Anak-anak dengan autisme sering menunjukkan pola bicara berulang, termasuk pengulangan kata-kata saat membaca, yang merupakan karakteristik umum dari Autism Spectrum Disorder (ASD). Perilaku ini, yang dikenal sebagai echolalia, melibatkan pengulangan kata atau frasa yang diucapkan oleh orang lain dan lebih umum pada anak-anak dengan ASD dibandingkan dengan anak-anak yang biasanya berkembang. Sementara echolalia sering dipandang sebagai perilaku non-komunikatif, echolalia juga dapat berfungsi sebagai alat untuk pembelajaran bahasa dan interaksi sosial. Frekuensi dan sifat pengulangan ini dapat bervariasi berdasarkan karakteristik individu dan konteks di mana pengulangan tersebut terjadi.
Echolalia dan Pidato Berulang pada Autisme
- Echolalia adalah fitur ASD yang terdokumentasi dengan baik, ditandai dengan pengulangan kata atau frasa yang didengar dari orang lain. Ini lebih sering terjadi pada anak-anak dengan ASD daripada pada anak-anak yang biasanya berkembang, meskipun pengulangan diri tidak berbeda secara signifikan antara kelompok-kelompok ini (Santen et al., 2013) (Maes et al., 2024).
- Pidato berulang, termasuk echolalia, tidak selalu menunjukkan gangguan bahasa yang unik untuk ASD, karena pola serupa dapat diamati pada anak-anak dengan gangguan bahasa tertentu (SLI) (Santen et al., 2013) (Williams et al., 2013).
- Penggunaan echolalia dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, dengan anak-anak menampilkan tingkat bicara berulang yang berbeda dalam mendongeng versus aktivitas berbasis main (Gladfelter & VanZuiden, 2020)].
Pidato Berulang sebagai Alat Pembelajaran Bahasa
- Pidato berulang pada anak-anak dengan ASD dapat menjadi bagian dari penyelarasan linguistik, di mana anak-anak menyelaraskan bahasa mereka dengan bahasa pengasuh mereka. Penjajaran ini umum terjadi pada anak-anak dengan dan tanpa ASD, meskipun frekuensi dan lintasan perkembangan mungkin berbeda (Fusaroli et al., 2023) (“●Repeat after me? Both Children with and without Autism Commonly Align Their Language with That of Their Caregivers”, 2023).
- Anak-anak dengan ASD dapat menggunakan echolalia sebagai sarana untuk terlibat dalam komunikasi dan mempertahankan interaksi, terutama pada individu yang minimal verbal (Maes et al., 2024).
- Terlepas dari persepsi echolalia sebagai non-komunikatif, echolalia bisa produktif, memungkinkan anak-anak untuk mengkontekstualisasikan kembali dan mengintegrasikan bahasa berulang dengan bentuk bahasa baru (Fusaroli et al., 2023) (“●Repeat after me? Both Children with and without Autism Commonly Align Their Language with That of Their Caregivers”, 2023).
Variabilitas Kontekstual dan Individu
- Frekuensi dan jenis ucapan berulang dapat dipengaruhi oleh konteks bahasa, dengan anak-anak menghasilkan ekolalia yang kurang langsung dalam konteks mendongeng terstruktur dibandingkan dengan konteks permainan yang lebih terbuka (Gladfelter & VanZuiden, 2020).
- Perbedaan individu, seperti IQ nonverbal dan kosakata reseptif, juga dapat mempengaruhi penggunaan ucapan nongeneratif, meskipun asosiasi ini tidak konsisten di semua subkelompok anak-anak dengan ASD (Maes et al., 2024).
- Kompleksitas perilaku berulang dapat meningkat seiring bertambahnya usia dan perkembangan kognitif, menunjukkan bahwa beberapa aktivitas berulang mungkin selaras dengan proses perkembangan tipikal (Militerni et al., 2002).
Sementara ucapan berulang, termasuk echolalia, adalah ciri khas ASD, penting untuk mengenali peran potensialnya dalam perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Persepsi echolalia sebagai murni non-komunikatif mungkin mengabaikan kegunaannya dalam pembelajaran dan keterlibatan bahasa. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi aspek kualitatif tentang bagaimana pengulangan digunakan dan dirasakan dalam konteks yang berbeda, yang dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang fungsi komunikatif mereka pada anak-anak dengan ASD.