Ada hubungan kompleks antara gangguan spektrum autisme (ASD) dan kelahiran prematur, dengan berbagai penelitian mengeksplorasi hubungan dan mekanisme potensial. Sementara beberapa penelitian menunjukkan prevalensi ASD yang lebih tinggi di antara bayi prematur, sifat pasti dari hubungan ini masih diperdebatkan. Studi yang diberikan menawarkan wawasan tentang faktor genetik, lingkungan, dan fisiologis yang dapat berkontribusi pada hubungan ini, serta tantangan dalam membangun hubungan sebab-akibat yang pasti.
Faktor Genetik dan Lingkungan
- Tanggung jawab genetik memainkan peran penting dalam ASD, dan kelahiran prematur dapat memperburuk keparahan gejala ASD. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak prematur dengan ASD memiliki tingkat varian genetik de novo yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak prematur non-ASD, menunjukkan interaksi antara kecenderungan genetik dan kelahiran prematur (Zhang et al., 2024).
- Gangguan hipertensi ibu selama kehamilan, yang sering menyebabkan kelahiran prematur, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD. Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran prematur dapat mempotensiasi efek faktor risiko lain seperti kondisi kesehatan ibu (Wang et al., 2023).
Mekanisme Neurologis dan Fisiologis
- Perbedaan neurologis, terutama pada sistem saraf otonom (ANS), telah diamati pada bayi prematur, yang dapat mempengaruhi mereka untuk ASD. Karakteristik detak jantung abnormal dan gradien termal pada periode neonatal merupakan prediktor kuat gejala ASD pada 12 bulan (Bradshaw et al., 2023).
- Studi MRI telah menunjukkan bahwa bayi prematur dengan ASD sering menunjukkan penurunan volume materi putih pada masa remaja, menunjukkan potensi dampak neurologis jangka panjang dari kelahiran prematur pada perkembangan otak (Kim et al., 2022).
Bukti Epidemiologis
- Studi epidemiologi telah melaporkan berbagai tingkat prevalensi ASD di antara bayi prematur, dengan beberapa menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk mereka yang lahir sangat prematur. Misalnya, sebuah penelitian besar di Swedia menemukan bahwa prevalensi ASD berbanding terbalik dengan usia kehamilan, dengan tingkat tertinggi di antara bayi yang sangat prematur (McGowan & Sheinkopf, 2021).
- Namun, penelitian lain belum menemukan hubungan yang signifikan antara kelahiran prematur dan diagnosis ASD, menunjukkan bahwa sementara kelahiran prematur mungkin menjadi faktor risiko, itu bukan prediktor definitif ASDÂ (Ellouk et al., 2024).
Tantangan Diagnostik dan Prediktif
- Penggunaan alat diagnostik seperti Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS) belum menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam sifat autis antara anak prematur dan anak yang lahir, menyoroti kompleksitas mendiagnosis ASD pada populasi prematur (Nagai et al., 2023).
- Model pembelajaran mesin yang menggabungkan data genetik dan fenotipik telah menunjukkan kekuatan prediksi yang terbatas untuk ASD pada bayi prematur, menunjukkan perlunya alat prediksi yang lebih halusan (Zhang et al., 2024).
Meskipun ada bukti yang mendukung hubungan antara kelahiran prematur dan ASD, hubungannya tidak mudah. Faktor-faktor seperti kecenderungan genetik, kesehatan ibu, dan perkembangan neurologis semuanya berperan dalam interaksi yang kompleks ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi hubungan ini dan meningkatkan deteksi dini dan strategi intervensi untuk bayi prematur yang berisiko ASD.