Membedakan anak hiperaktif dari anak autis melibatkan pemahaman karakteristik dan gejala berbeda yang terkait dengan setiap kondisi, meskipun ada beberapa fitur yang tumpang tindih. Hiperaktif, sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), terutama ditandai dengan gerakan berlebihan, impulsif, dan kesulitan mempertahankan perhatian. Autism Spectrum Disorder (ASD), di sisi lain, ditandai dengan tantangan dalam komunikasi sosial dan perilaku berulang. Kehadiran hiperaktif pada anak-anak dengan autisme dapat mempersulit diagnosis dan pengobatan, memerlukan pendekatan bernuansa untuk membedakan keduanya.
Karakteristik Klinis
- Hiperaktivitas: Anak-anak dengan hiperaktif sering menunjukkan perilaku seperti gelisah berlebihan, kesulitan tetap duduk, dan tindakan impulsif. Perilaku ini biasanya konsisten di berbagai pengaturan dan secara signifikan dapat mengganggu fungsi harian (Wetzburger, 2005) (Fine, 1980).
- Autisme: ASD ditandai dengan defisit dalam komunikasi sosial, minat terbatas, dan perilaku berulang. Anak-anak dengan autisme juga dapat menunjukkan perilaku hiperaktif, tetapi ini sering disertai dengan gejala spesifik autisme lainnya seperti kesulitan dengan interaksi sosial dan komunikasi (Siquara, 2022) (Pourcain et al., 2011).
Perbedaan Neurofisiologis
- Gairah Otonom: Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme dan ADHD mungkin memiliki profil gairah otonom yang berbeda. Anak-anak autis sering menunjukkan gairah yang berlebihan selama tugas aktif, sedangkan anak-anak dengan ADHD mungkin menunjukkan hipo-gairah selama tugas pasif (Bellato et al., 2021).
- Pola EEG: Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak hiperkinetik (mereka yang hiperaktif) menunjukkan koherensi EEG yang lebih tinggi di dalam belahan bumi, menunjukkan perbedaan dalam pemrosesan kortikal dibandingkan dengan kontrol neurotipik (Montagu, 2008).
Respons Sensorik dan Perilaku
- Integrasi Sensori: Anak-anak dengan autisme dapat menunjukkan perilaku hiper-responsif terhadap rangsangan sensorik, yang dapat memperburuk hiperaktif. Pendekatan integrasi sensorik telah terbukti mengurangi perilaku hiperaktif pada anak-anak autis, menyoroti perbedaan pemrosesan sensorik antara kedua kondisi (Rusiana, 2013) (Sheela & Puthankattil, 2022).
- Lintasan Perilaku: Studi longitudinal mengungkapkan bahwa gejala autis cenderung lebih stabil dari waktu ke waktu dibandingkan dengan gejala hiperaktif-lalai yang lebih bervariasi yang terlihat pada ADHD. Hal ini menunjukkan bahwa sementara hiperaktif dapat menjadi fitur dari kedua kondisi tersebut, persistensi dan penyajiannya mungkin berbeda (Pourcain et al., 2011).
Komorbiditas dan Gejala Tumpang Tindih
- Komorbiditas: Tidak jarang anak-anak didiagnosis dengan ASD dan ADHD, yang dapat mempersulit gambaran klinis. Kehadiran kedua kondisi tersebut dikaitkan dengan gejala yang lebih parah dan prognosis yang lebih menantang (Siquara, 2022) (Ismail, 2022).
- Faktor Risiko Berbagus: Beberapa faktor risiko prenatal dan perinatal bersama, seperti merokok ibu dan kehamilan remaja, telah diidentifikasi untuk ASD dan ADHD, menunjukkan potensi kesamaan dalam etiologi mereka (Pourcain et al., 2011).
Sementara hiperaktif dan autisme dapat berbagi beberapa gejala yang tumpang tindih, terutama dalam kasus komorbiditas, mereka adalah kondisi yang berbeda dengan profil klinis yang unik. Hiperaktif terutama ditandai dengan impulsif dan gerakan berlebihan, sedangkan autisme melibatkan tantangan komunikasi sosial dan perilaku berulang. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk diagnosis yang akurat dan strategi intervensi yang efektif.