Young girl in red dress walking two dogs on leashes in a vibrant park setting.

Siapa Yang Berwenang Mendiagnosis Hiperaktif Pada Anak?

Diagnosis hiperaktif pada anak-anak, sering disebut sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), adalah proses kompleks yang melibatkan banyak profesional. Kewenangan untuk mendiagnosis hiperaktif biasanya terletak pada spesialis yang memiliki keahlian untuk melakukan penilaian komprehensif. Spesialis ini termasuk dokter anak, psikiater anak, ahli saraf anak, dan dokter anak perkembangan. Proses diagnosisnya beragam, membutuhkan evaluasi rinci faktor perilaku, medis, dan psikososial.

Spesialis yang Terlibat dalam Diagnosis

  • Dokter Anak dan Psikiater Anak: Para profesional ini sering menjadi titik kontak pertama untuk mendiagnosis hiperaktif. Mereka dilatih untuk menilai indikator perilaku dan riwayat medis untuk membentuk diagnosis (Sandoval et al., 1976) (Bennett & Sherman, 1983).
  • Ahli Saraf Anak dan Dokter Anak Perkembangan: Spesialis ini dilengkapi untuk melakukan penilaian komprehensif, termasuk evaluasi perkembangan saraf dan berbagai tes biomedis, untuk mengkonfirmasi ADHD atau mengesampingkan kondisi lain (Accardo, 1999)].
  • Pendekatan Multidisipliner: Diagnosis sering melibatkan tim profesional, termasuk psikolog dan ahli kesehatan mental lainnya, untuk memastikan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi anak (Cantwell & Baker, 1987)].

Proses Diagnostik

  • Penilaian Perilaku: Diagnosis terutama didasarkan pada indikator perilaku seperti kurangnya perhatian, impulsif, dan hiperaktif, yang dinilai melalui skala dan tes spesifik (C, 2005).
  • Evaluasi Medis dan Psikososial: Riwayat medis terperinci dan penilaian psikososial sangat penting untuk memahami lingkungan anak dan mengesampingkan penyebab potensial hiperaktivitas lainnya (Cantwell & Baker, 1987) (Accardo, 1999).
  • Penggunaan Alat Diagnostik: Alat seperti ICD-10 memberikan kriteria eksplisit untuk mendiagnosis gangguan hiperkinetik, yang meliputi ADHD (Taylor & Hemsley, 1995).

Peran Teknologi

  • Sistem Ahli: Kemajuan teknologi, seperti sistem ahli berbasis web menggunakan metode seperti Naive Bayes, sedang dikembangkan untuk membantu mendiagnosis hiperaktif. Sistem ini memberikan diagnosis berbasis persentase, memfasilitasi akses publik ke penilaian pendahuluan (Ervinaeni, 2019).

Sementara spesialis terutama bertanggung jawab untuk mendiagnosis hiperaktif, ada kecenderungan yang berkembang untuk melibatkan dokter umum dan bahkan orang tua dalam identifikasi awal gejala. Orang tua sering memainkan peran penting dalam mengenali tanda-tanda awal hiperaktif, dan pengamatan mereka dapat menjadi sangat penting dalam proses diagnostik (Williams, 2000). Namun, penting bahwa diagnosis formal dibuat oleh profesional yang berkualifikasi untuk memastikan akurasi dan manajemen kondisi yang tepat.

Sandoval, J. H., Sandoval, J. H., Lambert, N. M., Lambert, N. M., Yandell, W., & Yandell, W. (1976). Current medical practice and hyperactive children. American Journal of Orthopsychiatry. https://doi.org/10.1111/J.1939-0025.1976.TB00932.X
Bennett, F. C., & Sherman, R. (1983). Management of childhood “hyperactivity” by primary care physicians. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. https://doi.org/10.1097/00004703-198306000-00002
Accardo, P. (1999). A rational approach to the medical assessment of the deficit/ hyperactivity disorder child with attention-.
Cantwell, D. P., & Baker, L. (1987). Differential diagnosis of hyperactivity. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. https://doi.org/10.1097/00004703-198706000-00006
C, W. (2005). The hyperactive child. Revue Médicale de Bruxelles.
Taylor, E. N., & Hemsley, R. (1995). Treating hyperkinetic disorders in childhood. BMJ. https://doi.org/10.1136/BMJ.310.6995.1617
Williams, R. (2000). Parents and general practitioners differed in some of their views of child hyperactivity. Evidence-Based Mental Health. https://doi.org/10.1136/EBMH.3.4.126
Scroll to Top