Autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah kondisi perkembangan saraf kompleks yang ditandai dengan tantangan dalam komunikasi dan interaksi sosial, di samping perilaku dan minat yang terbatas dan berulang. Kondisi ini sangat heterogen, artinya bermanifestasi berbeda pada setiap individu, dengan berbagai tingkat keparahan dan berbagai gejala. Autisme dipahami memiliki dasar neurobiologis, dengan faktor genetik dan lingkungan berkontribusi terhadap perkembangannya. Prevalensi autisme telah meningkat, dengan perkiraan saat ini menunjukkan bahwa itu mempengaruhi sekitar 1% dari populasi global (Lai & Baron‐Cohen, 2023) (Peng, 2024) (“Autism spectrum disorder”, 2023).
Karakteristik Inti
-
Komunikasi dan Interaksi Sosial: Individu dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, termasuk tantangan dalam memahami dan menggunakan komunikasi nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Mereka mungkin juga berjuang untuk mengembangkan hubungan teman sebaya dan terlibat dalam timbal balik sosial atau emosional (Milton, 2015) (Thaler & Falter-Wagner, 2023).
-
Perilaku Berulang dan Minat Terbatas: Autisme ditandai dengan tingkah laku motorik berulang, keasyikan dengan minat tertentu, dan kepatuhan yang kaku terhadap rutinitas. Perilaku ini dapat bermanifestasi sebagai penggunaan bahasa yang berulang atau fokus terus-menerus pada bagian-bagian objek (Milton, 2015) (Nistor & Nistor, 2023).
Dasar Neurobiologis dan Genetik
-
Konektivitas dan Fungsi Otak: Autisme dikaitkan dengan konektivitas dan fungsi otak atipikal, termasuk defisit dalam sistem penghargaan sosial dan disfungsi di bidang-bidang seperti amigdala dan sistem neuron cermin, yang terkait dengan empati dan kognisi sosial (Zhang, 2022) (Lai & Baron‐Cohen, 2023).
-
Faktor Genetik dan Lingkungan: Etiologi autisme melibatkan kombinasi kecenderungan genetik dan pengaruh lingkungan. Faktor genetik termasuk polimorfisme umum dengan efek kecil dan mutasi langka dengan dampak signifikan. Faktor lingkungan mungkin termasuk pengaruh prenatal dan pengalaman kehidupan awal (Mottron, 2020) (Thaler & Falter-Wagner, 2023).
Diagnosis dan Prevalensi
-
Kriteria Diagnostik: Autisme didiagnosis berdasarkan pengamatan perilaku dan riwayat perkembangan, dengan DSM-5 TR memberikan definisi spektrum luas yang mencakup berbagai gejala dan tingkat keparahan (“Autism spectrum disorder”, 2023) (Thaler & Falter-Wagner, 2023).
-
Tren Prevalensi: Prevalensi autisme telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir, sebagian karena praktik diagnostik yang lebih baik dan peningkatan kesadaran. Namun, ini tidak selalu menunjukkan peningkatan insiden yang sebenarnya (Skjeldal & Isaksen, 2023) (Peng, 2024).
Perawatan dan Manajemen
-
Intervensi: Meskipun tidak ada obat untuk autisme, intervensi psikososial dini dapat meningkatkan perilaku spesifik dan meningkatkan keterlibatan sosial. Pengobatan sering melibatkan kombinasi terapi perilaku dan, bila perlu, manajemen psikofarmakologis dari kondisi yang terjadi bersamaan (Lord et al., 2020) (Thaler & Falter-Wagner, 2023).
-
Dukungan dan Integrasi: Individu dengan autisme mungkin memerlukan berbagai tingkat dukungan sepanjang hidup mereka. Keterlibatan keluarga dan intervensi yang disesuaikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mempromosikan integrasi sosial (Mottron, 2020) (Lord et al., 2020).
Sementara autisme terutama dipahami sebagai gangguan perkembangan saraf dengan komponen genetik yang kuat, penting untuk mempertimbangkan peran faktor lingkungan dan interaksi individu dengan lingkungannya. Kompleksitas dasar-dasar neurobiologis autisme dan variabilitas dalam presentasinya menyoroti perlunya pendekatan yang dipersonalisasi baik dalam penelitian maupun pengobatan. Memahami autisme membutuhkan perspektif multifaset yang mempertimbangkan beragam pengalaman dan kebutuhan mereka yang ada di spektrum.