Mengatur pola makan anak hiperaktif, terutama yang didiagnosis dengan ADHD, melibatkan pertimbangan yang cermat terhadap komponen makanan yang dapat mempengaruhi perilaku. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi diet, seperti diet eliminasi terbatas dan penghindaran aditif makanan tertentu, dapat memainkan peran penting dalam mengelola gejala. Strategi diet ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan makanan yang dapat memperburuk hiperaktif, sehingga meningkatkan hasil perilaku. Bagian berikut menguraikan pendekatan diet utama dan pertimbangan untuk mengatur pola makan anak hiperaktif.
Diet Eliminasi Terbatas
- Diet eliminasi terbatas (RED) melibatkan penghapusan sementara makanan tertentu untuk mengidentifikasi pemicu potensial hiperaktif. Diet ini biasanya dimulai dengan pilihan terbatas makanan hipoalergenik, seperti nasi, kalkun, dan sayuran tertentu, dan secara bertahap memperkenalkan kembali makanan lain untuk mengidentifikasi makanan yang dapat menyebabkan reaksi merugik (Rommelse & Buitelaar, 2013).
- Penelitian telah menunjukkan bahwa RED dapat menyebabkan peningkatan perilaku yang signifikan pada sekitar 60% anak-anak dengan ADHD, dengan pengurangan gejala seperti kurangnya perhatian dan impulsivita (Rommelse & Buitelaar, 2013).
- Proses ini melibatkan fase eliminasi diikuti oleh fase reintroduksi, di mana makanan secara sistematis ditambahkan kembali ke makanan di bawah bimbingan ahli diet (Rommelse & Buitelaar, 2013).
Kekurangan Gizi dan Suplemen
- Kekurangan nutrisi, terutama mineral seperti seng, zat besi, magnesium, dan yodium, serta asam lemak omega-3, telah dikaitkan dengan eksaserbasi gejala ADHD (Konikowska et al., 2012).
- Memastikan asupan nutrisi yang cukup ini sangat penting, karena mereka memainkan peran penting dalam perkembangan dan fungsi otak. Asam lemak omega-3, terutama DHA, sangat penting untuk kesehatan kognitif dan dapat mengurangi risiko ADHD (Konikowska et al., 2012).
Menghindari Aditif Makanan
- Diet Feingold, yang menghilangkan pewarna buatan, rasa, dan pengawet, telah dilaporkan meningkatkan perilaku pada beberapa anak hiperaktif ( Feingold, 1979) (Stare et al., 1980).
- Meskipun efektivitas diet ini diperdebatkan, beberapa penelitian dan bukti anekdotal menunjukkan bahwa menghilangkan aditif ini dapat meyebabkan perbaikan perilaku pada subset anak (Stare et al., 1980) (Bolsen, 1982).
Makanan Indeks Glikemik Rendah
- Mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah dapat membantu menstabilkan kadar gula darah dan mengurangi gejala hiperaktif pada beberapa anak (Konikowska et al., 2012).
- Pendekatan ini melibatkan fokus pada biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang melepaskan glukosa secara perlahan ke dalam aliran darah, berpotensi meminimalkan fluktuasi perilaku.
Perspektif yang Lebih Luas
Sementara intervensi diet dapat bermanfaat bagi beberapa anak dengan hiperaktif, penting untuk menyadari bahwa tidak semua anak akan merespons perubahan ini. Hubungan antara diet dan hiperaktif sangat kompleks dan mungkin melibatkan faktor lingkungan dan genetik lainnya (Rommelse & Buitelaar, 2013) (Crook, 1974). Selain itu, beberapa penelitian telah menemukan bahwa mayoritas anak-anak hiperaktif tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan dengan perubahan pola makan saja, menunjukkan bahwa pendekatan komprehensif, termasuk terapi perilaku dan pengobatan, mungkin diperlukan untuk manajemen yang efektif (Stare et al., 1980) (Bolsen, 1982). Oleh karena itu, regulasi diet harus dipertimbangkan sebagai bagian dari rencana perawatan yang lebih luas yang disesuaikan dengan kebutuhan individu anak.