Pengobatan farmakologis anak-anak hiperaktif, terutama mereka yang didiagnosis dengan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), melibatkan penggunaan obat stimulan dan non-stimulan. Meskipun obat ini efektif dalam mengelola gejala, mereka dikaitkan dengan berbagai efek samping. Efek samping bervariasi tergantung pada jenis obat dan faktor pasien individu, yang memerlukan pemantauan yang cermat dan rencana perawatan individual.
Obat Stimulan
- Efek Samping Umum: Obat stimulan, seperti methylphenidate dan amphetamine, banyak digunakan untuk pengobatan ADHD. Efek samping yang umum termasuk insomnia, nafsu makan menurun, sakit kepala, dan sakit perut. Efek ini sering diamati selama bulan-bulan awal pengobatan dan dapat menyebabkan penghentian dalam beberapa kasus (Greydanus et al., 2019) (Clavenna & Bonati, 2014).
- Gangguan Pertumbuhan dan Tidur: Kekhawatiran telah diajukan tentang dampak stimulan pada pertumbuhan dan tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat ini dapat menyebabkan penekanan pertumbuhan dan gangguan tidur, meskipun efeknya dapat bervariasi antar individu (“The management of attention-deficit hyperactivity disorder in children: updated 2022”, 2022)] (Greydanus et al., 2019).
- Masalah Kardiovaskular: Ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang risiko kardiovaskular yang terkait dengan penggunaan stimulan. Sementara beberapa penelitian telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi efek samping jantung, bukti tidak secara meyakinkan mendukung peningkatan risiko kejadian kardiovaskular serius (Greydanus et al., 2019).
Obat Non-Stimulan
- Efek Samping Umum: Obat non-stimulan, seperti atomoxetine, clonidine, dan guanfacine, adalah alternatif bagi mereka yang tidak dapat mentolerir stimulan. Efek samping yang umum dilaporkan termasuk kelelahan, mengantuk, dan penurunan nafsu makan. Atomoxetine, khususnya, telah dikaitkan dengan ide bunuh diri, meskipun ini relatif jarang (Pang & Sareen, 2021) (Wang et al., 2021).
- Pertumbuhan dan Efek Psikiatris: Non-stimulan umumnya dianggap memiliki dampak yang lebih menguntungkan pada pertumbuhan dibandingkan dengan stimulan. Mereka juga memiliki potensi penyalahgunaan yang lebih rendah dan dapat mengurangi insomnia, menjadikannya pilihan yang cocok untuk beberapa pasien (“The management of attention-deficit hyperactivity disorder in children: updated 2022”, 2022) (Schellack & Meyer, 2016).
Keamanan dan Pemantauan Jangka Panjang
- Tingkat Kejadian Merugik: Studi jangka panjang menunjukkan bahwa efek samping sering terjadi, dengan tingkat berkisar dari 58% hingga 78%. Namun, sebagian besar efek sampingnya ringan dan terjadi di awal pengobatan. Pemantauan berkelanjutan dan pendidikan pasien sangat penting untuk mengelola efek ini secara efektif (Clavenna & Bonati, 2014).
- Perawatan Individual: Pilihan obat harus disesuaikan dengan individu, dengan mempertimbangkan profil efek samping spesifik dan kesehatan anak secara keseluruhan. Apoteker memainkan peran kunci dalam memantau dan meminimalkan efek samping melalui pendidikan pasien dan tindak lanjut rutin (“The management of attention-deficit hyperactivity disorder in children: updated 2022”, 2022) (Schellack & Meyer, 2012).
Sementara efek samping obat ADHD merupakan pertimbangan yang signifikan, penting untuk menimbangnya terhadap manfaat pengendalian gejala dan peningkatan fungsi. Intervensi non-farmakologis, seperti terapi perilaku dan modifikasi diet, juga dapat diintegrasikan ke dalam rencana pengobatan untuk meningkatkan hasil dan berpotensi mengurangi ketergantungan pada pengobatan. Keputusan untuk menggunakan obat harus melibatkan evaluasi komprehensif kebutuhan anak, preferensi, dan risiko potensial, memastikan pendekatan yang seimbang untuk mengelola gejala ADHD.