A young girl with blonde hair peeking playfully from behind a textured wall indoors.

Apa Saja Tantangan Utama Dalam Mengajarkan Anak Dengan Retardasi Mental Berhitung?

Mengajar anak dengan keterbelakangan mental untuk menghitung menghadirkan beberapa tantangan, terutama karena keterbatasan kognitif dan kebutuhan akan strategi instruksional khusus. Tantangan ini diperparah oleh kesulitan dalam memahami konsep numerik, retensi memori, dan kemampuan untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari dalam situasi praktis. Penelitian ini menyoroti perlunya pendekatan pendidikan yang disesuaikan yang memenuhi kebutuhan spesifik ini dan memanfaatkan metode interaktif dan menarik untuk memfasilitasi pembelajaran. Di bawah ini adalah tantangan utama yang diidentifikasi dalam literatur.

Inersia Kognitif dan Kesulitan Pemecahan Masalah

  • Inersia kognitif, atau kesulitan dalam mengubah proses kognitif, merupakan penghalang yang signifikan. Siswa dengan cacat intelektual sering berjuang dengan operasi aritmatika, terutama ketika tugas memerlukan peralihan antara penambahan dan pengurangan, yang menyebabkan peningkatan kesalahan dan kelelahan kognitif (Agheana, 2023).
  • Kompleksitas pemecahan masalah diperburuk oleh kebutuhan akan metode pengajaran adaptif yang dapat mendukung siswa dalam mengelola pergeseran operasional dan memahami latihan matematika yang kompleks (Agheana, 2023).

Keterbatasan dalam Keterampilan Numerik

  • Anak-anak dengan sindrom Down dan cacat intelektual lainnya sering menghadapi tantangan dalam menghitung dasar dan membedakan numerositas, terutama dalam rentang subitisasi (kemampuan untuk secara instan mengenali jumlah objek dalam kelompok kecil tanpa menghitung) (Onnivello et al., 2019) (Brigstocke et al., 2008).
  • Anak-anak ini mungkin juga menunjukkan pola kesalahan seperti mendaur ulang bagian, melewatkan benda, dan menghitung ganda, yang menunjukkan perjuangan mereka dengan penghitungan dan pemahaman kardinalitas (Charitaki et al., 2015).

Metode Pengajaran Konvensional

  • Metode pengajaran tradisional, seperti instruksi verbal dan penggunaan papan tulis, seringkali tidak efektif untuk anak-anak penyandang cacat intelektual. Metode ini gagal melibatkan siswa dan tidak memenuhi kebutuhan belajar unik mereka (Finandhita & Octaviana, 2023).
  • Ada kebutuhan untuk desain interaktif dan berpusat pada pengguna dalam media pembelajaran untuk membuat matematika lebih mudah diakses dan menarik bagi anak-anak ini. Desain interaktif telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam meningkatkan interaksi anak-anak dan penyelesaian tugas (Finandhita & Octaviana, 2023).

Memori dan Pemrosesan Kognitif

  • Anak-anak dengan ketidakmampuan belajar matematika sering mengalami defisit dalam memproses angka, mempelajari prosedur aritmatika, dan menghafal fakta aritmatika dasar. Tantangan ini sebagian disebabkan oleh kapasitas memori kerja yang rendah, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk memantau dan mempertahankan kesalahan penghitungan (Geary, 2010).
  • Keterbatasan memori jangka pendek sangat bermasalah bagi siswa dengan sindrom Down, mempengaruhi kemampuan mereka untuk menguasai berhitung dan menerapkan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari (“Early Numeracy Challenges and Interventions for Students with Down Syndrome: A Scoping Review”, 2023).

Kebutuhan untuk Pembelajaran yang Bermakna dan Menarik

  • Membuat angka bermakna dan menyederhanakan tugas sangat penting untuk mengajar anak-anak dengan cacat mental. Memperkenalkan permainan angka dengan cara yang terencana dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan memastikan kesuksesan di setiap tahap, sehingga membantu proses belajar (McEvoy & McConkey, 2009).

Meskipun tantangan ini signifikan, mereka juga menyoroti potensi strategi pengajaran inovatif yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran untuk anak-anak dengan keterbelakangan mental. Dengan berfokus pada metode interaktif dan menarik, pendidik dapat lebih mendukung siswa ini dalam mengembangkan keterampilan menghitung yang penting. Selain itu, memahami tantangan kognitif dan terkait memori spesifik yang dihadapi anak-anak ini dapat menginformasikan pengembangan intervensi pendidikan yang lebih efektif.

Agheana, V. (2023). Cognitive inertia in mathematical thinking on students with intellectual disability. Review of Psychopedagogy. https://doi.org/10.56663/rop.v12i1.54
Onnivello, S., Lanfranchi, S., & Zorzi, M. (2019). Mathematical abilities in Down syndrome. https://doi.org/10.1016/BS.IRRDD.2019.06.005
Brigstocke, B., Hulme, H., & Nye, N. (2008). Number and arithmetic skills in children with Down syndrome. Down Syndrome Research and Practice. https://doi.org/10.3104/REVIEWS/2070
Charitaki, G., Baralis, G., Polychronopoulou, S., Lappas, D., & Soulis, S.-G. (2015). Common Difficulties among Children with Down’s Syndrome in Acquiring Basic Counting Skills. British Journal of Education, Society & Behavioural Science. https://doi.org/10.9734/BJESBS/2015/15323
Finandhita, A., & Octaviana, G. (2023). Interaction Design of Number Counting Operation Learning Media for Mildly Mentally Retarded Children. https://doi.org/10.1109/incitest59455.2023.10397032
Geary, D. C. (2010). Mathematical Learning Disabilities. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-374748-8.00002-0
Early Numeracy Challenges and Interventions for Students with Down Syndrome: A Scoping Review. (2023). https://doi.org/10.37134/bitara.vol16.1.1.2023
McEvoy, J., & McConkey, R. (2009). Count me in. Journal of The British Institute of Mental Handicap (Apex). https://doi.org/10.1111/J.1468-3156.1986.TB00359.X
Scroll to Top