Menggunakan makanan seperti biskuit atau buah untuk mengajarkan konsep kuantitas dapat menjadi strategi pendidikan yang efektif, terutama untuk anak-anak kecil atau mereka yang kesulitan belajar. Pendekatan ini memanfaatkan sifat makanan yang nyata dan dapat dihubungkan untuk membuat konsep matematika abstrak lebih konkret dan dapat dimengerti. Dengan mengintegrasikan makanan ke dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dapat menciptakan pengalaman yang menarik dan multisensori yang memfasilitasi pemahaman kuantitas dan hubungan numerik. Di bawah ini adalah beberapa metode dan pertimbangan untuk menggunakan makanan untuk mengajarkan kuantitas.
Menggunakan Makanan sebagai Alat Pengajaran
-
Unit Diskritisasi: Makanan seperti biskuit dapat digunakan untuk menunjukkan unit diskrit, yang membantu anak-anak memahami konsep penghitungan dan kuantitas. Misalnya, menyajikan satu set biskuit dan meminta anak-anak untuk menghitungnya dapat menggambarkan gagasan kuantitas diskrit, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk memahami konsep angka dan penghitung (Lembregts & Bergh, 2019).
-
Ukuran dan Estimasi: Mengajar anak-anak memperkirakan ukuran porsi menggunakan makanan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang kuantitas. Misalnya, menggunakan instruksi berbasis kesetaraan (EBI) untuk mengajarkan estimasi porsi makanan dapat membantu anak-anak belajar mengasosiasikan jumlah tertentu dengan isyarat visual dan sentuhan, seperti ukuran biskuit atau sepotong buah (Diaz et al., 2023).
-
Citra Sensorial: Mendorong anak-anak untuk menggunakan citra sensorik dengan makanan dapat memengaruhi persepsi mereka tentang kuantitas. Misalnya, meminta anak-anak untuk membayangkan rasa dan tekstur makanan sebelum memilih ukuran porsi dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih tepat tentang kuantitas, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian dengan anak-anak memilih antara ukuran porsi camilan yang berbeda (Lange et al., 2020).
Aplikasi Praktis
-
Aktivitas Interaktif: Memasukkan makanan ke dalam kegiatan interaktif, seperti membangun pola dengan biskuit atau mengatur buah dalam jumlah tertentu, dapat membuat pembelajaran tentang angka lebih menarik. Pendekatan ini mirip dengan menggunakan blok untuk mengajarkan kuantitas, di mana anak-anak belajar dengan memanipulasi objek secara fisik (Machiko, 1999).
-
Pendidikan Gizi: Menggunakan makanan untuk mengajarkan kuantitas juga dapat memasukkan pelajaran tentang nutrisi. Misalnya, membahas kandungan nutrisi dari berbagai makanan sambil mengajarkan kuantitas dapat memberikan manfaat pendidikan ganda, mempromosikan pemahaman matematika dan kebiasaan makan yang sehat (Jianhong, 2017) (Xia et al., 2018).
-
Relevansi Budaya dan Kontekstual: Memilih makanan yang relevan secara budaya atau akrab bagi anak-anak dapat meningkatkan pengalaman belajar. Misalnya, menggunakan buah-buahan atau makanan ringan yang populer secara lokal dapat membuat pelajaran lebih relevan dan menarik bagi anak-anak (Yanbo, 2016) (Jingjing, 2016).
Meskipun menggunakan makanan untuk mengajarkan kuantitas menawarkan banyak manfaat, penting untuk mempertimbangkan potensi tantangan dan keterbatasan. Misalnya, beberapa anak mungkin memiliki pembatasan diet atau alergi yang membatasi jenis makanan yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan. Selain itu, pendidik harus memperhatikan potensi limbah makanan dan berusaha untuk menggunakan makanan dengan cara yang mendidik dan berkelanjutan. Dengan merencanakan dan melaksanakan kegiatan ini dengan cermat, pendidik dapat secara efektif menggunakan makanan untuk meningkatkan pemahaman anak-anak tentang kuantitas dan konsep numerik.