Diagnosis hiperaktif pada anak-anak, terutama Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), kompleks dan rentan terhadap kesalahan diagnosis karena gejala yang tumpang tindih dengan kondisi dan bias lain dalam praktik klinis. Salah diagnosis dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk bayangan diagnostik, kesenjangan perawatan kesehatan, dan penggunaan heuristik oleh dokter. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan overdiagnosis dan kurang diagnosis, berdampak pada perawatan anak dan kesejahteraan secara keseluruhan. Bagian berikut mengeksplorasi aspek-aspek ini secara rinci.
Bayangan Diagnostik dan Bias
- Bayangan diagnostik terjadi ketika fokus dokter pada gejala yang menonjol menyebabkan mengabaikan diagnosis potensial lainnya. Hal ini sangat relevan pada ADHD, di mana gejala dapat tumpang tindih dengan masalah medis, perkembangan saraf, dan psikososial lainnya, mempersulit diagnosis yang akurat (Maâroufi et al., 2024).
- Bias dokter, dipengaruhi oleh pentingnya karakteristik tertentu, dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis. Misalnya, anak laki-laki lebih sering didiagnosis dengan ADHD daripada anak perempuan, sebagian karena bias dalam pengambilan keputusan dokter daripada perbedaan prevalensi yang sebenarnya (Marquardt, 2022).
Overdiagnosis dan Faktor Sistem Perawatan Kesehatan
- Overdiagnosis ADHD merupakan kekhawatiran yang signifikan, dengan bukti menunjukkan bahwa banyak anak yang didiagnosis dengan ADHD mungkin memiliki gejala yang lebih ringan yang tidak memerlukan diagnosis. Hal ini dapat menyebabkan perawatan farmakologis yang tidak perlu, yang mungkin tidak bermanfaat dan berpotensi menyebabkan bahaya (Kazda et al., 2021).
- Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap overdiagnosis termasuk penggunaan heuristik oleh ahli diagnosa, informasi yang menyesatkan dari pengasuh, dan kendala dalam sistem perawatan kesehatan yang memerlukan diagnosis untuk persetujuan pengobatan (Merten et al., 2017).
Komorbiditas dan Diagnosis Diferensial
- Gejala ADHD dapat meniru atau terjadi bersamaan dengan kondisi lain, seperti Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD), yang menyebabkan potensi kesalahan diagnosis. Kehadiran gangguan tic dan disfungsi eksekutif pada OCD dapat disalahartikan sebagai gejala ADHD, memerlukan evaluasi yang cermat untuk menghindari pengobatan yang tidak tepat (Abramovitch, 2016).
- Evaluasi medis menyeluruh sangat penting untuk membedakan ADHD dari kondisi medis lain yang muncul dengan gejala serupa, seperti tidak adanya gangguan kejang, disfungsi tiroid, dan kurang tidur. Pendekatan ini dapat membantu mengurangi tingkat kesalahan diagnosis dan meningkatkan hasil pasien (Sadek, 2023).
Implikasi Ekonomi dan Sosial
- Salah diagnosis ADHD memiliki implikasi ekonomi yang signifikan, dengan perkiraan menunjukkan dampak ekonomi nasional sebesar 60−60−117 miliar karena kesalahan diagnostik. Ini menggarisbawahi perlunya peningkatan akurasi diagnostik dan intervensi kebijakan untuk mengatasi perbedaan dalam perawatan kesehatan mental (Marquardt, 2022).
Sementara potensi kesalahan diagnosis hiperaktif pada anak-anak terbukti, penting juga untuk mempertimbangkan risiko underdiagnosis. Beberapa anak mungkin tidak menerima diagnosis dan pengobatan yang diperlukan karena sifat subjektif evaluasi gejala dan variabilitas dalam praktik klinis. Hal ini dapat menyebabkan ADHD yang tidak diobati, yang memiliki efek buruk pada perkembangan akademik, sosial, dan emosional individu. Oleh karena itu, pendekatan seimbang yang memastikan diagnosis yang akurat sambil menghindari overdiagnosis dan underdiagnosis sangat penting untuk manajemen ADHD yang efektif pada anak-anak.