Ada bukti yang menunjukkan adanya komunitas orang tua dengan anak hiperaktif di Indonesia, meskipun mungkin tidak diatur secara formal atau diakui secara luas. Berbagai penelitian dan inisiatif menunjukkan bahwa orang tua dari anak-anak hiperaktif di Indonesia terlibat dalam kegiatan yang menyerupai dukungan masyarakat, seperti program pendidikan dan upaya sosialisasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi orang tua pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola perilaku anak-anak mereka secara efektif. Bagian berikut akan mengeksplorasi bukti dari makalah yang disediakan.
Upaya Pendidikan dan Sosialisasi
- Di Desa Suka Negri, telah dilakukan upaya untuk mendidik orang tua tentang perbedaan antara anak aktif dan hiperaktif, serta cara mengelola perilaku hiperaktif. Ini menunjukkan suatu bentuk keterlibatan masyarakat di mana orang tua berkumpul untuk belajar dan mendukung satu sama lain dalam menangani kebutuhan anak-anak mereka (“Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang anak aktif dan hiperaktif usia dibawah 12 tahun di desa suka negri”, 2022).
- Studi yang dilakukan di Manado menyoroti interaksi antara anak-anak dengan ADHD dan orang tua mereka, menunjukkan bahwa ada tingkat kesadaran masyarakat dan keterlibatan dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga ini (Sulemba et al., 2016).
Dukungan untuk Ibu yang Bekerja
- Penelitian tentang ibu pekerja dengan anak hiperaktif di Surabaya menunjukkan bahwa orang tua ini sering mengalami stres karena tuntutan ganda pekerjaan dan mengelola perilaku anak mereka. Hal ini menyoroti perlunya sistem dukungan masyarakat untuk membantu orang tua ini mengatasi tantangan unik mereka (W et al., 2016).
Program dan Intervensi Parenting
- Program Triple P-Positive Parenting, meskipun belum tersebar luas di Indonesia, telah menunjukkan harapan dalam meningkatkan praktik pengasuhan anak dan mengurangi masalah perilaku anak. Uji coba program ini dengan orang tua Indonesia menunjukkan minat dan potensi yang meningkat untuk inisiatif dukungan pengasuhan berbasis komunitas (Sumargi, 2014).
- Program pelatihan untuk orang tua, seperti yang dijelaskan dalam studi hasil komparatif, menunjukkan efektivitas intervensi terstruktur dalam mengurangi hiperaktif dan meningkatkan sikap orang tua. Program-program ini dapat menjadi model bagi kelompok pendukung masyarakat di Indonesia (Dubey et al., 1983).
Tantangan dan Peluang
- Terlepas dari upaya ini, ada kekurangan kelompok pendukung formal khusus untuk orang tua dari anak-anak hiperaktif di Indonesia. Tidak adanya program pengasuhan berbasis bukti dan kesadaran yang terbatas akan sumber daya yang ada menunjukkan bahwa ada ruang yang signifikan untuk pertumbuhan di bidang ini (Sumargi, 2014).
- Studi tentang perkembangan perilaku dan emosional anak-anak hiperaktif di sekolah Raudhatul Athfal Al-Hidayah menggarisbawahi perlunya sistem pendukung yang lebih komprehensif yang memenuhi kebutuhan anak-anak dan orang tua (S & Purnama, 2024).
Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit tentang komunitas formal orang tua dengan anak-anak hiperaktif di Indonesia, berbagai studi dan inisiatif menunjukkan bahwa ada jaringan informal dan upaya pendidikan di tempat. Upaya ini mencerminkan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan akan dukungan masyarakat di antara orang tua yang berurusan dengan hiperaktif pada anak-anak mereka. Namun, pengembangan sistem pendukung yang lebih terstruktur dan luas dapat sangat bermanfaat bagi keluarga-keluarga ini dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengelola tantangan yang terkait dengan hiperaktif.