Woman going mad while sitting with little kids playing together on sofa in well lit room

Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Dengan Retardasi Mental Untuk Makan Sendiri?

Mengajar anak dengan keterbelakangan mental untuk makan sendiri melibatkan kombinasi intervensi perilaku, metode pengajaran adaptif, dan lingkungan yang mendukung. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kemandirian sambil mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan unik anak. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan terstruktur, seperti analisis tugas, pembelajaran visual, dan strategi penguatan, dapat efektif dalam mencapai tujuan ini. Di bawah ini adalah strategi dan pertimbangan utama untuk mengajarkan keterampilan makan sendiri kepada anak-anak dengan keterbelakangan mental.

Intervensi Perilaku

  • Analisis Tugas dan Panduan Langkah-demi-Langkah: Memecah proses makan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan dapat dikelola dapat membantu anak-anak belajar lebih efektif. Metode ini berhasil digunakan untuk mengajar remaja dengan keterbelakangan mental berat untuk melayani diri mereka sendiri selama makan, menggunakan petunjuk verbal, bimbingan fisik, dan pujian untuk memperkuat pembelajaran (Maeser et al., 1990).
  • Penguatan dan Pembentukan Positif: Memperkuat perilaku yang diinginkan dengan hadiah dapat mendorong anak-anak untuk mengadopsi keterampilan baru. Misalnya, pengobatan multikomponen yang melibatkan penguatan positif efektif dalam meningkatkan penerimaan makanan dan mengurangi perilaku bermasalah pada anak-anak dengan gangguan perkembangan (Kahng et al., 2001) (Didden et al., 1999).
  • Generalisasi dan Pemeliharaan: Memastikan bahwa keterampilan yang dipelajari dalam pengaturan yang terkontrol ditransfer ke lingkungan sehari-hari sangat penting. Penelitian telah menunjukkan bahwa efek pengobatan dapat digeneralisasikan ke pengaturan rumah dan dipertahankan dari waktu ke waktu, seperti yang terlihat dalam kasus di mana anak-anak beralih dari pemberian makan tabung ke asupan oral (Moor et al., 2007) (Didden et al., 1999).

Metode Pengajaran Adaptif

  • Teknik Pembelajaran Visual: Anak-anak dengan Down Syndrome dan kondisi serupa sering mendapat manfaat dari metode pembelajaran visual. Teknik-teknik ini dapat meningkatkan pemahaman dan retensi langkah-langkah yang terlibat dalam makan secara mandiri. Misalnya, alat bantu visual digunakan untuk mengajarkan keterampilan dapur kepada siswa dengan Down Syndrome, menghasilkan peningkatan keterampilan praktis dan kepercayaan diri (Putri et al., 2024).
  • Program Instruksional Berurutan: Program terstruktur yang mencakup instruksi berurutan, isyarat verbal, dan petunjuk fisik dapat efektif. Melatih orang tua dan guru untuk menerapkan program-program ini memastikan konsistensi di berbagai pengaturan, yang sangat penting untuk perolehan dan pemeliharaan keterampilan (Kissel et al., 1980).

Lingkungan yang Mendukung

  • Menciptakan Suasana Waktu Makan Positif: Lingkungan yang mendukung dan menggembirakan dapat secara signifikan memengaruhi kesediaan anak untuk mempelajari keterampilan makan sendiri. Penguatan sosial dan koreksi kesalahan ringan dapat membantu dalam membangun kebiasaan makan yang tepat, seperti yang ditunjukkan dalam intervensi dengan individu dengan cacat intelektual yang mendalam (Saloviita, 2002).
  • Keterlibatan Pengasuh dan Pendidik: Melatih pengasuh dan pendidik untuk mendukung proses pembelajaran anak sangat penting. Pendekatan yang berfokus pada tim, seperti yang diuraikan dalam panduan pendidikan, dapat membantu merancang rencana makan individual yang mempertimbangkan rutinitas keluarga dan keahlian profesional (Lowman & Murphy, 1998).

Sementara strategi ini memberikan pendekatan terstruktur untuk mengajar makan sendiri, penting untuk mengenali perbedaan individu di antara anak-anak dengan keterbelakangan mental. Setiap anak dapat merespons secara berbeda terhadap berbagai intervensi, dan fleksibilitas dalam pendekatan diperlukan. Selain itu, sementara intervensi perilaku efektif, mereka harus dilengkapi dengan lingkungan yang mendukung dan memahami yang mendorong otonomi dan kepercayaan diri anak.

Maeser, N. C., Thyer, B. A., & Thyer, B. A. (1990). Teaching boys with severe mental retardation to serve themselves during family-style meals. Behavioral Interventions. https://doi.org/10.1002/BIN.2360050403
Kahng, S. W., Tarbox, J., & Wilke, A. E. (2001). Use of a multicomponent treatment for food refusal. Journal of Applied Behavior Analysis. https://doi.org/10.1901/JABA.2001.34-93
Didden, R., Seys, D. M., & Schouwink, D. (1999). Treatment of chronic food refusal in a young developmentally disabled child. Behavioral Interventions. https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-078X(199910/12)14:4<213::AID-BIN36>3.0.CO;2-3
Moor, J. M. H. de, Didden, R., & Korzilius, H. (2007). Behavioural treatment of severe food refusal in five toddlers with developmental disabilities. Child Care Health and Development. https://doi.org/10.1111/J.1365-2214.2007.00734.X
Putri, D. P., Insani, H. M., Bridha, R. L., Meggy, H., Tresnawan, I. K., Risqiena, N. A., & Rafa, M. M. (2024). Development of Kitchen Skills for Down Syndrome Students in Preparing Indonesian Gastronomy. Dinamisia. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v8i6.23506
Kissel, R. C., Johnson, M. R., & Whitman, T. L. (1980). Training a Retarded Client’s Mother and Teacher through Sequenced Instructions to Establish Self-Feeding. The Journal of The Association for Persons With Severe Handicaps. https://doi.org/10.1177/154079698000500407
Saloviita, T. (2002). Behavioural treatment of improper eating by an institutionalised woman with profound intellectual disability—description of a successful intervention. Journal of Intellectual & Developmental Disability. https://doi.org/10.1080/13668250120119626-3
Lowman, D. K., & Murphy, S. M. (1998). The Educator’s Guide to Feeding Children With Disabilities.
Scroll to Top