Mengajar membaca kepada anak-anak dengan keterbelakangan mental menghadirkan serangkaian tantangan beragam yang harus dinavigasi oleh pendidik untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Tantangan ini berasal dari faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan yang dapat menghambat perolehan keterampilan membaca. Memahami tantangan ini sangat penting untuk mengembangkan strategi pengajaran yang efektif yang memenuhi kebutuhan unik peserta didik ini. Bagian berikut menguraikan tantangan utama yang diidentifikasi dalam literatur dan membahas strategi potensial untuk mengatasinya.
Hambatan Kognitif dan Neuropsikomotorik
- Anak-anak dengan cacat intelektual sering menghadapi hambatan kognitif seperti kesulitan dalam memori, persepsi, dan pemrosesan fonologis, yang sangat penting untuk akuisisi baca (Pezzino et al., 2019).
- Tantangan neuropsikomotor juga dapat mempengaruhi kemampuan mengenali huruf dan menghubungkan fonem dengan objek, membuat membaca awal menjadi sangat sulit (Kurniaman et al., 2023).
- Heterogenitas dalam kemampuan kognitif di antara anak-anak penyandang cacat intelektual memerlukan pendekatan pengajaran individual untuk mengatasi berbagai kebutuhan ini (Pezzino et al., 2019).
Perhatian dan Tantangan Perilaku
- Rentang perhatian yang pendek dan kebutuhan akan pengajaran berulang merupakan tantangan signifikan dalam mengajar membaca kepada anak-anak dengan sindrom Down dan cacat intelektual lainnya (Baliber-Duallo, 2024).
- Masalah manajemen kelas, termasuk hambatan komunikasi non-verbal, dapat semakin mempersulit proses pengajaran (Baliber-Duallo, 2024).
- Guru sering perlu menggunakan strategi seperti teknologi bantu dan mempertahankan tingkat dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk mengelola tantangan ini secara efektif (Baliber-Duallo, 2024).
Stigmatisasi dan Pseudo-Inklusi
- Stigmatisasi dan kesenjangan antara pedoman pendidikan inklusif dan praktik aktual dapat menghambat proses pembelajaran bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual (Brill & Bondezan, 2024).
- Terlepas dari undang-undang inklusif yang ada, kenyataan sering mencerminkan inklusi semu, di mana kebutuhan anak-anak ini tidak sepenuhnya terpenuhi dalam pengaturan pendidikan arus utamanya (Brill & Bondezan, 2024).
- Strategi pengajaran kolaboratif, yang melibatkan kemitraan antara pendidikan khusus dan guru kelas reguler, telah terbukti efektif dalam mengatasi hambatan ini(Brill & Bondezan, 2024).
Strategi untuk Pengajaran yang Efektif
- Penggunaan beragam sumber daya, kegiatan menyenangkan, dan materi konkret, seperti permainan literasi, dapat meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar (Brill & Bondezan, 2024).
- Menggabungkan teknologi pendidikan dan mengeksplorasi konteks di luar kelas dapat memberikan dukungan tambahan untuk pengembangan literasi (Brill & Bondezan, 2024).
- Teknik seperti metode baca-keras telah terbukti meningkatkan keterampilan pra-membaca dengan membuat kegiatan membaca lebih nyaman dan mudah diakses oleh anak-anak dengan gangguan intelektual ringan (Nurjanah & Mawardah, 2024).
- Strategi decoding tiga langkah yang dikombinasikan dengan prosedur penundaan waktu yang konstan telah efektif dalam mengajarkan pengenalan kata, meskipun dukungan tambahan diperlukan untuk memastikan generalisasi keterampilan (Maiorano & Hughes, 2016).
Meskipun tantangan dalam mengajar membaca kepada anak-anak dengan keterbelakangan mental sangat signifikan, mereka tidak dapat diatasi. Dengan memahami faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan yang berperan, pendidik dapat mengembangkan strategi yang disesuaikan untuk mengatasi tantangan ini. Sangat penting untuk mengenali pentingnya instruksi individual dan potensi teknologi bantu dalam meningkatkan hasil pembelajaran bagi anak-anak ini.