Anak-anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering menghadapi tantangan dalam memahami perasaan orang lain, tetapi ini tidak berlaku secara universal untuk semua anak dengan autisme. Tingkat kesulitan bervariasi secara signifikan di antara individu, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keterampilan verbal, motivasi sosial, dan adanya intervensi. Penelitian menunjukkan bahwa sementara banyak anak dengan ASD berjuang dengan pengenalan emosi dan empati, ada pengecualian penting dan variasi kemampuan di seluruh spektrum. Kompleksitas ini membutuhkan pemahaman yang bernuansa tentang kemampuan emosional dan sosial anak-anak dengan autisme.
Variabilitas dalam Pengenalan Emosi
- Sebuah studi oleh Junaidi dkk. menemukan bahwa 53,3% anak-anak dengan ASD dalam sampel mereka tidak dapat mengenali ekspresi emosional, sementara 28,7% bisa, dan 20% agak dapat mengenalinya. Ini menunjukkan variabilitas yang signifikan dalam kemampuan pengenalan emosi di antara anak-anak dengan ASD (Junaidi et al., 2024).
- Studi oleh Abaeva dkk. mengidentifikasi empat profil fungsional yang berbeda di antara anak-anak autis, mulai dari “perencana proaktif” hingga “pengamat yang tenang,” menyoroti beragam kemampuan dalam memprediksi dan memahami emosi (Абаева et al., 2024).
Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Emosional
- Keterampilan verbal dan motivasi sosial secara signifikan terkait dengan kemampuan pengenalan emosional. Anak-anak dengan keterampilan verbal yang lebih baik dan motivasi sosial yang lebih tinggi cenderung memiliki kemampuan pengenalan emosional yang lebih baik (Junaidi et al., 2024).
- Penggunaan teknologi, seperti aplikasi Bantuan Pengenalan Emosi, telah menunjukkan potensi dalam membantu anak-anak dengan ASD untuk mengenali emosi, meskipun keterampilan prasyarat seperti memahami instruksi sederhana diperlukan untuk efektivitasnya (“Usability Testing of Emotion Recognition Assistance Application for Children with Autism Spectrum Disorder”, 2022).
Empati dan Perkembangan Emosional
- Li dkk. menemukan bahwa sementara anak-anak autis sering mengalami kesulitan memperhatikan orang lain dan mengakui emosi, mereka tidak berbeda secara signifikan dari teman sebaya non-autis dalam mengalami penularan emosi, terutama dengan emosi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak autis tidak acuh terhadap perasaan orang lain tetapi mungkin tidak memiliki keterampilan untuk mengekspresikan empati secara efektif (Li et al., 2022)].
- Seiring waktu, anak-anak autis telah menunjukkan peningkatan dalam tindakan prososial, menunjukkan potensi pertumbuhan keterampilan empati dengan intervensi yang tepat (Li et al., 2022).
Tantangan dan Intervensi
- Defisit kognitif sosial, seperti kesulitan dalam memahami perspektif dan mengenali ekspresi emosional, umum terjadi pada anak-anak dengan ASD dan memengaruhi interaksi sosial mereka (Rajapakse, 2024) (Rajapakse, 2024).
- Intervensi yang berfokus pada peningkatan kognisi sosial dan pemahaman emosional sangat penting. Ini termasuk strategi pendidikan dan penggunaan teknologi bantu untuk mendukung pengenalan emosional dan pengembangan empati (Rajapakse, 2024) (Guo et al., 2021).
Sementara banyak anak dengan autisme mengalami tantangan dalam memahami emosi orang lain, penting untuk mengenali keragaman dalam spektrum. Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan yang signifikan, sementara yang lain mungkin menunjukkan kekuatan dalam bidang pemahaman emosional tertentu. Variabilitas ini menggarisbawahi pentingnya intervensi dan dukungan yang dipersonalisasi yang memenuhi kebutuhan unik setiap anak dengan ASD. Selain itu, potensi peningkatan keterampilan empati dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, anak-anak dengan autisme dapat meningkatkan kemampuan sosial dan emosional mereka.