A cute little girl reading a book in a warm and cozy bedroom environment.

Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Anak Sudah Siap Belajar Calistung?

Menentukan apakah seorang anak siap untuk belajar calistung, yang meliputi membaca, menulis, dan aritmatika, melibatkan penilaian berbagai indikator perkembangan. Indikator-indikator ini termasuk kesiapan kognitif, motorik, dan sosial, yang sangat penting bagi seorang anak untuk secara efektif terlibat dalam kegiatan calistung. Kesiapan calistung tidak hanya didasarkan pada usia tetapi juga pada kemampuan anak untuk memahami konsep dasar dan antusiasme mereka untuk belajar. Di bawah ini adalah aspek-aspek kunci yang perlu dipertimbangkan ketika mengevaluasi kesiapan anak untuk calistung.

Kesiapan Kognitif

  • Memahami Konsep Dasar: Seorang anak harus dapat mengenali huruf dan angka, yang merupakan dasar untuk membaca dan berhitung. Pengakuan ini sering dikembangkan melalui paparan buku dan materi pendidikan yang merangsang minat pada simbol-simbol ini (Saputra et al., 2024) (Saleh et al., 2024).
  • Keterampilan Memecahkan Masalah: Kemampuan untuk memecahkan masalah atau teka-teki sederhana dapat menunjukkan kesiapan untuk pembelajaran aritmatika. Keterampilan ini sering dipupuk melalui pembelajaran berbasis permainan, yang efektif dalam pendidikan anak usia dini (Fadli et al., 2024) (Hidayat & Noviani, 2023).

Pengembangan Keterampilan Motorik

  • Keterampilan Motorik Halus: Menulis membutuhkan keterampilan motorik halus yang berkembang dengan baik. Anak-anak harus bisa memegang pensil dan membuat bentuk atau huruf dasar. Kegiatan yang meningkatkan keterampilan ini termasuk menggambar dan bermain dengan blok bangun (Saputra et al., 2024) (Yeni & Zuliani, 2023).
  • Koordinasi: Koordinasi tangan-mata yang baik diperlukan untuk menulis dan menggunakan alat pendidikan. Ini dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti melacak atau menggunakan aplikasi pendidikan yang memerlukan interaksi (Fadli et al., 2024).

Kesiapan Sosial dan Emosional

  • Interaksi dengan Rekan: Keterampilan sosial penting karena calistung sering melibatkan kegiatan kelompok. Anak-anak harus nyaman berinteraksi dengan teman sebaya, yang membantu dalam lingkungan belajar kolaboratif (Saputra et al., 2024) (Lestari, 2024).
  • Kedewasaan Emosional: Seorang anak harus mampu menangani aspek emosional pembelajaran, seperti menghadapi kesalahan dan bertahan melalui tantangan. Kematangan ini sering diamati pada anak-anak yang telah terpapar lingkungan belajar terstruktur (“Persepsi Orang Tua Mengenai Pembelajaran Calistung di Kelompok B PAUD Kasih Ibu”, 2023).

Dukungan Lingkungan dan Orang Tua

  • Lingkungan Belajar: Lingkungan yang merangsang dengan akses ke buku dan materi pendidikan dapat secara signifikan meningkatkan kesiapan anak untuk calistung. Sekolah dan komunitas dapat mendukung ini dengan menyediakan sumber daya yang beragam dan menarik (Saleh et al., 2024) (Arumsari et al., 2024).
  • Keterlibatan Orangtua: Persepsi dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak mereka memainkan peran penting. Dorongan dan dukungan dari orang tua dapat meningkatkan kepercayaan diri dan minat anak dalam belajar calistung (“Persepsi Orang Tua Mengenai Pembelajaran Calistung di Kelompok B PAUD Kasih Ibu”, 2023).

Sementara indikator ini memberikan kerangka kerja untuk menilai kesiapan, penting untuk menyadari bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatannya sendiri. Beberapa anak mungkin menunjukkan kesiapan lebih awal atau lebih lambat dari teman sebayanya, dan variabilitas ini normal. Selain itu, konteks budaya dan pendidikan dapat mempengaruhi kapan dan bagaimana calistung diperkenalkan, seperti yang terlihat dalam sistem pendidikan dan kurikulum yang berbeda (Gulo et al., 2024) (Umalihayati et al., 2024).

Saputra, H. A., Fada, M. F., Amri, I., Yazyd, M. A., Alifah, N., Inasa, H. D., & Setyorini, A. P. A. (2024). Effective Learning Guidance Program in Improving the Calistung Ability of Children Aged 5-10 Years in Sudipayung Village. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dan Agama. https://doi.org/10.55606/semnaspa.v5i1.2082
Saleh, M. M., Handayani, S., & Uslan, U. (2024). Program Bimbingan Belajar Gratis “Bimbel Calistung” untuk Anak-anak di Sekolah Pulau Pari. Jurnal Solma: Lembaga Pemberdayaan Dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. https://doi.org/10.22236/solma.v12i3.13259
Fadli, A., Yuli, S., P3, L. C., K, S. T., K.A, A. M., & Zamroni, M. (2024). Peningkatan Kualitas Calistung melalui Permainan di Sekolah Dasar di Kelurahan Mangli. Journal of Social Empowerment/Journal of Social Empowerment. https://doi.org/10.21137/jse.2024.9.1.7
Hidayat, R., & Noviani, J. (2023). Profile of Calistung (Reading, Writing and Arithmetic Skills) in Early Childhood. Awlady : Jurnal Pendidikan Anak. https://doi.org/10.24235/awlady.v9i1.10917
Yeni, P., & Zuliani, R. (2023). Upaya Guru dalam Mengatasi Siswa yang Berkesulitan Belajar (Calistung) Baca, Tulis dan Hitung) di Kelas Rendah SDIT Bunayya. ANWARUL. https://doi.org/10.58578/anwarul.v3i4.1343
Lestari, D. A. (2024). The Correlation of Calistung Ability With Readiness Elementary School TK B Children In Seluma District Seluma Regency City. Deleted Journal. https://doi.org/10.58723/junior.v1i1.72
Persepsi Orang Tua Mengenai Pembelajaran Calistung di Kelompok B PAUD Kasih Ibu. (2023). Bandung Conference Series Early Childhood Teacher Education. https://doi.org/10.29313/bcsecte.v3i1.9316
Arumsari, D., Subiyantoro, S., & Usodo, B. (2024). Implementation of the Calistung Program in Phase A at the Sekolah Penggerak Program and the Sekolah Pengimbas Program. Social, Humanities, and Educational Studies. https://doi.org/10.20961/shes.v7i1.84274
Gulo, D., Sinaga, D., & Munthe, H. (2024). Penerapan Pembelajaran Calistung Pada Anak-Anak di Desa Simanungkalit. Aspirasi. https://doi.org/10.61132/aspirasi.v2i4.908
Umalihayati, U., Yuliana, R., Sa’diyah, H., Fajari, L. E. W., Aini, S., Havita, V. N., Cahyaningsih, A. P., Ningsih, P. R., Ningrum, S., & Azzahra, G. A. (2024). Analysis of learning difficulties in reading, writing, and counting (Calistung) in upper elementary school: A case study. Dwija Cendekia. https://doi.org/10.20961/jdc.v8i2.86598
Scroll to Top