Disleksia adalah ketidakmampuan belajar spesifik yang ditandai dengan kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja, meskipun memiliki kesempatan belajar dan kemampuan kognitif yang memadai. Ini adalah gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan kode dan memahami bahasa tertulis, sering bermanifestasi sebagai tantangan dalam pengenalan kata, ejaan, dan pencetakan decoding. Disleksia lazim di seluruh dunia, mempengaruhi sekitar 5-20% populasi, dan dianggap sebagai bentuk paling umum dari gangguan belajar spesifik (Ramji & Wearn, 2023) (Wu et al., 2022) (Zavadenko, 2021) (“Genetic and Environmental Influences on Dyslexia and Dyscalculia”, 2022).
Karakteristik dan Gejala
- Disleksia ditandai dengan kesulitan dalam pemahaman membaca dan menulis, sering disertai dengan tantangan pemrosesan ucapan atau verbal dan masalah ingatan (Ramji & Wearn, 2023).
- Gejala termasuk masalah dengan kesadaran fonologis, penamaan otomatis yang cepat, dan perhatian visual, yang dapat menyebabkan masalah dalam kelancaran dan pemahaman baca (Zavadenko, 2021).
- Individu dengan disleksia mungkin juga mengalami kesulitan dalam memadukan suara untuk membentuk kata-kata, menghitung suku kata, dan memberi nama kata, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membaca dengan keras dan mengeja dengan benar (John & Chandekar, 2023).
Prevalensi dan Diagnosis
- Disleksia mempengaruhi 10-20% populasi, dengan sejumlah besar kasus tidak terdiagnosis, terutama pada anak-anak usia sekolah (Sunil et al., 2023) (Wu et al., 2022).
- Gangguan ini sering diidentifikasi melalui perbedaan antara keterampilan membaca dan kemampuan kognitif umum, meskipun definisi ini telah berkembang untuk mengenali bahwa disleksia dapat terjadi di seluruh spektrum IQ (Snowling et al., 2020).
- Diagnosis dan intervensi dini sangat penting untuk mengurangi dampak negatif pada pencapaian pendidikan dan untuk memberikan dukungan yang tepat (Lira et al., 2020).
Aspek Genetik dan Neurologis
- Disleksia memiliki komponen genetik yang kuat, dengan perkiraan heritabilitas berkisar antara 40-80%. Studi genetik telah mengidentifikasi beberapa daerah kromosom dan kandidat gen yang terkait dengan gangguan tersebut (“Genetics of Dyslexia”, 2022).
- Secara neurologis, disleksia melibatkan interaksi kompleks antara berbagai area otak yang bertanggung jawab untuk membaca dan menulis, dengan gangguan dalam pemrosesan fonologis dan fungsi eksekutif menjadi kontributor signifikan (Zavadenko, 2021).
Implikasi Pendidikan dan Sosial
- Disleksia dapat menyebabkan berkurangnya pengalaman membaca, yang dapat menghambat pertumbuhan kosakata dan perolehan pengetahuan latar belakang (Zavadenko, 2021).
- Gangguan ini menimbulkan tantangan dalam pengaturan pendidikan, memerlukan intervensi dan sistem pendukung yang disesuaikan untuk membantu individu yang terkena dampak mencapai potensi mereka (John & Chandekar, 2023).
- Terlepas dari ketersediaan layanan dukungan, siswa dengan disleksia sering menghadapi tantangan unik yang dapat bertahan hingga dewasa, mempengaruhi kehidupan profesional dan pribadi mereka (Ramji & Wearn, 2023).
Sementara disleksia terutama dikaitkan dengan kesulitan membaca dan menulis, penting untuk mengenali implikasi yang lebih luas dari gangguan tersebut. Ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu, termasuk pengalaman pendidikan dan sosial mereka. Memahami disleksia sebagai gangguan perkembangan saraf dengan dasar genetik dapat membantu dalam mengembangkan intervensi dan sistem pendukung yang lebih efektif. Selain itu, meningkatkan kesadaran dan meningkatkan praktik diagnostik dapat memastikan bahwa individu dengan disleksia menerima dukungan yang diperlukan untuk berkembang di lingkungan pendidikan dan profesional.