah makanan atau zat tertentu dapat menyebabkan autisme itu kompleks dan beragam. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada makanan atau zat tertentu yang secara definitif terbukti menyebabkan autisme, ada hubungan antara faktor diet, paparan lingkungan, dan risiko mengembangkan gangguan spektrum autisme (ASD). Asosiasi ini seringkali tidak langsung dan melibatkan interaksi kompleks antara kecenderungan genetik dan pengaruh lingkungan. Di sini, kami mengeksplorasi hubungan potensial antara diet, zat lingkungan, dan autisme.
Faktor Diet dan Autisme
- Kekurangan Nutrisi dan Diet: Beberapa penelitian telah mengeksplorasi peran kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan kalsium, dalam autisme. Nutrisi ini sangat penting untuk perkembangan otak, dan kekurangan dapat memperburuk gejala ASD (Youness, 2020). Selain itu, diet bebas gluten dan bebas kasein telah disarankan untuk meningkatkan perilaku tertentu pada anak-anak autis, meskipun buktinya bercampur (Onibala et al., 2016).
- Probiotik dan Kesehatan Usus: Sumbu usus-otak adalah bidang minat yang signifikan, dengan penelitian menunjukkan bahwa probiotik dapat memperbaiki gejala gastrointestinal dan beberapa aspek perilaku autisme dengan memodulasi mikrobiota usus (Duan et al., 2015).
- Makanan Spesifik: Sebuah studi pengacakan Mendel mengidentifikasi hubungan sebab-akibat potensial antara makanan tertentu dan ASD. Asupan unggas dan daging sapi dikaitkan dengan penurunan risiko, sementara asupan keju dan buah kering dikaitkan dengan peningkatan risiko ASDÂ (Li et al., 2024).
Zat Lingkungan dan Autisme
- Paparan Kimia: Berbagai bahan kimia lingkungan, termasuk logam berat seperti merkuri dan aluminium, telah terlibat dalam perkembangan autisme. Zat-zat ini dapat mengganggu perkembangan neurologis, terutama ketika paparan terjadi selama kehamilan (Schofield, 2016) (Roman, 2007)].
- Pengganggu Endokrin: Senyawa seperti bisphenol A dan ftalat, yang biasa ditemukan dalam plastik dan produk perawatan pribadi, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASDÂ (Fujiwara et al., 2016).
- Aditif dan Pewarna Makanan: Pewarna dan aditif makanan buatan telah dikaitkan dengan masalah perilaku pada anak-anak, termasuk mereka yang menderita autisme. Meskipun zat ini tidak menyebabkan autisme, mereka dapat memperburuk gejala (Bakthavachalu et al., 2020).
Interaksi Genetik dan Lingkungan
- Predisposisi Genetik: Autisme memiliki komponen genetik yang kuat, dan faktor makanan dapat berinteraksi dengan kecenderungan genetik untuk mempengaruhi risiko ASD. Misalnya, varian genetik tertentu dapat mempengaruhi bagaimana individu memetabolisme nutrisi atau merespons racun lingkungan (Li et al., 2024).
- Inhibitor Topoisomerase: Beberapa senyawa alami dalam makanan, seperti polifenol tumbuhan, dapat menghambat topoisomerase DNA, berpotensi mempengaruhi ekspresi gen yang terkait dengan autisme (Marko & Boege, 2016).
Sementara penelitian ini menyoroti hubungan potensial antara diet, paparan lingkungan, dan autisme, penting untuk menyadari bahwa faktor-faktor ini tidak bertindak secara terpisah. Autisme adalah gangguan kompleks dengan beberapa faktor yang berkontribusi, termasuk genetika, lingkungan, dan mungkin diet. Bukti saat ini tidak mendukung gagasan bahwa makanan atau zat tertentu secara langsung menyebabkan autisme, melainkan bahwa mereka dapat mempengaruhi risiko atau keparahan gejala pada individu yang memiliki kecenderungan genetik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas hubungan ini dan untuk mengembangkan intervensi yang efektif.