Silhouettes of a child and adult running along a beach at sunset with a dramatic sky and gentle waves.

Apa Penyebab Utama Hiperaktif Pada Anak?

Hiperaktif pada anak-anak adalah masalah multifaset dengan berbagai faktor yang berkontribusi. Hal ini sering dikaitkan dengan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan perkembangan saraf umum yang ditandai dengan gejala kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Penyebab hiperaktif pada anak-anak dapat secara luas dikategorikan menjadi faktor genetik, lingkungan, psikologis, dan diet. Masing-masing faktor ini memainkan peran penting dalam perkembangan dan manifestasi perilaku hiperaktif pada anak-anak.

Faktor Genetik

  • Predisposisi genetik merupakan kontributor signifikan hiperaktif pada anak-anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa mutasi genetik dan faktor keturunan dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang menyebabkan gejala ADHD (Correia et al., 2023) (C, 2005).
  • Sistem neurotransmitter, terutama yang melibatkan dopamin dan norepinefrin, terlibat dalam patofisiologi ADHD, menunjukkan komponen genetik yang kuat (C, 2005).

Faktor Lingkungan

  • Kondisi prenatal dan perinatal, seperti hipertensi ibu, merokok, dan konsumsi alkohol selama kehamilan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hiperaktif pada anak-anak (Correia et al., 2023) (PolaÅ„ska et al., 2012).
  • Paparan racun lingkungan seperti logam berat, ftalat, dan bisphenol A (BPA) juga telah dikaitkan dengan gejala ADHD, meskipun temuan tidak sepenuhnya konsisten (PolaÅ„ska et al., 2012).
  • Status pekerjaan ibu dan stres kerja selama kehamilan, serta gejala depresi pascapersalinan, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko hiperaktif pada anak-anak (Chiang, 2019).

Dinamika Psikologis dan Keluarga

  • Gaya pengasuhan secara signifikan memengaruhi perilaku anak. Gaya pengasuhan otoriter dan toleran telah berkorelasi positif dengan hiperaktif pada anak-anak (Gallopeni et al., 2017).
  • Dinamika keluarga, termasuk interaksi ibu-anak dan saudara kandung, dapat mempengaruhi manifestasi perilaku hiperaktif. Interaksi negatif dalam keluarga dapat memperburuk gejala (Dantchev et al., 2023) (“Child hyperactivity, mother–child negativity, and sibling dyad negativity: A transactional family systems approach.”, 2023).

Faktor Diet

  • Komponen makanan tertentu, seperti pewarna buatan dan pengawet, telah disarankan untuk memperburuk hiperaktif. Diet Feingold, yang menghilangkan zat-zat ini, telah menunjukkan hasil yang beragam dalam mengurangi gejala hiperaktivit (Eigenmann & Haenggeli, 2004).
  • Sementara beberapa penelitian melaporkan penurunan hiperaktif dengan perubahan pola makan, yang lain memperingatkan terhadap potensi gangguan yang dapat ditimbulkan oleh diet tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Eigenmann & Haenggeli, 2004).

Sementara faktor-faktor ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang penyebab hiperaktif, penting untuk mempertimbangkan kompleksitas dan interaksi elemen-elemen ini. Hiperaktif bukan semata-mata hasil dari satu faktor tetapi lebih merupakan kombinasi dari pengaruh genetik, lingkungan, psikologis, dan diet. Memahami penyebab ini dapat membantu dalam mengembangkan intervensi yang ditargetkan dan sistem pendukung untuk anak-anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif.

Correia, A., Chaves, S. C. da S., Rodriguez, A., Santana, N., Freire, B. L., Santos, M., Oliveira, V., Bardal, P. A. P., Souza, M. de, Pontes, H. M., Silva, V., & Gomes, J. (2023). The various etiologies of attention deficit hyperactivity disorder in children. International Journal of Health Science. https://doi.org/10.22533/at.ed.1593602316085
C, W. (2005). The hyperactive child. Revue Médicale de Bruxelles.
PolaÅ„ska, K., Jurewicz, J., & Hanke, W. (2012). Exposure to environmental and lifestyle factors and attention-deficit / hyperactivity disorder in children – a review of epidemiological studies. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health. https://doi.org/10.2478/S13382-012-0048-0
Chiang, T. (2019). O1B.3 Hyperactivity disorder in children was related to maternal employment status during pregnancy and postpartum depressive symptoms: a prospective cohort study. Occupational and Environmental Medicine. https://doi.org/10.1136/oem-2019-epi.14
Gallopeni, F., Lecaj, A., & Jakupi, B. (2017). Parenting Styles: Interaction with Hyperactivity. European Journal of Social Sciences Education and Research. https://doi.org/10.26417/EJSER.V10I2.P149-152
Dantchev, S., Wolke, D., & Zemp, M. (2023). Child hyperactivity, mother-child negativity, and sibling dyad negativity: A transactional family systems approach. Journal of Family Psychology. https://doi.org/10.1037/fam0001090.supp
Child hyperactivity, mother–child negativity, and sibling dyad negativity: A transactional family systems approach. (2023). Journal of Family Psychology. https://doi.org/10.1037/fam0001090
Eigenmann, P., & Haenggeli, C.-A. (2004). Food colourings and preservatives–allergy and hyperactivity. The Lancet. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(04)16996-1
Scroll to Top