Anak-anak dengan keterbelakangan mental, sekarang lebih sering disebut sebagai cacat intelektual (ID), menghadapi tantangan yang berbeda dalam belajar membaca dibandingkan dengan anak-anak neurotipikal. Tantangan ini terutama disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif, pemrosesan fonologis, dan memori kerja, yang sangat penting untuk pengembangan membaca. Sementara anak-anak neurotipikal umumnya mengikuti lintasan yang dapat diprediksi dalam memperoleh keterampilan membaca, anak-anak dengan ID sering mengalami dataran tinggi di bidang perkembangan membaca tertentu, seperti decoding, sementara area lain seperti pemahaman membaca dapat terus berkembang dalam kaitannya dengan usia mental mereka. Gambaran ini akan mengeksplorasi perbedaan utama dalam akuisisi membaca antara anak-anak dengan ID dan anak-anak neurotipikal, dengan fokus pada kendala kognitif, pemrosesan fonologis, dan peran keterampilan literasi awal.
Kendala Kognitif
- Anak-anak dengan ID sering mengalami gangguan kemampuan kognitif yang mempengaruhi perkembangan membaca mereka. Ini termasuk defisit dalam penalaran nonverbal dan pemrosesan temporal, yang sangat penting untuk pemahaman baca (Wingerden et al., 2018).
- Cacat intelektual dapat secara langsung berdampak pada pemahaman membaca melalui keterampilan linguistik dan secara tidak langsung melalui keterampilan non-linguistik seperti penalaran nonverbal (Wingerden et al., 2018).
- Pada anak-anak dengan gangguan pendengaran dan ID, defisit dalam satu domain dapat menghambat mekanisme koping di domain lain, semakin mempersulit akuisisi baca(Wingerden-Fontein et al., 2018)Â (Wingerden-Fontein et al., 2018).
Pemrosesan Fonologis dan Memori Kerja
- Pemrosesan fonologis dan memori kerja sangat penting untuk pengembangan membaca. Anak-anak dengan ID sering berjuang dengan kesadaran fonologis, penamaan otomatis cepat (RAN), dan memori kerja fonologis, yang dapat menyebabkan dataran tinggi dalam keterampilan decoding (Nilsson et al., 2024).
- Kemampuan untuk melatih atau menyegarkan kode fonologis dalam memori kerja lebih penting untuk keberhasilan membaca pada anak-anak dengan ID daripada kecerdasan umum atau kemampuan bahasa (Conners et al., 2001).
- Anak-anak dengan ketidakmampuan membaca perkembangan, termasuk mereka yang memiliki ID, sering mengalami gangguan loop fonologis, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memproses informasi fonologis (Kibby et al., 2004).
Peran Keterampilan Literasi Awal
- Keterampilan literasi awal merupakan prediktor signifikan kemampuan membaca pada anak-anak dengan ID. Keterampilan ini didukung oleh kecerdasan fluida, yang secara tidak langsung membantu perkembangan baca(Palmqvist et al., 2023).
- Status sosial ekonomi (SES) tidak secara signifikan mempengaruhi keterampilan melek huruf dini atau kemampuan membaca pada anak-anak dengan ID, tidak seperti pada anak-anak neurotipikal, di mana SES dapat memainkan peran yang lebih substansial (Palmqvist et al., 2023).
- Intervensi pendidikan yang berfokus pada keterampilan literasi awal dapat bermanfaat bagi anak-anak dengan ID, menekankan perlunya strategi pengajaran yang disesuaikan untuk mendukung kebutuhan belajar yang unik mereka (Palmqvist et al., 2023).
Sementara anak-anak dengan ID menghadapi tantangan yang signifikan dalam belajar membaca, penting untuk menyadari bahwa mereka masih dapat membuat kemajuan di bidang-bidang tertentu, seperti pemahaman membaca dan kosa kata, yang terus berkembang dalam kaitannya dengan usia mental mereka (Nilsson et al., 2024). Selain itu, intervensi yang berfokus pada peningkatan pemrosesan fonologis dan memori kerja dapat menyebabkan peningkatan kinerja membaca, bahkan jika lintasan keseluruhan berbeda dari anak-anak neurotipik (Jones, 2013). Memahami perbedaan ini dapat membantu pendidik dan pengasuh memberikan dukungan yang lebih efektif kepada anak-anak dengan ID, memungkinkan mereka untuk mencapai potensi penuh mereka dalam membaca dan melek huruf.