Crop girl demonstrating scary face while frightening with dirty hands during Halloween celebration in nature

Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Dengan Retardasi Mental Tentang Bahaya Di Lingkungan Sekitar?

Mengajar anak dengan keterbelakangan mental tentang bahaya lingkungan membutuhkan pendekatan yang disesuaikan yang mempertimbangkan kebutuhan belajar dan kemampuan kognitif mereka yang unik. Strategi yang efektif melibatkan kombinasi pelatihan keterampilan perilaku, pengalaman belajar multisensori, dan keterlibatan aktif pengasuh. Metode ini bertujuan untuk membekali anak-anak dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengenali dan menanggapi potensi ancaman di lingkungan mereka. Bagian berikut menguraikan strategi dan pertimbangan utama untuk mengajarkan keterampilan keselamatan kepada anak-anak penyandang cacat intelektual.

Pelatihan Keterampilan Perilaku

  • Pendekatan Pembelajaran Aktif: Pelatihan keterampilan perilaku (BST) adalah metode yang terbukti untuk mengajarkan keterampilan keselamatan kepada individu penyandang cacat. Pendekatan ini melibatkan instruksi, pemodelan, latihan, dan umpan balik untuk membantu anak-anak belajar bagaimana menanggapi ancaman keselamatan fisik dan sosial, seperti menghadapi orang asing atau benda berbahaya (Miltenberger et al., 2024)].
  • Pelatihan In Situ: Ini melibatkan latihan keterampilan dalam pengaturan kehidupan nyata untuk meningkatkan generalisasi perilaku yang dipelajari. Hal ini sangat penting bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual, yang mungkin kesulitan mentransfer keterampilan dari satu konteks ke konteks lain (Miltenberger et al., 2024).

Pembelajaran Multisensori dan Interaktif

  • Lingkungan Simulasi: Memanfaatkan lingkungan virtual yang meniru pengaturan dunia nyata dapat memberikan ruang yang aman bagi anak-anak untuk berlatih menavigasi bahaya jalanan. Lingkungan ini menggunakan rangsangan visual dan pendengaran untuk menciptakan pengalaman mendalam, membantu anak-anak belajar bereaksi terhadap situasi yang berpotensi berbahaya (Freina et al., 2014).
  • Pengulangan dan Penguatan: Latihan berulang dan penguatan keterampilan keselamatan sangat penting, karena anak-anak penyandang cacat intelektual sering membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dan menyimpan informasi baru (Freina et al., 2014).

Program Berbasis Sekolah dan Komunitas

  • Program Pencegahan Khusus: Program berbasis sekolah yang dirancang khusus untuk anak-anak dengan cacat perkembangan intelektual (IDD) dapat meningkatkan kesadaran akan risiko dan mengajarkan keterampilan perlindungan. Program-program ini harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan unik anak-anak dengan IDD, dengan fokus pada keterampilan praktis untuk menavigasi situasi yang tidak aman (Ortega et al., 2023)].
  • Keterampilan Keselamatan Komunitas: Mengajar anak-anak bagaimana menanggapi bahaya komunitas, seperti tersesat atau bertemu orang asing, sangat penting. Program yang mencakup pemodelan dan pelatihan keterampilan perilaku telah menunjukkan hasil positif dalam perolehan keterampilan (Didden et al., 2021).

Peran Pengasuh dan Pendidik

  • Keterlibatan Orangtua: Mendidik orang tua tentang langkah-langkah keselamatan dan melibatkan mereka dalam proses pelatihan dapat secara signifikan meningkatkan efektivitas pendidikan keselamatan. Pengetahuan dan praktik orang tua mengenai keselamatan dapat mengurangi risiko yang dihadapi anak-anak mereka (Shatia et al., 2022).
  • Dukungan Pendidik: Guru dan pengasuh memainkan peran penting dalam memberikan instruksi keterampilan keselamatan. Mereka harus dilatih untuk menggunakan model pengajaran yang efektif dan menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan individu setiap anak (Clees & Gast, 1994)].

Sementara strategi ini memberikan pendekatan komprehensif untuk mengajarkan keterampilan keselamatan, penting untuk mengakui tantangan yang dihadapi oleh anak-anak penyandang cacat intelektual. Anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan menggeneralisasi keterampilan yang dipelajari ke situasi baru dan mungkin memerlukan dukungan dan penguatan berkelanjutan. Selain itu, efektivitas pelatihan keselamatan dapat bervariasi berdasarkan perbedaan individu dalam gaya kognitif dan perhatian, menyoroti kebutuhan akan instruksi yang dipersonalisasi (Anastasia, 2010).

Miltenberger, R. G., Baruni, R. R., & Fuller, A. A. (2024). Teaching Safety Skills. https://doi.org/10.1007/978-3-031-54923-6_9
Freina, L., Busi, M., Canessa, A., Caponetto, I., & Ott, M. (2014). Learning to cope with street dangers: an interactive environment for the intellectually impaired.
Ortega, D., Walsh, K., BÅ‘di, C. B., Hawkins, L. B., & Bright, M. A. (2023). School-based prevention education for children and youth with intellectual developmental disabilities. Child Abuse & Neglect. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2023.106397
Didden, R., Jonker, F., Delforterie, M. J., & Nijman, H. (2021). Community Safety Skills of People with Intellectual and Developmental Disabilities. https://doi.org/10.1007/978-3-030-66441-1_7
Shatia, G., Okby, O. M., & Omar, T. (2022). Effect of Parents’ Knowledge and Practice regarding Safety Measures on Safety Threats of their Children with Mental Impairment. Menoufia Nursing Journal (Print). https://doi.org/10.21608/menj.2022.254013
Clees, T. J., & Gast, D. L. (1994). Social safety skills instruction for individuals with disabilities: a sequential model. Education and Treatment of Children.
Anastasia, A. (2010). Promoting road safety for preadolescent boys with mild intellectual disabilities: the effect of cognitive style and the role of attention in the identification of safe and dangerous road- crossing sites. International Journal of Special Education.
Scroll to Top