Disleksia pada anak-anak adalah gangguan belajar yang kompleks dengan beberapa faktor yang berkontribusi. Hal ini terutama ditandai dengan kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja, meskipun tingkat kecerdasan normal. Penyebab disleksia beragam, melibatkan komponen genetik, neurologis, kognitif, dan lingkungan. Memahami penyebab ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif dan strategi dukungan untuk anak-anak yang terkena dampak. Di bawah ini adalah penyebab utama disleksia seperti yang diidentifikasi dalam makalah penelitian yang disediakan.
Faktor Genetik
- Disleksia memiliki komponen genetik yang kuat, dengan penelitian mengidentifikasi 21 gen yang terkait dengan keterampilan membaca dan menulis. Gen-gen ini terlibat dalam neurogenesis, dan disfungsinya dapat menyebabkan migrasi neuron atipikal dan pertumbuhan aksonal yang tidak memadai, mempengaruhi area otak kritis yang bertanggung jawab untuk pemrosesan bahasa (Kalashnikova et al., 2023).
- Predisposisi genetik untuk disleksia juga dapat dipengaruhi oleh etnis dan fitur ortografi bahasa, menunjukkan bahwa faktor genetik dapat berinteraksi dengan pengaruh lingkungan (Kalashnikova et al., 2023).
Faktor Neurologis dan Kognitif
- Disleksia terkait dengan perubahan struktural dan fungsional di belahan otak kiri, yang sangat penting untuk pemrosesan bahasa. Perubahan ini dapat mempengaruhi fonologi, semantik, dan pemahaman baca (Ridzal et al., 2023).
- Defisit kognitif, terutama dalam kesadaran fonologis dan penamaan otomatis cepat (RAN), adalah prediktor signifikan disleksia. Defisit ini mempengaruhi kemampuan untuk mengaitkan huruf tertulis dengan suara lisan, keterampilan dasar untuk membaca (Dębska et al., 2021).
- Gangguan neurologis di area seperti V1, V2, dan V3 otak dapat menyebabkan kesulitan dalam memproses informasi visual, berkontribusi pada tantangan baca (Werth, 2023) (Werth, 2019).
Faktor Lingkungan dan Pendidikan
- Cara anak-anak diajarkan membaca dapat mempengaruhi perkembangan disleksia. Metode instruksional tertentu dapat memperburuk kesulitan dengan keterampilan fonetik, yang mengarah ke pola otak yang mirip dengan yang diamati pada individu disleksika (Butler, 2022).
- Kurangnya staf pengajar yang terlatih dan dukungan pendidikan yang tidak memadai dapat semakin menghambat perkembangan membaca anak-anak dengan disleksia, menekankan perlunya intervensi khusus dan rencana pendidikan individual (Abbas et al., 2015) (Rauf et al., 2023).
Kondisi Komorbid
- Disleksia sering hidup berdampingan dengan gangguan lain seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan artikulasi bicara tertentu. Pleiotropi gen yang terlibat dalam disleksia dapat menyebabkan komorbiditas ini, mempersulit diagnosis dan pengobatan disleksia (Kalashnikova et al., 2023) (Abbas et al., 2015).
Sementara faktor genetik dan neurologis memainkan peran penting dalam perkembangan disleksia, pengaruh lingkungan, terutama praktik pendidikan, juga dapat berkontribusi pada gangguan tersebut. Ini menyoroti pentingnya pendekatan komprehensif yang mempertimbangkan faktor biologis dan lingkungan dalam mengatasi disleksia. Memahami penyebab yang beragam ini dapat membantu dalam pengembangan alat diagnostik dan intervensi yang lebih efektif, yang pada akhirnya meningkatkan hasil untuk anak-anak dengan disleksia.
