Joyful family of three sharing loving moments under a blanket indoors.

Apa Yang Harus Dilakukan Setelah Anak Didiagnosis Dengan Sindrom Down?

Ketika seorang anak didiagnosis dengan Down Syndrome (DS), sangat penting untuk mengadopsi pendekatan komprehensif yang menangani kebutuhan medis, perkembangan, dan sosial. Ini melibatkan intervensi dini, pemantauan medis berkelanjutan, dan dukungan untuk anak dan keluarga. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anak dan memfasilitasi perkembangan mereka dengan potensi maksimal. Berikut adalah area utama yang harus difokuskan setelah diagnosis Down Syndrome:

Manajemen Medis

  • Perawatan Jantung: Penyakit jantung bawaan lazim terjadi pada anak-anak dengan DS, memerlukan skrining dini dan intervensi bedah potensial. Perawatan pasca operasi, termasuk fisioterapi, sangat penting untuk pemulihan dan perkembangan (Daf et al., 2023)].
  • Pemantauan Berkelanjutan: Pemeriksaan rutin sangat penting untuk memantau kondisi seperti gangguan tiroid, penyakit celiac, dan masalah kesehatan potensial lainnya seperti masalah penglihatan dan pendengaran, radang sendi, dan obesitas (Roizen, 2002).
  • Kesehatan Ginekologi: Untuk remaja, mengelola kesehatan menstruasi dan reproduksi adalah penting. Pilihan termasuk berbagai metode kontrasepsi untuk mengelola gejala menstruasi, dengan fokus pada perawatan individual untuk meminimalkan efek samping (Wandresen et al., 2019)].

Dukungan Pengembangan dan Pendidikan

  • Intervensi Dini: Program yang berfokus pada perkembangan motorik dan kognitif dapat secara signifikan bermanfaat bagi anak-anak dengan DS. Program-program ini harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan mencakup kegiatan yang mempromosikan keterampilan motorik dan kemampuan kognitif (Mota et al., 2014) (Mara et al., 2010).
  • Alat Pendidikan: Memanfaatkan teknologi, seperti perancah instruksional berbasis cloud, dapat membantu dalam pembelajaran dan kemandirian. Alat-alat ini membantu individu dengan DS menavigasi tugas dan lingkungan sehari-hari, mendukung perkembangan kognitif dan otonomi (Costa et al., 2015).

Dukungan Keluarga dan Soal

  • Dukungan Emosional dan Praktis: Keluarga harus menerima dukungan berkelanjutan untuk membantu mereka menyesuaikan dan terlibat dalam perawatan dan pendidikan anak mereka. Ini termasuk konseling dan menghubungkan dengan jaringan pendukung (Bogod, 2017).
  • Dukungan Pengasuh: Mengatasi kelelahan pengasuh sangat penting, karena merawat anak dengan DS dapat menuntut. Memberikan sumber daya dan dukungan untuk pengasuh dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan dinamika keluarga (Herzig et al., 2018).

Pertimbangan Perilaku dan Psikiatri

  • Intervensi Perilaku: Mengatasi masalah perilaku, seperti melukai diri sendiri atau agresi, mungkin memerlukan kombinasi terapi perilaku dan, dalam beberapa kasus, pengobatan. Pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai spesialis dapat bermanfaat (Herzig et al., 2018).
  • Pemantauan Psikiatrisi: Penilaian rutin untuk kondisi kejiwaan dan intervensi yang tepat dapat membantu mengelola tantangan perilaku dan meningkatkan kualitas hidup remaja dengan DS (Herzig et al., 2018).

Sementara fokus utamanya adalah menangani kebutuhan langsung dan jangka panjang seorang anak dengan Down Syndrome, penting juga untuk mempertimbangkan konteks perkembangan mereka yang lebih luas. Ini termasuk membina lingkungan yang mendorong kemandirian dan swasembada, serta memastikan bahwa keluarga didukung dengan baik dalam peran pengasuhan mereka. Dengan mengintegrasikan strategi medis, perkembangan, dan sosial, individu dengan Down Syndrome dapat mencapai kualitas hidup yang lebih tinggi dan kemandirian yang lebih besar.

Daf, A., Chouhan, D., Gachake, A., Tayade, V., & Vardhan, V. (2023). Inpatient cardiac and respiratory physiotherapy management of a child with Down syndrome who underwent surgical repair of congenital heart disease: A case report. Medical Science. https://doi.org/10.54905/disssi/v27i135/e214ms2911
Roizen, N. J. (2002). Medical care and monitoring for the adolescent with Down syndrome. Adolescent Medicine (Philadelphia).
Wandresen, G., Sgarbi, F., & Nisihara, R. (2019). Management of contraceptives and menstrual complaints in patients with Down syndrome. Gynecological Endocrinology. https://doi.org/10.1080/09513590.2018.1501017
Mota, C. G., Cardoso, C. V., Cavalcante, L. L., Ardelino, E., Miyahara, K. L., & Tempski, P. Z. (2014). Motor stimulation protocol for children and adolescents 4 to 17 years old in an outpatient clinic for persons with Down’s syndrome. https://doi.org/10.5935/0104-7795.20140040
Mara, D., Mara, L., Andrei, O., & Bologa, L. (2010). Early intervention and learning approach to children with down syndrome.
Costa, F., Freina, L., & Ott, M. (2015). A cloud computing based instructional scaffold to help people with the down syndrome learn their way in town.
Herzig, L., Lacy, N. de, Capone, G. T., & Radesky, J. S. (2018). Intellectual Disability and Psychotropic Medications. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. https://doi.org/10.1097/DBP.0000000000000613
Scroll to Top