Autism Spectrum Disorder (ASD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) keduanya merupakan gangguan perkembangan saraf yang sering muncul dengan gejala yang tumpang tindih, namun berbeda dalam karakteristik inti dan kriteria diagnostiknya. Memahami perbedaan antara kedua kondisi ini sangat penting untuk diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif. Sementara kedua gangguan dapat terjadi bersamaan, mereka memiliki lintasan perkembangan unik dan profil kognitif yang membedakannya.
Perbedaan Inti
Kriteria Diagnostik:
Autisme terutama ditandai oleh tantangan dalam komunikasi dan interaksi sosial, bersama dengan pola perilaku, minat, atau aktivitas yang terbatas dan berulang (“Autism Spectrum Disorder Versus Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder”, 2022).
ADHD didefinisikan oleh pola kurangnya perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsif yang terus-menerus yang mengganggu fungsi atau perkembangan (“The Comparison Between Autism and ADHD: Diagnosis and Clinical Treatment”, 2023).
Profil Kognitif:
Anak-anak dengan ASD sering menunjukkan defisit dalam fleksibilitas dan perencanaan kognitif, serta tantangan signifikan dalam teori pikiran (ToM), yang mengacu pada kemampuan untuk memahami keadaan mental orang lain (A et al., 2013).
Sebaliknya, anak-anak dengan ADHD biasanya berjuang dengan kontrol penghambatan dan pengaturan perhatian (A et al., 2013).
Fitur Bersama dan Komorbiditas
Gejala Hamparan:
Kedua gangguan tersebut dapat muncul dengan kesulitan perhatian dan kebutuhan sensorik yang tinggi, yang mengarah pada tantangan dalam membedakannya (Kochhar, 2023).
Kesulitan sosial dan komunikasi lazim pada keduanya, meskipun mereka bermanifestasi secara berbeda; misalnya, anak-anak dengan ADHD mungkin memiliki tantangan sosial karena impulsif, sedangkan mereka dengan ASD mungkin kesulitan memahami isyarat sosial (A et al., 2013)].
Faktor Genetik dan Neurobiologis:
Ada bukti varian genetik bersama dan kelainan neurobiologis antara ASD dan ADHD, menunjukkan asal usul perkembangan saraf yang umum (Montgomery, 2024).
Faktor lingkungan, seperti paparan prenatal dan perinatal, juga berkontribusi pada etiologi kedua gangguan (Montgomery, 2024).
Tantangan Diagnostik dan Perawatan
Diagnosis:
DSM-5 sekarang memungkinkan diagnosis ganda ASD dan ADHD, yang tidak diizinkan dalam versi sebelumnya, menyoroti perlunya penilaian yang cermat untuk menghindari kesalahan diagnosis (Cortese & Cortese, 2016).
Diagnosis yang akurat diperumit oleh tingginya tingkat komorbiditas dan gejala tumpang tindih, yang memerlukan metode evaluasi yang komprehensif (“The Comparison Between Autism and ADHD: Diagnosis and Clinical Treatment”, 2023).
Pendekatan Pengobatan:
Perawatan farmakologis untuk ADHD, seperti methylphenidate dan atomoxetine, digunakan untuk mengelola gejala pada ADHD dan ASD, meskipun efektivitasnya mungkin berbeda (Fernández-Jaén et al., 2013).
Intervensi non-farmakologis, termasuk terapi perilaku, sangat penting untuk mengatasi tantangan unik dari setiap gangguan (Cortese & Cortese, 2016).
Sementara ASD dan ADHD berbagi beberapa gejala yang tumpang tindih dan dapat terjadi bersamaan, mereka adalah gangguan yang berbeda dengan gejala inti dan dampak perkembangan yang berbeda. Kehadiran gejala ADHD pada individu dengan ASD adalah umum, dan sebaliknya, yang dapat mempersulit diagnosis dan pengobatan. Namun, memahami perbedaan ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang ditargetkan dan meningkatkan hasil bagi individu yang terkena kondisi ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi mekanisme yang mendasari dan untuk menyempurnakan strategi diagnostik dan terapeutik bagi mereka dengan ASD komorbiditas dan ADHDÂ (Ghamdi & AlMusailhi, 2024)Â (Elhossiny et al., 2024).