Dyscalculia adalah ketidakmampuan belajar khusus yang mempengaruhi kemampuan anak untuk memperoleh keterampilan aritmatika, meskipun memiliki kecerdasan normal dan menerima pendidikan yang sesuai usia. Penyebab diskalkulia beragam, melibatkan kombinasi faktor medis, biologis, psikologis, dan lingkungan. Memahami penyebab ini sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif dan strategi dukungan untuk anak-anak yang terkena dampak. Bagian berikut menguraikan penyebab utama diskalkulia seperti yang diidentifikasi dalam literatur.
Faktor Biologis dan Neurologis
- Struktur dan Fungsi Saraf: Anak-anak dengan diskalkulia sering menunjukkan perbedaan struktural dan fungsional di otak, terutama di jaringan fronto-parietal, yang sangat penting untuk pemrosesan matematika. Perbedaan ini termasuk defisit materi abu-abu di lobus parietal dan defisit materi putih di fasikulus longitudinal superior (Wang & Jamaludin, 2023) (Ayyıldız et al., 2023).
- Temuan Neuroimaging: Studi neuroimaging telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan diskalkulia mungkin memiliki aktivasi otak yang abnormal selama tugas matematika, seperti peningkatan aktivitas hipokampus selama persepsi angka simbolis, menunjukkan mekanisme kompensasi untuk kesulitan pemrosesan (Üstün et al., 2021).
- Disfungsi Kognitif: Dyscalculia sering dikaitkan dengan disfungsi kognitif, termasuk defisit dalam memori kerja dan perhatian, yang sangat penting untuk pembelajaran aritmatika (Chutko et al., 2023) (Bagnoud et al., 2021).
Faktor Psikologis dan Lingkungan
- Pengaruh Pendidikan dan Sosial: Pengajaran matematika yang buruk, sikap negatif terhadap matematika dari orang tua dan saudara kandung, dan pengembangan kurikulum yang tidak memadai dapat berkontribusi pada perkembangan diskalkulia. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan ketakutan terhadap matematika, yang semakin memperburuk kesulitan belajar (Venketsamy & Hu, 2023).
- Kondisi Komorbid: Diskalkulia sering hidup berdampingan dengan gangguan belajar lainnya seperti disleksia dan ADHD, yang dapat mempersulit proses pembelajaran dan berkontribusi pada kesulitan aritmatika (Chutko et al., 2023) (Aquil & Ariffin, 2020).
Perspektif Teoritis
- Hipotesis Defisit Inti: Hipotesis ini menunjukkan bahwa diskalkulia muncul dari masalah mendasar dengan memahami kuantitas non-simbolik, yang mempengaruhi kemampuan anak untuk memahami konsep numerik (Üstün et al., 2021).
- Hipotesis Defisit Akses: Atau, beberapa peneliti mengusulkan bahwa diskalkulia disebabkan oleh kesulitan dalam memproses simbol numerik, bukan defisit inti dalam persepsi kuantitas (Üstün et al., 2021).
Aspek Kognitif dan Perilaku
- Memori dan Otomatisasi: Anak-anak dengan diskalkulia sering kesulitan mengambil fakta aritmatika dari memori dan mungkin mengalami kesulitan dengan otomatisasi prosedur penghitungan. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam memecahkan masalah aritmatika, terutama yang memerlukan transformasi dan keterampilan proses (Bagnoud et al., 2021) (Qonita, 2024).
Sementara penyebab diskalkulia kompleks dan beragam, penting untuk mempertimbangkan interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Pemahaman komprehensif ini dapat menginformasikan pengembangan intervensi yang ditargetkan dan sistem pendukung untuk anak-anak dengan diskalkulia. Selain itu, mengenali peran kondisi komorbid dan disfungsi kognitif dapat membantu dalam menciptakan strategi dan akomodasi pendidikan yang lebih efektif.