A family enjoys creative arts and crafts together, strengthening bonds in a cozy indoor setting.

Bagaimana Jika Guru Tidak Menyadari Bahwa Anak Mengalami Disgrafia?

Ketika seorang guru tidak menyadari bahwa seorang anak menderita disgrafia, itu dapat menyebabkan tantangan yang signifikan dalam pengalaman pendidikan anak. Disgrafia, gangguan belajar yang mempengaruhi tulisan tangan dan ekspresi tertulis, dapat menghambat kemampuan anak untuk berkomunikasi secara efektif melalui tulisan, yang merupakan keterampilan dasar dalam pendidikan. Tanpa identifikasi dan intervensi yang tepat, anak-anak dengan disgrafia dapat berjuang secara akademis, mengalami harga diri yang rendah, dan salah diberi label sebagai malas atau lalai. Kurangnya pengakuan ini dapat menunda penerapan strategi dukungan yang diperlukan, yang sangat penting untuk pengembangan akademik dan pribadi anak. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci dari implikasi dan solusi potensial ketika disgrafia tidak diperhatikan oleh pendidik.

Implikasi dari Disgrafia yang Tidak Dikenali

  • Tantangan Akademik: Anak-anak dengan disgrafia sering menghadapi kesulitan dalam menulis dengan jelas dan konsisten, yang dapat memengaruhi kinerja mereka dalam tugas dan ujian tertulis. Hal ini dapat menyebabkan hasil akademik yang buruk dan kurangnya kepercayaan pada kemampuan mereka (Saifudin et al., 2024)] (Wahyuni et al., 2024).
  • Salah pelabelan dan Kesalahpahaman: Tanpa diagnosis yang tepat, anak-anak mungkin secara tidak adil diberi label memiliki masalah perilaku atau kurang cerdas, yang dapat memengaruhi harga diri dan motivasi mereka (Wahyuni et al., 2024) (Gary et al., 2023).
  • Intervensi Tertunda: Deteksi dini sangat penting untuk memberikan dukungan dan intervensi tepat waktu. Tanpa pengakuan, anak-anak kehilangan strategi pendidikan yang disesuaikan yang dapat membantu mereka mengelola kondisi mereka secara efektif (Vydeki et al., 2024)] (Gemelli et al., 2023).

Solusi dan Intervensi Potensi

  • Pelatihan dan Kesadaran Guru: Pendidik perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda disgrafia dan memahami dampaknya terhadap pembelajaran. Program pengembangan profesional yang berfokus pada ketidakmampuan belajar dapat membekali guru dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mendukung siswa dengan disgrafi (Kalenjuk et al., 2024).
  • Penggunaan Teknologi Bantuan: Menerapkan alat seperti pena pintar dan algoritma pembelajaran mendalam dapat membantu deteksi dini disgrafia. Teknologi ini dapat menganalisis sampel tulisan tangan untuk mengidentifikasi fitur disgrafis, memberikan proses diagnosis yang lebih objektif dan efisien (Gemelli et al., 2023) (Gupta et al., 2023) (Sharmila et al., 2023).
  • Strategi Pembelajaran Khusus: Setelah diidentifikasi, anak-anak dengan disgrafia dapat memperoleh manfaat dari metode pengajaran tertentu, seperti pelatihan bahasa terstruktur multisensori, instruksi perancah, dan penggunaan kertas bergaris atau papan miring untuk membantu penulisan (Kalenjuk et al., 2024).
  • Dukungan Orang Tua dan Rekan: Mendorong lingkungan yang mendukung di rumah dan di antara teman sebaya dapat membantu anak-anak dengan disgrafia merasa lebih diterima dan kurang terisolasi, mempromosikan pengalaman belajar yang positif (Wahyuni et al., 2024).

Sementara kurangnya pengakuan disgrafia oleh guru dapat memiliki efek buruk, penting untuk mempertimbangkan konteks sistem pendidikan yang lebih luas. Banyak sekolah mungkin kekurangan sumber daya atau pelatihan untuk secara efektif mengidentifikasi dan mendukung siswa dengan ketidakmampuan belajar. Selain itu, ketergantungan pada metode diagnostik tradisional, yang dapat bersifat subjektif dan memakan waktu, semakin mempersulit identifikasi tepat waktu. Kemajuan teknologi, seperti model pembelajaran mendalam, menawarkan solusi yang menjanjikan untuk deteksi yang lebih akurat dan efisien, berpotensi mengubah cara lembaga pendidikan mengatasi gangguan belajar seperti disgrafia (Vydeki et al., 2024) (Gupta et al., 2023) (Danna et al., 2023).

Saifudin, M. F., Mindaryani, Y., Lestari, S., Minsih, M., & Widyastuti, C. (2024). Identification of Children with Learning Barriers (Dysgraphia) and Treatment in Elementary School. Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. https://doi.org/10.33084/tunas.v9i2.6531
Wahyuni, S. S., Siregar, I., Rachmawati, K., & Hamzah, N. H. (2024). Written Language Errors Of Dysgraphic Children Aged 9-12 Years In Inclusive Classrooms. Jurnal Onoma : Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra. https://doi.org/10.30605/onoma.v10i3.4126
Gary, A., Moore, A., Hilliard, W., Day, M., Boswell, B., & Barnhill, M. (2023). Understanding Dysgraphia. Nursing Made Incredibly Easy. https://doi.org/10.1097/01.nme.0000920520.26260.94
Vydeki, D., Bhandari, D., Patil, P. P., & Kulkarni, A. (2024). Towards Accessible Learning: Deep Learning-Based Potential Dysgraphia  Detection and OCR for Potentially Dysgraphic Handwriting. https://doi.org/10.48550/arxiv.2411.13595
Gemelli, A., Marinai, S., Vivoli, E., & Zappaterra, T. (2023). Deep-learning for dysgraphia detection in children handwritings. https://doi.org/10.1145/3573128.3609351
Kalenjuk, E., Subban, P., Laletas, S., & Wilson, S. (2024). ‘That’s Not Something That’s Necessarily on the Radar’: Educators’ Perspectives on Dysgraphia. Australasian Journal of Special and Inclusive Education. https://doi.org/10.1017/jsi.2023.17
Gupta, R., Gunjan, N. A., Garg, R., Karwal, S., Goyal, A., & Singla, N. (2023). A framework for dysgraphia detection in children using convolutional neural network. International Journal of Bioinformatics Research and Applications. https://doi.org/10.1504/ijbra.2023.133697
Sharmila, C., Shanthi, N., Santhiya, S., & Sruthi, R. (2023). An Automated System for the Early Detection of Dysgraphia using Deep Learning Algorithms. https://doi.org/10.1109/ICSCDS56580.2023.10105022
Danna, J., Puyjarinet, F., & Jolly, C. (2023a). Tools and Methods for Diagnosing Developmental Dysgraphia in the Digital Age: A Brief State-of-Art. https://doi.org/10.20944/preprints202311.1132.v1
Scroll to Top