Hiperaktif pada anak-anak, sering dikaitkan dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), ditandai dengan berbagai gejala perilaku, emosional, dan kognitif. Gejala-gejala ini dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan anak untuk berfungsi secara efektif dalam pengaturan sosial, pendidikan, dan keluarga. Memahami karakteristik anak-anak hiperaktif sangat penting untuk mengembangkan strategi manajemen dan intervensi yang efektif. Bagian berikut menguraikan karakteristik utama anak-anak hiperaktif seperti yang diidentifikasi dalam literatur.
Karakteristik Perilaku
- Gerakan Berlebiah: Anak-anak hiperaktif sering menunjukkan ketidakmampuan untuk tetap diam, ditandai dengan terus-menerus gelisah, berlari, atau memanjat dalam situasi yang tidak pantas (Abidin, 2023) (Faktor et al., 2024).
- Impulsivitas: Anak-anak ini mungkin bertindak tanpa berpikir, mengganggu orang lain, dan mengalami kesulitan menunggu giliran mereka (Antony & Ribeiro, 2004).
- Kesulitan dalam Fokus: Ciri khas hiperaktif adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain, yang menyebabkan sering bergeser dari satu aktivitas ke aktivitas lain (Yesiazizah, 2013) (J, 2005).
Karakteristik Emosional dan Sosial
- Ketidakstabilan Emosional: Anak-anak hiperaktif dapat menunjukkan respons emosional yang meningkat, seperti agresi, kecemasan, atau perubahan suasana hati, yang dapat memengaruhi interaksi mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa (S & Purnama, 2024).
- Tantangan Sosial: Mereka sering berjuang untuk membentuk dan memelihara hubungan sosial karena perilaku impulsif dan terkadang mengganggu mereka, yang dapat menyebabkan isolasi atau konflik sosial (Faktor et al., 2024) (J, 2005).
Karakteristik Kognitif dan Akademik
- Kesulitan Belajar: Anak-anak yang hiperaktif mungkin menghadapi tantangan dalam lingkungan akademik karena ketidakmampuan mereka untuk berkonsentrasi, yang menyebabkan kinerja dan pemahaman materi pendidikan yang buruk (Faktor et al., 2024) (Stukalenko et al., 2015).
- Perkembangan Tertunda: Mungkin ada ketidakcocokan antara perkembangan intelektual mereka dan tingkat akademik yang diharapkan, yang dapat menghambat kesiapan mereka untuk bersekolah (Stukalenko et al., 2015).
Faktor yang mendasari
- Pengaruh Genetik dan Lingkungan: Faktor-faktor seperti genetika, kondisi prenatal, dan pengaruh lingkungan seperti gaya pengasuhan dan lingkungan sosial berkontribusi pada perkembangan perilaku hiperaktif (S & Purnama, 2024) (Faktor et al., 2024).
- Dasar Neurologis: Hiperaktif sering dikaitkan dengan gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem saraf, yang dapat bermanifestasi sebagai defisit perhatian dan hiperaktivitas (Stukalenko et al., 2015) (Kisra et al., 2002).
Sementara hiperaktif sering dikaitkan dengan ADHD, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak hiperaktif memenuhi kriteria untuk gangguan ini. Beberapa anak mungkin menunjukkan perilaku hiperaktif karena kondisi mendasar lainnya atau faktor lingkungan. Selain itu, perbedaan antara anak aktif dan hiperaktif sangat penting, karena anak-anak yang aktif dapat fokus dan mengendalikan gerakan mereka, sedangkan anak-anak hiperaktif berjuang dengan aspek-aspek ini (“Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang anak aktif dan hiperaktif usia dibawah 12 tahun di desa suka negri”, 2022). Memahami nuansa ini sangat penting untuk diagnosis yang akurat dan intervensi yang efektif.