Membangun komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua sangat penting untuk perkembangan anak disleksia. Komunikasi ini memastikan bahwa kedua belah pihak selaras dalam pemahaman dan pendekatan mereka terhadap kebutuhan pendidikan anak, sehingga meningkatkan pengalaman dan hasil belajar anak. Komunikasi yang efektif melibatkan pertukaran informasi dua arah, di mana guru dan orang tua secara aktif berpartisipasi dan berkontribusi pada perjalanan pendidikan anak. Bagian berikut menguraikan strategi dan pertimbangan utama untuk mendorong komunikasi semacam itu.
Pentingnya Komunikasi Dua Arah
- Pemahaman Bersama: Komunikasi yang efektif mengharuskan guru dan orang tua memiliki pemahaman bersama tentang kebutuhan anak dan strategi pendidikan yang digunakan. Ini memastikan bahwa pesan disampaikan secara akurat dan tanpa salah tafsir, yang penting untuk perkembangan anak (Fardila, 2018)].
- Komunikasi Interpersonal: Guru harus menggunakan teknik komunikasi interpersonal untuk terlibat dengan anak-anak disleksia dan orang tua mereka. Ini termasuk menggunakan bahasa yang jelas dan sederhana, bersabar, dan secara aktif mendengarkan kekhawatiran dan wawasan orangtua (Juliansyah, 2019).
Strategi untuk Komunikasi yang Efektif
- Rapat dan Pembaruan Reguler: Menjadwalkan pertemuan rutin antara guru dan orang tua dapat membantu menjaga aliran informasi yang konsisten. Pertemuan ini harus terstruktur namun fleksibel, memungkinkan diskusi terbuka tentang kemajuan anak dan setiap tantangan yang dihadapi (Spinelli, 1998).
- Pendekatan Multisensoris: Guru dapat menggunakan metode pengajaran multisensori untuk membantu anak-anak penderita disleksia, dan mereka harus mengkomunikasikan metode ini kepada orang tua sehingga mereka dapat memperkuat pembelajaran di rumah (Juliansyah, 2019).
- Penggunaan Teknologi: Menggabungkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat memfasilitasi komunikasi. Alat seperti email, aplikasi perpesanan, dan platform online dapat digunakan untuk berbagi pembaruan dan sumber daya dengan orang tua (Squires & McKeown, 2006).
Membangun Kemitraan
- Kerangka Kerja Kolaborasi: Membangun kemitraan antara rumah dan sekolah sangat penting. Ini melibatkan penciptaan jaringan pendukung yang mencakup tidak hanya guru dan orang tua tetapi juga profesional kesehatan dan sumber daya komunitas (Kuracki, 2024).
- Keterlibatan Orangtua: Mendorong orang tua untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah dan proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan keterlibatan dan investasi mereka dalam pendidikan anak mereka. Keterlibatan ini harus bermakna dan bukan hanya tokenistik (Kumari, 2016).
Tantangan dan Pertimbangan
- Sensitivitas Budaya: Guru harus menyadari dan peka terhadap perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi komunikasi. Ini termasuk memahami gaya komunikasi yang berbeda dan menghormati perspektif yang beragam (Spinelli, 1998).
- Hambatan Komunikasi: Hambatan potensial seperti kendala waktu, perbedaan bahasa, dan kurangnya sumber daya harus diidentifikasi dan diatasi untuk memastikan komunikasi yang efektif (McCarthy et al., 2011).
Sementara fokusnya adalah membangun komunikasi yang efektif, penting untuk mengakui tantangan yang mungkin timbul. Misalnya, beberapa orang tua mungkin merasa terintimidasi atau diremehkan dalam proses komunikasi, yang dapat menghambat kolaborasi. Guru harus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan penuh hormat di mana orang tua merasa kontribusi mereka dihargai. Selain itu, masalah sistemik seperti kebijakan pendidikan yang tidak konsisten dan keterbatasan sumber daya dapat memengaruhi efektivitas strategi komunikasi. Mengatasi tantangan ini membutuhkan upaya bersama dari semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pendidikan anak(Beck et al., 2017) (McNaughton & Vostal, 2010).













