A young girl creatively drawing on the sidewalk with colorful chalk, capturing a moment of childhood creativity.

Apakah Anak Dengan Disgrafia Sering Merasa Frustrasi Atau Marah Saat Diminta Menulis?

Anak-anak dengan disgrafia sering mengalami frustrasi dan kemarahan yang signifikan ketika diminta untuk menulis, karena gangguan tersebut memengaruhi kemampuan mereka untuk mengekspresikan pikiran melalui tulisan secara efektif. Respons emosional ini terkait dengan tantangan yang mereka hadapi dalam menulis dengan lancar dan terbaca, yang dapat menghambat kemajuan akademik dan memengaruhi harga diri. Frustrasi diperburuk oleh kurangnya pemahaman dan dukungan dari pendidik dan orang tua, yang mungkin tidak sepenuhnya mengenali kesulitan yang dihadapi anak-anak ini. Beban emosional disgrafia didokumentasikan dengan baik, dengan berbagai penelitian menyoroti dampak negatif pada identitas dan motivasi anak-anak. Berikut adalah beberapa aspek kunci tentang bagaimana disgrafia mempengaruhi emosi anak-anak dan pengalaman menulis:

Dampak Emosional dari Disgrafia

  • Frustrasi dan Kemarahan: Anak-anak dengan disgrafia sering merasa frustrasi dan marah karena ketidakmampuan mereka untuk menulis seefektif teman sebaya mereka. Frustrasi ini diperparah oleh persepsi dicap sebagai lambat atau memiliki kebutuhan khusus, yang dapat mengurangi harga diri dan motivasi (Nakamura et al., 2024) (Wahyuni et al., 2024).
  • Identitas dan Persepsi Diri Sendiri: Disgrafia dapat mempengaruhi perkembangan identitas anak, karena perjuangan untuk menulis dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan citra diri yang negatif. Hal ini terutama terlihat ketika anak-anak tidak dapat mentransfer ide dari pikiran mereka ke kertas, yang mengarah pada rasa tidak berdaya (Kalenjuk et al., 2023).

Intervensi Pendidikan dan Teknologi

  • Keyboarding sebagai Intervensi: Memperkenalkan keterampilan keyboarding dapat secara signifikan mengurangi frustrasi yang terkait dengan tulisan tangan. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan disgrafia mendapat manfaat dari instruksi keyboarding, yang meningkatkan kecepatan dan akurasi menulis, sehingga mengurangi beban mental dan menumbuhkan sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran (Nakamura et al., 2024)].
  • Pendekatan Berbasis Seni dan Interaktif: Memanfaatkan penelitian berbasis seni dan teknologi interaktif, seperti interaksi anak-robot, dapat membantu anak-anak mengekspresikan pengalaman mereka dan meningkatkan keterampilan menulis mereka. Metode-metode ini telah terbukti meningkatkan motivasi dan mengurangi perilaku penghindaran, membuat menulis menjadi aktivitas yang lebih menyenangkan dan tidak terlalu menegang (Kalenjuk et al., 2023) (Gargot et al., 2021).

Tantangan dalam Pengakuan dan Dukungan

  • Kurangnya Kesadaran: Seringkali ada kurangnya kesadaran dan pemahaman di antara pendidik dan orang tua mengenai tantangan yang dihadapi oleh anak-anak dengan disgrafia. Hal ini dapat menyebabkan dukungan dan intervensi yang tidak memadai, semakin memperburuk frustrasi dan tekanan emosional anak (Wahyuni et al., 2024).
  • Kebutuhan akan Dukungan Khusus: Intervensi yang efektif membutuhkan pendekatan yang disesuaikan yang mempertimbangkan kebutuhan unik setiap anak. Ini termasuk latihan dan dukungan berkelanjutan melalui berbagai metode, seperti program neuropsikologis dan aplikasi yang disesuaikan, untuk meningkatkan kemahiran menulis dan mengurangi stres emosional (Rahim & Jamaludin, 2019) (Konstantyniv & Тkach, 2022).

Sementara disgrafia dapat menyebabkan frustrasi dan kemarahan yang signifikan pada anak-anak, penting untuk menyadari bahwa dengan intervensi dan dukungan yang tepat, emosi negatif ini dapat dikurangi. Dengan menggunakan strategi seperti instruksi keyboard, penelitian berbasis seni, dan teknologi interaktif, pendidik dan orang tua dapat membantu anak-anak dengan disgrafia meningkatkan keterampilan menulis dan kesejahteraan emosional mereka. Namun, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang disgrafia untuk memastikan bahwa anak-anak menerima dukungan dan intervensi yang diperlukan untuk berkembang secara akademis dan emosional.

Nakamura, K., Nagami, S., Iimura, D., & Shiomi, M. (2024). Keyboarding Instruction for a Japanese Child With Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Dysgraphia Reduced Frustration in Handwriting: A Case Report. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.74298
Wahyuni, S. S., Siregar, I., Rachmawati, K., & Hamzah, N. H. (2024). Written Language Errors Of Dysgraphic Children Aged 9-12 Years In Inclusive Classrooms. Jurnal Onoma : Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra. https://doi.org/10.30605/onoma.v10i3.4126
Kalenjuk, E., Wilson, S., Subban, P., & Laletas, S. (2023). Art‐based research to explore children’s lived experiences of dysgraphia. Children & Society. https://doi.org/10.1111/chso.12709
Gargot, T., Asselborn, T., Zammouri, I., Brunelle, J., Johal, W., Dillenbourg, P., Archambault, D., Chetouani, M., Cohen, D., & Anzalone, S. M. (2021). “It Is Not the Robot Who Learns, It Is Me.” Treating Severe Dysgraphia Using Child-Robot Interaction. Frontiers in Psychiatry. https://doi.org/10.3389/FPSYT.2021.596055
Rahim, N., & Jamaludin, Z. (2019). Write-rite: enhancing handwriting proficiency of children with dysgraphia. https://doi.org/10.32890/JICT2019.18.3.8290
Konstantyniv, O., & Тkach, О. (2022). Neuropsychological approaches to eliminating manifestations of dysgraphia in younger schoolchildren with general underdevelopment of speech. https://doi.org/10.32626/2413-2578.2022-20.126-137

Scroll to Top